Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wuri Hardini
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S29704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kang Helen Dian Lestari
"Peningkatan populasi manusia menyebabkan kebutuhan pangan meningkat. Untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas tanaman sebagai sumber pangan, maka pemberian pupuk perlu dioptimalkan. Urea, sebagai pupuk nitrogen yang paling umum digunakan, memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, urea cepat terdegradasi di tanah sehingga tidak terserap optimal oleh tanaman, sehingga diperlukan pendekatan baru seperti mekanisme slow-release fertilizer (SRF) yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan dari nutrisi yang berlebih. Penelitian ini, memanfaatkan fly ash sebagai sumber silika untuk sintesis silika mesopori sebagai SRF. Sintesis silika mesopori menggunakan surfaktan CTAB (Cetyltrimethylammonium bromide) sebagai template dan dilakukan variasi pH 6,8 dan 10 untuk mempelajari pengaruh pH dan CTAB terhadap karakteristik silika mesopori. Penggunaan CTAB menghasilkan ukuran partikel yang seragam dan luas permukaan yang lebih baik. Silika mesopori yang disintesis dengan CTAB pada pH 10 memiliki luas permukaan terbesar, yaitu 1351 m2/g dengan ukuran partikel 138,97 nm. Silika mesopori yang disintesis memiliki kemurnian 93-97%. Silika mesopori menunjukkan kemampuan adsorpsi urea dengan kinetika yang mengikuti model pseudo-orde dua. Kinetika release urea dari silika mesopori mengikuti model kinetika orde satu, yang berarti laju pelepasan dipengaruhi oleh konsentrasi urea yang tersisa dalam silika. Silika mesopori mampu mengadsorpsi urea hingga 565,83 mg/g dan mampu melepaskan urea sebesar 88% dalam 96 jam.

The growing population leads to an increased demand for food. To ensure the growth and quality of plants as a food source, the application of fertilizers needs to be optimized. Urea, the most used nitrogen fertilizer, has the potential to boost agricultural productivity. However, urea degrades quickly in the soil, limiting its absorption by plants. Therefore, new approaches such as slow-release fertilizer (SRF) mechanisms are necessary to meet the nutritional needs of plants while maintaining environmental balance. This study explores the use of fly ash as a source of silica for the synthesis of mesoporous silica as SRF. The synthesis of mesoporous silica utilized the surfactant CTAB (Cetyltrimethylammonium bromide) as a template and varied pH at 6, 8 and 10 to investigate the impact of pH and CTAB on the characteristics of mesoporous silica. The use of CTAB resulted in uniform particle size and improved surface area. Mesoporous silica synthesized with CTAB at pH 10 exhibited the largest surface area at 1351 m2/g with a particle size of 138.97nm. The synthesized mesoporous silica demonstrated a purity of 93-97%. Mesoporous silica can absorb up to 565.83 mg/g of urea and release 88% of urea within 96 hours. The kinetics of urea adsorption follow the pseudo-second-order model. Urea release from mesoporous silica follows a first-order kinetic model, indicating that the release rate is influenced by the remaining urea concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofiantono Muclim
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novelia Sinta Rahmawati
"Pembakaran batubara sebagai sumber energi fosil utama dunia menghasilkan produk samping berupa limbah fly ash. Produk samping ini termasuk ke dalam limbah berbahaya dan bersifat toksik. Jumlahnya yang melimpah dan terus bertambah dapat menimbulkan polusi bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya pemanfaatan fly ash, salah satu caranya adalah sintesis silika mesopori sebagai media nutrient tanaman. Adanya kandungan silika (SiO2) sebesar 35 – 60 % dalam fly ash, sangat berpotensi dan sesuai untuk dimanfaatkan sebagai sumber silika dalam mensintesis silika mesopori. Pada penelitian ini, telah dilakukan sintesis silika mesopori yang berasal dari fly ash beserta pengaplikasiannya sebagai pupuk urea slow-release fertilizer (SRF). Silika mesopori yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dengan XRD, XRF, FTIR, SAA, dan UV-Vis. Hasil analisis XRD dan XRF pada pretreatment fly ash menunjukkan keberhasilan dalam proses penghilangan pengotor dengan indeks keberhasilan 82% dalam meningkatkan komposisi silika. Pada penelitian ini variasi paling optimum untuk menghasilkan material mesopori didapatkan oleh 2% CTAB yang dibuktikan dengan hasil analisis XRF dengan komposisi silikanya sebesar 97% dan dengan analisis SAA dengan SBET 1016 m2/g serta Sext 912 m2/g. Silika mesopori dengan 2% CTAB memiliki kemampuan swelling paling besar dengan ratio swelling 2.79 dibandingkan dengan variasi 1% CTAB dan 3% CTAB yang masing masing memiliki ratio swelling sebesar 2.27 dan 1.12.

Coal combustion, the world's main fossil energy source, produces a by-product known as fly ash waste, which is classified as hazardous waste and toxic in nature. The abundance and proliferation of fly ash have polluted the environment. Therefore, it is necessary to optimize the utilization of fly ash in a variety of methods, one of which is use as a raw material for the synthesis of silica mesoporous as a plant nutrient medium. Around 35-60% of silica (SiO2) content, fly ash has emerged as a highly promising and suitabel source of silica for the synthesized of mesoporous silica. In this study, mesoporous silicas derived from fly ash were synthesized using sol-gel technique and applied as urea slow-release fertilizer. Silica mesoporous were then characterized using XRD, XRF, FTIR, SAA, and UV-Vis. The findings of XRD and XRF analysis on fly ash pretreatment indicated that 82% of impurities were successfully removed, therefore the silica composition was increased. In this research to obtain mesoporous material 2% CTAB achieved the best results, as evidenced by the XRF analysis with a silica composition of 97% and surface area of SBET 1016 m2/g and Sext 912 m2/g analyzed by SAA method. Mesoporous silica with 2% CTAB presented the best swelling ability with the ratio of 2.79, compared to 1% CTAB and 3% CTAB variations, which only showed swelling a ratio of 2.27 and 1.12, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif Budiman
"ABSTRAK
Limbah industri yang setiap tahun selalu bertambah jumlahnya dapat menimbulkan masalah bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Salah satu Iimbah yang jumlahnya banyak dan belum termanfaatkan adalah Iimbah PLTU yang berupa abu terbang.
Dalam penelitian mi abu terbang dimanfaatkan untuk pembuatan semen Portland. Pemanfaatan abu terbang sebagai bahan alternatif pembuatan semen Portland dikarenakan kebutuhan semen terus meningkat setiap tahunnya dan keterbatasan bahan baku ( lempurig sebagal sumber Al 203 , pasir sHika sebagai sumber Si02 dan kapur sebagai sumber CaO ) yang biasa dipakai dalam pembuatan semen Portland.
Penelitian dilakukan dengan cara mencampurkan kapur tohor Padalarang dengan abu terbang Suralaya sehingga memiliki komposisi 50%, 60%, 65% clan 72% CaO, kemudian dibakar dalam tanur listrik pada suhu 1300°C ( pembakaran 1 ) clan suhu 1400°C ( pembakaran 2 ) serta diakhin dengan pendiriginan dalam udara terbuka.
HasH pembakaran berupa klinker ( terak ), lalu dianalisa dengan mikroskop refleksi clan XRD untuk mengidentifikasi terbentuknya senyawa utama semen Portland kemudian dianalisa dengan XRF, uji kapur bebas serta uji kuat tekan untuk menganalisa kualitas dari semen yang dihasilkan. Hasil yang didapat untuk pembakaran 1300°C kurang memuaskan, tetapi untuk pembakaran 1400°C hasflnya cukup baik, uji kapur bebasnya untuk sampel 65 % sebesar 0,437 %, sampel 72 % sebesar 10,408 %. Kernudian uji kuat tekannya sampel 65% sebesar70,77. 104 Kg /M2 clan sampel 72% sebesar72,20. 10 4 Kg /M2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Harumi Kusumawati
"ABSTRAK
Abu terbang merupakan limbah yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara di PLTU. Abu terbang biasanya digunakan sebagai campuran semen ataupun bahan dasar pembuatan beton. Kandungan oksida Si02 sebesar 57,44 % dan Al203 sebesar 28,28 % dalam abu terbang menyebabkan material tersebut memiliki potensi mirip zeolit. Zeolit dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas tanah. Abu terbang memiliki potensi mirip zeolit, diharapkan dapat meningkatkan kualitas tanah. Dalam penelitian yang dilakukan, diuji daya adsorpsi dan desorpsi abu terbang saja, abu terbang yang sudah mendapat perlakuan zeolitisasi, tanah saja dan campuran abu terbang hasil perlakuan zeolitisasi dengan tanah terhadap ion K, NH, dan PO43 dengan metode kolom.
Sebelum dilakukan uji adsorpsi, aba terbang dizeolitisasi dengan dua cara, yaitu cara pertama mereaksikan abu terbang dengan larutan NaOH 3 N yang diharapkan dapat mengadsorpsi kation. Kedua dengan mereaksikan abu terbang dengan amonium dihidrogen fosfat pada suhu 230'C yang diharapkan dapat mengadsorpsi anion.
Dalam uji adsorpsi masing-masing material abu terbang hasil zeolitisasi, digunakan metode kolom, dengan berat material 5 gram untuk masing-masing kolom. Hasil yang diperoleh adalah adsorpsi maksimum untuk material hasil zeolitisasi refluks (ZSR) untuk ion IC sebesar 20,92 mek / 100 grain, dan untuk ion N}i sebesar 17,48 mek / 100 gram. Uji adsorpsi juga dilakukan terhadap tanah, yang menghasilkan adsorpsi maksimum sebesar 0,64 mek / 100 gram untuk ion IC dan 0 mek / 100 gram untuk ion NTTLIt Sedangkan campuran tanah dan ZSR (1 1) menghasilkan daya adsorpsi sebesar 19,90 mek / 100 gram untuk IC dan 16,34 mek /100 gram untuk NH, sehinga dapat dikatakan efisiensi tanah meningkat dengan penambahan ZSR.
Abu terbang (tanpa perlakuan zeolitisasi) memiliki daya adsorpsi terhadap PO43 sebesar 0,94 mek / 100 gram, sedangkan abu terbang yang dizeolitisasi dengan cara fosfatasi (ZSF) tidak dapat mengadsorpsi anion fosfat. Uji adsorpsi PO43 yang dilakukan terhadap tanah menghasilkan daya adsorpsi sebesar 2,60 mek / 100 gram."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Swastika
"Geopolimer memiliki peluang pemanfaataan sebagai bahan bangunan yang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan semen Portland. Penelitian ini menyelidiki dan membandingkan ketahanan beberapa material (beton Portland, geopolimer berbahan abu terbang, dan geopolimer berbahan metakaolin) pada berbagai lingkungan perendaman (kering, aquades, dan air laut ASTM). Kedua prekursor geopolimer, yaitu abu terbang dan metakaolin, masing-masing bersifat amorf (XRD) dan diuji komposisinya (XRF). Parameter ketahanan material dilihat dari perubahan kuat tekan (compressive strength) berdasarkan umur perendaman (7, 28, 56, dan 90 hari). Geopolimer abu terbang (GA) menunjukkan kuat tekan awal yang sama seperti beton Portland, kemudian sifat yang stabil selama umur perendaman dalam air laut ASTM. Sedangkan Geopolimer metakaolin (GM) menunjukkan kuat tekan awal yang lebih rendah daripada beton Portland maupun geopolimer abu terbang. Namun kuat tekan geopolimer metakaolin cenderung terus mengalami kenaikan selama waktu perendaman dalam air laut ASTM.
Geopolimer yang direndam dalam aquades dapat melepaskan unsur yang tersisa dari reaksi geopolimerisasi. Geopolimer metakaolin mempunyai rendaman lebih keruh karena reaksi geopolimerisasinya kurang sempurna. Selain itu, geopolimer yang direndam dalam air laut menunjukkan unsur dari beton lebih sedikit larut daripada rendaman aquades. Ditemukan endapan putih pada geopolimer yang direndam air laut, yang kemungkinan besar adalah (CaSO4.2H2O), karena puncak gypsum ditemukan bersama kuarsa pada pola XRD dari geopolymer yang direndam dalam air laut. Secara keseluruhan dapat disimpulkan geopolimer memeiliki ketahanan air laut yang lebih unggul daripada beton Portland, geopolimer abu terbang memiliki kuat tekan lebih unggul, dan geopolimer metakaolin menunjukkan ketahanan paling baik.

Having superior properties compared to Portland Cement, Geopolymers as building material is beneficial. This research investigates and compares the durability of materials (Portland concrete, fly ash based- and metakaolin basedgeopolymer) in dry environment, aquadest and ASTM seawater. Two types of precursor, i.e. fly ash and metakaolin, areused and XRF has been performed to analysed chemical compositions of both precursor. It was found that fly ash based- geopolymer (GA) did not show a decrease in compressive strength during immersion in ASTM seawater. Whereas metakaolin geopolymer showed lower early strength than Portland and fly ash based- geopolymer, even though compressive strength of metakaolin based- geopolymer tend to rise during seawater immersion.
Geopolymer immersed in aquadest released remnant component from geopolimerisation reaction. Metakolin based- geopolymer was muddy because insufficient geopolymerisation reaction. Besides, geopolymer immersed in seawater dissolved less than when immersed in aquadest. White precipitant found in geopolymer immersed in seawater was suspected to be gypsum (CaSO4.2H2O), as peaks of gypsum could be identified together with quartz in XRD pattern of geopolymer immersed in seawater. It can be concluded geopolymer has higher seawater durability than Portland concrete and metakaolin based- geopolymer has excellent seawater durability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27632
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
"ABSTRAK
Guna memanfaatkan abu terbang (fly ash) yang saat ini banyak tertimbun diarea pembuangan sisa pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dianggap mencemari lingkungan maka teknologi pemanfaatan limbah batubara mulai dimanfatkan di Indonesia. Salah satunya adalah ide untuk menggunakan teknologi Roller Compacted Concrete (RCC) untuk
pembangunan bendungan yang diusulkan untuk bendungan PLTA Maung yang menurut rencana akan mulai dibangun tahun 2000. Untuk itu perlu dikaji cara-cara pembuatan bendungan RCC sejak
sekarang, termasuk penelitian laboratorium. Penelitian ini meliputi uji kekuatan tekan karakteristik, temperatur dan modulus elastisitas dengan komposisi campuran tertentu.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pemakaian abu terbang sebagai campuran beton dapat memperbaiki sifat pengerjaan terutama untuk slump nol seperti dalam pembuatan
RCC, mengurangi pemakaian air, mengurangi jumlah panas hidrasi dan mengurangi jumlah pemakaian semen. Kekuatan tekan dan modulus elastisitas yang terjadi lebih kecil dari beton konvensional pada umur benda uji 28 hari, tetapi dengan adanya reaksi pozzolan kekuatan tekan dan modulus elastisitas akan berubah sedikit demi sedikit hingga umur benda uji 90 hari
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yana Sutisna
"Stabilitas tanah dasar memerlukan perhatian yang lebih baik, dimana hal ini panting didalam kondisinya sebagai dasar kontruksi suatu bangunan. Stabilitas tanah dasar dapat ditentukan dari kepadatan dan kekuatannya, dimana sejumlah kriteria dan persyaratannya diterapkan. Salah satu solusi dan alternatif yang dicoba adalah pengujian tanah dasar dengan semen abu terbang (Fly Ash Cement) dan tanah dasar dengan pasir serta rangkaian percobaan di laboratorium.
Hasil penelitian di laboratorium ini menunjukkan bahwa penambahan sejumlah kecil semen abu terbang, pasir dapat menurunkan Indeks Plastisitas, sehingga tanah tersebut lebih baik mutunya, juga diperoleh kekuatan yang makin meningkat dilihat dari pengujian CBR.
Kesimpulan yang didapat bahwa semen abu terbang dan pasir dapat digunakan sebagai bahan campuran stabilitas tanah. Walaupun metode perbaikan tanah ini bukan merupakan konsep baru, namun penggunaannya masih belum lazim digunakan di negara berkembang, khususnya penggunaan semen abu terbang (Fly Ash Cement), tetapi tidak ada salahnya metode ini digunakan sebagai uji coba pemanfaatan semen abu terbang (Fly Ash Cement)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Kusumawardhani
"ABSTRAK

Air limpasan tambang nikel mengandung Cr(VI) yang diklasifikasikan sebagai polutan berbahaya dengan konsentrasi sekitar 0,1-1,4 mg/L di Pulau Obi. Penelitian penyisihan Cr(VI) dilakukan dengan metode batch adsorpsi skala laboratorium menggunakan air limpasan buatan dengan konsentrasi awal 0,6 mg/L (sebagai konsentrasi Cr(VI) rata-rata harian di lokasi tambang) dan fly ash sebagai simulasi adsorben dari pembangkit listrik untuk proses produksi tambang nikel dengan variasi pH 6,8-7,8; dosis fly ash 18-30 g/L; dan waktu kontak 90-150 menit. Hasil penelitian dengan kombinasi pH 7,6, dosis fly ash 20 g/L, dan waktu kontak 135menit menyisihkan Cr(VI) dari 0,6mg/L menjadi 0,175 mg/L paling maksimum yang belum mencapai baku mutu Cr(VI) yang diperbolehkan, yaitu 0,1 mg/L menurut PermenLH No. 9/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Berdasarkan isoterm adsorpsi 1 gram fly ash pada 1 liter air limpasan mampu menyisihkan sekitar 0,0065 mg/L Cr(VI). Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk merancang unit pengolahan berupa mixing unit untuk mengolah air limpasan tambang nikel disesuaikan dengan kondisi lokasi penambangan.


ABSTRACT

Runoff water from nickel mining at Obi Island consists of hexavalent chromium Cr(VI) about 0.1-1.4 mg/L which is classified as hazardous polutant. Cr(VI) removal study was done based on batch adsorption on laboratorium by creating runoff water simulation with initial concentration of Cr(VI) of about 0.6 mg/L (as daily Cr (VI) concentration on site) and using fly ash as adsorbent simulated from production proccess nickel mining with variation of pH 6.8-7.8; fly ash dose 18-30 g/L, and contact time 90-150 minutes. The combination of pH 7,6, dose fly ash 20 g/L, and contact time 135 minutes can remove Cr(VI) from 0.6 mg/L to 0.175 mg/L which is not achieved the standard of allowed concentration of Cr(VI) based on regulation of the Minister of Environment No. 9/2006 concerning effluent standard for nickel mining activites. From isotherm adsorption can be recommended adding 1 g/L fly ash may remove about 0,0065 mg/L Cr(VI). The result of this study is utilized for designing treatment unit specifically mixing unit to treat runoff water from nickel mining.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>