Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18942 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizah
"Penurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perlu Penurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perluPenurunan knalitas bahanmakanan yang menggunakan lipid sebagai bahan
dasamya, mempakan fenomena yang tidak dapat dihindari. Kerusakan yang terjadi
pada bahan makanan ini disebabkan oleh proses oksidasi, baik selama penyediaan
bahan baku, proses produksi, distribusi, maupun preparasi makanan tersebut. Proses
oksidasi dapat di{)ercepat oleh cahaya, panas, enzirn, dan logam berat.
Proses oksidasi yang teijadi pada bahan makanan dapat dihambat dengan cara
menambahkan zat antioksidan baik yang bersifat alami maupun sintetik. Pada
kenyataannya, antioksidan sintetik dapat menyebabkan efek samping yang bersifat
negatif, yaitu efek racun dan efek karsinogen pada tubuh. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai penelitian yang dapat menemukan sumber antioksidan alami
lain yang dapat menggantikan keberadaan antioksidan sintetik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa kimia yang ada dalam
kulit batang pala dengan menggunakan tiga jenis pelarut organik yang berbeda
kepolarannya dan menguji aktivitas antioksidannya.
Uji aktivitas antioksidan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
3 metode yang berbeda dan saling mendukung, yaitu metode TLC-fluorescence
sebagai metode pendahuluan ,metode Carotene bleaching dan metode TEA.
Dari basil uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode Carotene
bleaching dan TEA, diperoleh basil bahwa aktivitas antioksidan ekstrak kasar etil
asetat > ekstrak kasar metanol > ekstrak kasar w-heksana. Aktivitas antioksidan ketiga
ekstrak kasar tersebut dibandingkan dengan aktivitas antioksidan tokoferol dan EHT
dengan beberapa variasi konsentrasi. Semakin besar konsentrasi antioksidan yang
ditambahkan menyebabkan aktivitasnya meningkat.
Pemumian ekstrak kasar menghasilkan zat A, zat E, zat D, dan zat E, yang
masib memiliki aktivitas antioksidan yang cukup signifikan.Eerdasarkan uji kualitatif
dan pengukuran spektrum dengan spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer
diperkirakan senyawa aktif yang berbasil diekstrak dari kulit batang pala adalab
senyawa fenolik yang merupakan flavonoid dan diperkirakan senyawa aktif pada zat
A dan zat E adalab flavanon, pada zat E adalab flavon, dan pada zat D adalab
flavonol. »
Daftar Pustaka"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zayadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susana Elya Sudradjat
"Sediaan farmasi yang menggunakan zat aktif dari bahan alam sering terkendala oleh penetrasinya baik yang digunakan secara oral maupun transdermal. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan penetrasi tersebut agar zat aktif dapat mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi miristisin dari minyak pala dengan destilasi bertingkat, meningkatkan penetrasi gel etosom miristisin melalui kulit dan meningkatkan bioavailabilitas patch gel etosom miristisin. Dalam penelitian ini, digunakan zat aktif miristisin dalam bentuk etosom yang selanjutnya dibuat patch gel etosom agar penetrasi meningkat. Untuk mendapatkan miristisin dengan kadar tinggi, minyak pala didestilasi dengan cara destilasi bertingkat. Etosom yang mengandung miristisin kemudian dikarakterisasi, selanjutnya diformulasikan ke dalam sediaan patch gel etosom yang nantinya formula terbaik akan diuji farmakokinetik pada tikus. Hasil yang diperoleh dari destilasi miristisin adalah peningkatan kadar dari 12,93 menjadi 83,45 . Hasil optimasi formulasi terhadap 9 formula etosom dengan variasi komposisi fosfatidilkolin 2-4 dan etanol 20-40 menunjukkan bahwa formula dengan komposisi fosfatidilkolin 3 dan etanol 20 merupakan formula yang terbaik karena memiliki ukuran partikel 131,6 6,3 nm dan efisiensi penjerapan 94,1 1,7 . Uji in-vitro dengan sel difusi Franz menunjukkan jumlah kumulatif miristisin yang terpenetrasi dari gel etosom GE lebih tinggi daripada gel non etosom GNE , yaitu berturut-turut sebesar 374,66 53,47 ? ? g cm-2 dan 280,26 15,75 ? ? g cm-2, dengan nilai fluks berturut-turut 24,56 0,95 ? ? g.cm-2.jam-1 dan 18,89 1,43 ? ? g.cm-2. jam-1. Hasil uji farmakokinetika menunjukkan bahwa area under curve AUC GE lebih tinggi dari GNE ataupun emulsi oral dengan jumlah AUC untuk GE, GNE dan emulsi oral berturut-turut adalah 104,123; 54,278; dan 42,535 ? ? g.jam.ml-1. Dari parameter farmakokinetik tersebut dapat disimpulkan bahwa formulasi patch gel etosom miristisin dapat meningkatkan penetrasi dan ketersediaan hayati miristisin dibandingkan dengan sediaan peroral.

Pharmaceutical dosage forms using natural products are often becoming a constraint for its penetration when it is used orally and transdermally. Therefore, efforts should be made to enhance the penetration so that the active substance can reach its target. This study was aimed to isolate myristicin from nutmeg oil with sequences distillation, to enhance the penetration of myristicin ethosomal gel through the skin, and the bioavailability of ethosomal gel patch. In this study, myristicin was formulated in the form of ethosome which later will be created into ethosomal gel patch in order to increase its penetration. Myristicin from nutmeg oil was isolated by sequences distillation to obtain high levels concentration. Ethosomes containing myristicin was characterized, then formulated into ethosomal gel patch which the best formula will be used in the pharmacokinetic test in rats. The concentration of myristicin obtained from this distillates increased from 12.93 to 83.45 . The characterization results from 9 ethosomal formulas with composition variation of phosphatidylcholine 2-4 and ethanol 20-40 showed that the formula containing 3 phosphatidylcholine and 20 ethanol compositions was the best due to its particles size 131.6 6.3 nm and entrapment efficiency 94.1 1.7 . The in-vitro test with Franz diffusion cells showed cumulative penetration of myristicin from the ethosomal gel GE was better than non-ethosomal gel GNE , which was in sequence 374.66 53.47 ? ? g.cm-2 and 280.26 15.75 ? ? g.cm-2. with flux values for GE and GNE were respectively 24.56 0.95 ? ? g cm-2 hour-1 and 18.89 1.43 ? ? g cm-2 hour-1. The pharmacokinetics test showed the best results of the area under curve AUC compared to GNE and oral emulsion which was respectively 104.123; 54.278; and 42.535 ? ? g. hour.ml-1. Based on the pharmacokinetic result, it can be concluded that the formulation of ethosomal gel patch can enhance the penetration and bioavailability of myristicin compared to oral dosage forms."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D2521
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Soemiati
"Dua senyawa triterpenoid telah berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksana dengan metoda kromatografi kolom cepat dari kulit batang Garcinia picrorrhiza Miq.(Cluciaceae). Senyawa hasil isolasi teridentifikasi sebagai asam-3okso-7,24-euphadien-26oat dan asam 3β-hidroksi-7,24-euphadien-26-oat. Penentuan struktur ditentukan dengan UV-vis, FT-IR, tehnik 1D dan 2D NMR.

Triterpenoids from n-hexane extract of Garcinia picrorrhiza Miq. stem bark. Chromatographic separation of n-hexane extract of dried Garcinia picrorrhiza Miq. stem bark (Cluciaceae) furnished two triterpenoids, identified as 3oxo-7,24-euphadien-26oic acid (1), 3β-hydroxy-7,24-euphadien-26 oic acid (2). The structure of compounds were determined by using UV-vis, FT-IR, 1D and 2D NMR techniques."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Santy Lopa
"Calophyllum canum Hook.f adalah salah satu tanaman yang termasuk ke dalam suku Clusiaceae (Guttiferae). Kandungan kimia dari berbagai jenis Calophyllum telah dilaporkan, diantaranya senyawa golongan xanton, kumarin, flavonoid dan terpenoid. Pada penelitian ini dilakukan isolasi, uji aktivitas antioksidan serta karakterisasi senyawa murni dari kulit batang C. canum Hook.f. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang diperoleh difraksinasi berturut-turut menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan n-butanol. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) dan isolasi dilakukan dengan teknik kromatografi menggunakan silika gel sebagai fasa diam dengan metode SGP (Step Gradient Polarity). Hasil isolasi dimurnikan dengan metode rekristalisasi dan karakterisasi senyawa murni dilakukan dengan metode spektroskopi inframerah (IR), resonansi magnet inti proton (1H-NMR) serta liquid kromatografi spektrum massa (LC-MS) dan titik leleh. Hasil identifikasi golongan senyawa diketahui ekstrak etanol kulit batang Calophyllum canum Hook.f mengandung golongan senyawa flavonoid, terpenoid, tanin, antraquinon, dan saponin. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan ekstrak etanol, fraksi n-heksan, etil asetat, dan n-butanol berturut-turut mempunyai nilai IC50 sebesar 5,189 ; 8,226 ; 3,465 dan 1,781 μg/mL. Pemisahan fraksi n-heksan menggunakan kromatografi kolom diperoleh senyawa murni yang disebut senyawa CC pada eluen 8:2 (n-heksana:etil asetat) berupa kristal berwarna kuning 1,3 g, dengan titik leleh 109-111°C dan nilai IC50 83,192 μg/mL. Hasil karakterisasi senyawa diduga senyawa CC merupakan golongan flavonoid dengan berat molekul 388.

Calophyllum canum Hook.f belongs to the family Clusiaceae (Guttiferae). Chemical constituents of various type of Calophyllum have been reported, including compound xanton group, coumarin, flavonoids and terpenoid. Therefore in the study isolation, test antioxidant activity and characterization of pure compound from stem bark of Calophyllum canum Hook.f. Extraction was done by maceration, using solvent ethanol 70%. Furthermore successively fractionated using solvent n-hexane, ethyl acetate and n-butanol. Antioxidant activity assay were done using DPPH (1,1-dyphenyl-2-picrilhidrazil) and methode isolation was done by using silica gel chromatography using a stationary phase with SGP methode (Step Gradient Polarity). The isolated purified by recrystallization methode and characterization of pure compound characterized by the methode of infrared spectroscopy (IR), proton nuclear magnetic resonance (1H-NMR) and liquid chromatography mass spectra (LC-MS) so melting point. The result of the identification of the compound known to ethanol extract of the bark of Calophyllum canum Hook.f class contains flavonoids, terpenoids, tannins, antraquinon and saponin. Test show ethanol extract antioxidant activity, the fraction of n-hexane, ethyl acetate and n-butanol successively have IC50 values of 5.189 ; 8.226 ; 3.465 and 1.781 μg/mL. CC pure compound was isolated from the fraction of n-hexane at 8:2 eluent (n-hexane:ethyl acetate) of 1.3 g yellow crystal with a melting point of 109-111°C and have IC50 value 83.192 μg/mL. The result of characterized the CC compound have a flavonoid group and weight moleculer
is 388.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Clarinta Putri
"ABSTRAK
Salah satu pendekatan terapi untuk mengendalikan kadar glukosa darah postprandial adalah dengan menghambat enzim alfa-glukosidase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ekstrak dan fraksi teraktif dari kulit batang Strophanthus caudatus (L). Kurz atau kikija yang mampu menghambat enzim alfa-glukosidase. Serta mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung pada fraksi teraktif tumbuhan tersebut. Pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi bertingkat dengan metode refluks lalu dilanjutkan proses fraksinasi dengan kromatografi kolom (KK). Fraksinasi dilakukan terhadap ekstrak yang teraktif. Fraksi teraktif lalu diidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil uji penghambatan enzim alfa-glukosidase oleh ekstrak n-heksan, etil asetat dan etanol konsentrasi 15 ppm adalah sebesar 44,74%, 53,15%, dan 24,71%. Hasil dari fraksinasi ekstrak etil asetat didapatkan 14 fraksi dan fraksi teraktif adalah fraksi F dengan persen penghambatan pada konsentrasi 150 ppm sebesar 43,33%. Nilai IC50 dari fraksi F adalah 193,04 ppm. Hasil skrining fitokimia fraksi F menunjukkan bahwa fraksi mengandung golongan senyawa kimia alkaloid, fenol, flavonoid, dan triterpenoid. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak teraktif adalah ekstrak etil asetat dan fraksi teraktif adalah fraksi F. Serta golongan senyawa kimia yang terkandung pada fraksi teraktif adalah alkaloid, fenol, flavonoid dan triterpenoid. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Apriani
"Diabetes mellitus atau penyakit gula darah adalah salah satu penyakit yang cukup menonjol di antara penyakit-penyakit lain seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta penyakit kanker. Pengobatan diabetes melitus dapat dilakukan dengan pemberian Insulin, obat hipoglikemik oral, dan obat herbal. Salah satu tanaman obat yang bisa dijadikan sebagai obat herbal untuk penyakit diabetes melitus adalah kayu manis.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, kayu manis memiliki penghambatan terhadap aktivitas α-glukosidase, namun senyawa aktif tidak diketahui kepolarannya, sehingga dilakukan fraksinasi untuk mengidentifikasi golongan senyawa dari fraksi yang aktif. Pengujian dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak petroleum eter, etil asetat, n-butanol dan air menggunakan α- glukosidase dan substrat p-nitrofenil-α-D-glukopiranosida yang menghasilkan produk paranitrofenol. Produk tersebut diukur serapannya menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada λ 400 nm. Parameter adanya aktivitas penghambatan yang dimiliki oleh ekstrak ditunjukan oleh nilai %inhibisi dan IC50.
Hasil uji penghambatan aktivitas α-glukosidase menunjukkan bahwa ke empat fraksi ekstrak kulit batang kayu manis menunjukkan aktivitas penghambatan. Fraksi ekstrak yang memiliki penghambatan terbaik terhadap aktivitas α- glukosidase adalah ekstrak n-butanol dengan nilai IC50 sebesar 1,168 μg/mL. IC50 ekstrak etil asetat, air dan petroleum eter adalah 19,239 μg/mL, 24,244 μg/mL, dan 69,717 μg/mL. Golongan senyawa yang dikandung oleh ekstrak n-butanol adalah flavonoid, glikosida dan tanin.

Diabetes mellitus or blood sugar disease is a quite prominent disease among other diseases such as heart and blood vessel, and cancer. Treatment of diabetes mellitus can be done by administering insulin, oral hypoglycemic drugs, and herbal medicine. One of the medicinal plants that could be used as herbal medicine for diabetes mellitus is cinnamon.
Based on previous studies, cinnamon has inhibitory activity against α-glucosidase, but the polarity of active compound is unknown, so that fractionation is done to identify the compound of the active fraction. The method was an in vitro model to extract of petroleum ether, ethyl acetate, n-butanol and water using α- glucosidase and substrate of p-nitrophenyl-α-D-glucopyranoside that produced p-nitrophenol. The product was measured by spectrophotometer UV-Vis at λ 400 nm. The parameters of inhibitory activity of extracts is shown by the values of % inhibition and IC50.
The test results of inhibitory activity of α-glucosidase showed that the four fractions of cinnamon bark extract, showed inhibitory activity. The extract fraction that have the best inhibitory activity against α-glucosidase is n-butanol extract with IC50 values of 1.168 mg/mL. IC50 values of ethyl acetate, water and petroleum ether extract is 19.239 μ/ml, 24.244 μ/mL, and 69.717 μ/ mL. The compounds contained by n-butanol extract are flavonoids, glycosides and tannins."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadilla Nur Atikasari
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif dalam inhibitan arginase dari ekstrak etil asetat Caesalpinia turtuosa Roxb. Bahan dan metode : kulit batang Caesalpinia turtuosa Roxb diekstraksi menggunakan heksana, etil asetat, dan metanol. Dari delapan subfraksi etil asetat, sebanyak empat fraksi memiliki aktivitas penghambatan terhadap arginase pada konsentrasi 100 ppm sebesar lebih dari 50%. Subfraksi 3 dan 6 adalah dua subfraksi teraktif degan % inhibisi 90,72% dan 91,41%. Sebanyak lima senyawa berhasil diisolasi yaitu β sitosterol (senyawa 1) dan 2-hidroksietil-4-hidroksi-p-metoksi sinamat (senyawa 2) dari subfraksi 1; 2,3 dihidroksi-metoksi-benzoat (senyawa 3) dari subfraksi 3; C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat ( senyawa 5) dari subfraksi 6. C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat ( senyawa 5) diketahui memiliki aktivitas penghambatan arginase sebesar 70,08% dan 74,55% pada konsentrasi uji 100 ppm dengan IC50 sebesar 6,15 μg/mL dan 5,19 μg/mL. Senyawa 4 menghambat arginase secara inhibisi campuran. Kesimpulan: senyawa aktif yang memiliki aktivitas dalam inhibitan arginase yang diisolasi dari Caesalpinia turtuosa Roxb adalah C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat (senyawa 5)

The purpose of this study was to isolate and identify active compounds in arginase inhibition from Caesalpinia turtuosa Roxb ethyl acetate extract. Material and method: Caesalpinia turtuosa Roxb bark was extracted using hexane, ethyl acetate, and methanol. Of the eight ethyl acetate subfractions, four fractions had arginase inhibitory activity at a concentration of 100 ppm by more than 50%. Subfractions 3 and 6 are the two most active subfractions with 90.72% and 91.41% inhibition. Five compounds were isolated namely β sitosterol (compound 1) and 2-hydroxyethyl-4-hydroxy-p-methoxy cinnamon (compound 2) from subfraction 1; 2,3 dihydroxy-methoxy-benzoate (compound 3) of subfraction 3; C-7-glycoside, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone (compound 4) and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid (compound 5) of the 6. C-7-glycoside subfraction, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone (compound 4) and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid (compound 5) are known to have arginase inhibitory activity of 70.08% and 74.55% in the concentration of the test was 100 ppm with IC50 of 6.15 μg/mL and 5.19 μg/mL. Compound 4 inhibits arginase by mixture inhibition. Conclusion: The active compounds which have activity in arginase inhibition isolated from Caesalpinia turtuosa Roxb are C-7-glycoside, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
"Garcinia rigida merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Sebagian besar genus Garcinia telah diteliti dan memiliki khasiat sebagai tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa kimia dari ekstrak n-heksan kulit batang Garcinia rigida (manggis hutan). Isolasi senyawa dilakukan dengan tehnik krotuatografi koloin menggunakan silica gel sebagai fase diam dan pelarut n-heksan - etil asetat yang ditingkatkan kepolarannya sebagai fase gerak. Karakterisasi senyawa kimianya dtentukan dengan menggunakan data spektroskopi (IR,'H NMR, 12C-NMR), Dua senyawa kimia berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida). Kedua senyawa tersebut diduga adalah Stigmastrrol (senyawa A) dan suatu triterpen asam oleanolat (senyawa B)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
"Garcinia rigida merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Sebagian besar genus Garcinia telah diteliti dan memiliki khasiat sebagai tanaman obat. Dua senyawa kimia berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida). Kedua senyawa tersebut adalah stigmasterol (senyawa A) dan suatu triterpen asam oleanolat (senyawa B).

Isolation and Characterization Chemical Compounds from the Brak of Garcinia rigida. Garcinia rigida is an Indonesia original plant growing on Sumatera, Java, Kalimantan, and Maluku. Most of its genus have been researched and proven as medicinal plants. Two compounds have been isolated from n-hexane stem-bark of Garcinia Rigida. The two compounds are Stigmasterol (compound A) and a triterpen oleanolic acid (compound B)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>