Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Sutanto, 1950-
"Proses dekomposisi senyawa ester menjadi asam karboksilat dan alkena dalam sedimen disimulasikan dengan pendekatan pirolisis metilasi in situ. Simulasi dekomposisi senyawa ester telah dilakukan terhadap fraksi kerogen dan aspalten dari tujuh sampel dalam interval kedalaman 1100-2330 m mewakili runtunan sedimen sumur GNK-67, sub Cekungan Palembang-Selatan.
Hasil studi menunjukkan bahwa dalam fraksi kerogen maupun aspalten banyak mengandung ester rantai panjang dari n-C10 sampai n-C20 dengan kelimpahan dominan n-C16 dan n-C18. Ester-ester ini secara umum menunjukkan pola perubahan yang menggambarkan proses potensial yang tidak terpengaruh oleh tingkat oksisitas maupun keasaman sedimen.
Uji korelasi indeks dekomposisi ester terhadap data parameter kematangan terbakukan menunjukkan gambaran yang jelas bahwa pola perubahan residu normal ester paralel dengan data tersebut. Dua parameter ester n-C16 dan n-C18 telah diusulkan sebagai parameter kematangan termal alternatif dengan batas awal jendela pembentukan minyak disekitar 1500 m."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliestyah
"Abstrak
Eksperimen pemansan isothermasl di dalam ampul gelas telah dilakukan terhadap substrat murni 1-mutilfenantrena (1-MP) dan 9-metilfenantrena (9-MP) masing-masing dalam kondisi vakum tanpa katalis. Hasil eksperimen dianalisis menggunakan metoda GCMS hingga diketahui bahwa pemanasan 1-MP menghasilkan fenantrena dan 9-MP menghasilkan fenantrena dan 9,10-dihidro fenantrena. Melalui pendekatan kinetika isothermal kedua reaksi mengikuti hukum laju orde satu dengan energy aktivasi ( E ) dan konstanta Arrhenius (A) masing-masing 103,567 kj Mol-1 dan 1,7x103 detik-1 untuk reaksi 1-MP, serta 94,762 kj Mol-1 dan 6,6x102 detik-1 untuk reaksi 9-MP. Indikator kematangan aromatik yang disusulkan yaitu RP-II sebagai rasio P/{P+(1-MP)+(9-MP)] dengan parameter kinetik E dan A masing-masing 99,165 kj Mol-1 dan 1,2x103 detik-1 telah dikalibrasi terhadap parameter kematangan termal biomarker konvensional, refleksitas vitrinit dan data pirolisis Rock Eval. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa indikator RP-II dapat digunakan sebagai parameter kematangan termal untuk sumur Gunung Kemala di Cekungan Palembang Selatan. Dengan menggunkan pendekatan kinetika non isotermal, parameter kinetika E dan A juga telah ditentukan terhadap rasio fenantrena (RP-II) dan rasio kadalena {(I/(I+C)} masing-masing 47,158 Kj Mol-1 dan 28x20-5 detik-1 untuk indikator RP-II serta 56,573 kj Mol-1 dan 1,4x10-4 detik-1 untuk indikator I/(I+C). Parameter kinetika ini telah digunakan untuk memperkirakan zona jendela pembentukan minyak bumi dengan kematangan termal yang tinggi, berdasarkan peningkatan nilai indikator RP-III terhadap kedalaman sedimen dengan menggunakan indikator I/(I+C) sebagai pembanding. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa zona kematangan termal tinggi yang dapat diperkirakan sebagai puncak pembentukan hidrokarbon cair untuk sumue GK diperkirakan akan tercapai pada kedalaman antara 2500-2600 m."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Driyanti Rahayu
"Material organik dalam batuan sumber hidrokarbon mengalami
transfomrasi membentuk hidrokarbon. Transformasi ini berupa perubahan struktur
dan komposisi kimia material organik di bawah pengaruh temperatur dan waktu.
Proses pembentukan hidrokarbon tersebut merupakan proses kematangan material
organik.
Kematangan tennal material organik pada batubara diamati, melalui
simulasi dengan metode hydrous pyrolysis pada sampel batubara Fonnasi
Brenggang, Gombong, Jawa Tengah. Metode ini digunakan untuk memperoleh
pirolisat yang memiliki karakteristik sesuai dengan produk dari proses pembentukan minyak bumi di alam. Simulasi kematangan teraial pada sampel
batubara ini dilakukan dengan variasi temperatur 250°C, 300 °C, dan 320 °C.
Dua gram sampel batubara dimasuklcan ke dalam stainless steel bomb
bersama 10 mL air deionisasi dan dialirkan gas N, inert. Kemudian sampel
dipanaskan selama 72 jam untuk setiap temperatur pemanasan. Produk dari setiap
sampel dianalisis dengan Icromatografi gas, penentuan karbon organik total, dan
pirolisis rock-eval untuk melihat perubahan komposisi material organik yang
terjadi akibat proses kematangan termal.
Dari simulasi ini dapat dilihat bahwa proses kematangan tennal terjadi
dengan penambahan temperatur pemanasan. Hasil simulasi juga menunjukkan
bahwa sampel batubara Formasi Brenggang merupakan batuan sumber
hidrokarbon yang potensial dengan kandungan material organik kerogen Tipe III
yang diperoleh dari kontribusi tumbuhan tingkat tinggi dan alga sebagai produk
sekunder"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Muharini
"Sampel serpih (2), batubara (14) dan fosil resin (1) Formasi Telisa dan Cekungan Sumatera Selatan telah dianalisis dengan metode kromatografi gas - spektrometri massa (GC-MS). Sebagian sampel batubara (4) yang tersedia diantaranya dianalisis lebih lanjut menggunakan metode HPLC (kromatografi cairan penampilan tinggi). Seluruh sampel teranalisis telah diyakini mengandung resin tumbuhan tinggi dari famili Dipterocarpaceae seperti sekobikadinana diaromaik (dimer) dan trikadinana diaromatik (trimer) serta porfirin dari fraksi makromolekul.
Kedua kelompok dieter (C27 dan C30) dan trimer (C42 dan C45) telah diidentifikasi berdasarkan pada bukti spektra-massa dan waktu retensi kromatografi gas (GC). Perbedaan tiga atom karbon dengan massa 42 sma pada setiap kelompok diyakini berstruktur isopropil. Kelimpahan relatif dari dimer dan trimer bergantung pada kematangan termal sedimen dengan kematangan relatif moletas dimetilnaftil yang meningkat secara sistematik seiring dengan kenaikan kematangan termal sedimen.
Perubahan ini akibat proses deisopropilasi fraksi kadalenil (yang cenderung kurang stabil) menjadi dimetilnaftil (senyawa aromatik yang lebih stabil). Parameter baru berdasarkan pada kelimpahan relatif dari masing-masing analisis dimer dan trimer diusulkan dalam penelitian ini. Parameter baru ini merupakan rasio kuantitas isomer C27 terhadap kuantitas isomer sejenisnya (C27 dan C30), sekobikadinana diaromatik dan rasio kuantitas isomer C42 terhadap kuantitas isomer sejenisnya (C42 dan C45), trikadinana diaromatik, disebut RS dan RT masing-masing untuk dimer dan trimer.
Perubahan nilai RS dan RT terjadi di dalam zona jendela minyak-bumi. Batasan ` tak matang" dan "matang" ditentukan berdasarkan referensi, parameter kematangan baku Ro-vitrinite reflectance dan komputer pemodelan cekungan). Hasil penelitian ini, nilai RS = 52% dan RT = 2% merupakan rasio kematangan termal sampel dari Cekungan Sumatera Selatan. Parameter RT khususnya sangat berguna untuk penentuan kematangan termal pada zona "pascamatang" karena reaksi-deisopropilasi masih terus berlangsung pada zona tersebut.
Penelitian fraksi makromolekul telah dilakukan terhadap sebagian sampel batubara (4) yang tersedia. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa senyawa porfirin belum atau tidak ditemukan. Hal ini disebabkan prasarana yang digunakan tidak sesuai dengan literatur yang digunakan. Dengan perkataan lain, penelitian terhadap fraksi makromolekul tidak berhasil mengelusidasi porfirin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Setiastuty, Author
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia, 2003
T40180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Klabat terletak di Pulau Bangka bagian Utara, merupakan lokasi utama nelayan mencari ikan.Kualitas ikan tangkapan nelayan tidak terlepas dari kualitas air tempat hidupnya. PAH adalah salah satu parameter kualitas lingkungan perairan
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Douglas Prabawono
"ABSTRAK
Penggunaan karbondioksida sebagai gas pengoksidasi pada konversi metana telah dipelajari secara ekstensif tetapi sebagian besar masih dalam tahap pengembangan. Konversi metana dengan memanfaatkan karbondioksida ini dikenal sebagai Reformasi CO2/CH4 dengan reaksi utamanya adalah CH4 + CO2 - 2CO.
Pada penelitian ini, telah dilakukan reaksi reformasi CO2/CH4 tanpa bantuan katalis. Jenis reaktor yang digunakan adalah reaktor Difiesi Termal dan Pirolisis. Kedua jenis reaktor tersebut menggunakan kawat pemanas yang diletakkan di dalam reaktor dan gas-gas kontak langsung dengan kawac pemanas tersebut. Kondisi operasi yang digunakan adalah sebagai berikut, komposisi gas umpan CH4/CO2 = 1, temperatur 835 - 1200ºC, tekanan 1 atm dan laju alir 10 - 70 ml/menit. Hasil terbaik diberikan oleh reaktor pirolisis. Konversi sebesar 98,3% dengan yield CO dan H2 sebesar 81% dan 81,5% diperoleh pada temperatur 870ºC. Sedangkan untuk reaktor Difusi Termal, hasil yang sama baru dihasilkan pada temperatur yang jauh lebih tinggi (> 1100°C).
Pada reaktor Pirolisis pembentukan karbon terjadi hanya pada temperatur tinggi yaitu > 980ºC dengan konversi yang sangat tinggi (>95%). Sedangkan pada reaktor Difusi Termal tidak terlihat adanya pembentukan karbon walaupun pada temperatur tinggi (> 1100ºC). Pembentukan karbon tidak mempengaruhi jalannya reaksi dan hanya mengurangi sedikit nilai konversi dan yield yang dihasilkan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ordas Dewanto
"Material serpih adalah sejenis serpih minyak yaitu material clay atau karbonat yang mengandung banyak organik belum matang, apabila dipanaskan pada suhu tertentu, kandungan organiknya menjadi matang dan berubah secara fisika dan kimia, sehingga dapat menghasilkan bahan energi seperti migas. Dalam penelitian ini campuran material dimodifikasi dengan perbandingan: A=B, AB dan AB. Pengujian TOC menghasilkan clay-organik (SMC) dan karbonat-organik (SMK) menunjukkan kualitas yang sangat baik sebagai serpih minyak (TOC≥12.0%), yang diperkuat hasil analisis SEM (morfologi dan komposisi) dan XRD (interaksi dua material).
Hasil analisis Termogravimetri menunjukkan energi aktivasi material serpih clay (209-355 kJ/mol) lebih kecil dibanding karbonat (749-1339 kJ/mol), dan temperatur untuk proses reaksi material serpih clay (40-600OC) lebih kecil dibanding karbonat (75-740°C). Karakteristik tersebut menyebabkan tingkat maturasi material serpih clay lebih cepat dibanding karbonat, diperkuat Tmax serpih clay (315-323°C) lebih kecil dibanding Tmax serpih karbonat (415-493°C). CEC 2 (serpih minyak) memiliki karakteristik yang sama dengan serpih clay (Ea=239 kJ/mol dan T=40-600°C). OD1-Ast3 memiliki tingkat maturasi yang paling bagus (Ea=234 kJ/mol dan Tmax=315OC) sesuai dengan serpih minyak (CEC 2).
Hasil pengujian Rock Eval Pyrolisis menunjukkan material serpih clay dan karbonat mempunyai potensi tinggi (menghasilkan oil dan gas). Hasil pemanasan material serpih diperkuat oleh hasil pengujian FTIR yaitu senyawa dengan gugus fungsi tertentu terlepas dan muncul puncak baru di bilangan gelombang 2900 cm-1 yang menunjukkan keberadaan hidrokarbon ikatan tunggal dari rantai karbon panjang C-H.

The material is a kind of shale oil shale is clay or carbonate material containing organic many immature, when heated to a certain temperature, the organic content of becoming mature and change in physics and chemistry, so it can produce energy materials such as oil and gas. In this study a mixture of materials modified by comparison: A=B, AB and A>B. TOC testing of clay-organic (SMC) produce and organic carbonates (SMK) demonstrate excellent quality as shale oil (TOC≥12.0%), which confirmed the results of scanning electron microscopy (SEM) analysis (morphology and composition) and X-ray diffraction (XRD) (interaction of two materials).
The results of thermogravimetric analysis showed activation energy shale clay material (209-355 kJ/mol) is smaller than the carbonate (749-1339 kJ/mol), and the temperature of the reaction process shale clay material (40-600°C) is smaller than the carbonate (75- 740°C). These characteristics cause the maturation level of clay shale material faster than carbonate, shale clay reinforced Tmax (315-323°C) is smaller than Tmax flakes carbonate (415-493°C). CEC 2 (shale oil) has the same characteristics as the flakes of clay (Ea=239 kJ/mol and T=40-600OC). OD1-Ast3 have the most good maturation rate (Ea=234 kJ/mol and Tmax=315OC) in accordance with the shale oil (CEC 2).
Test results show the Rock Eval Pyrolisis clay shale and carbonate material has a high potential (produce oil and gas). Results heating shale material reinforced by FTIR testing results are compounds with specific functional groups apart and a new peak appeared at wavenumber 2900 cm-1 which indicate the presence of hydrocarbons single bonds of the carbon chain length of CH.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
D2074
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Ghifari Rahmat
"Material plastik sudah menjadi salah satu bagian penting bagi manusia karena memiliki sifat elastis yang tinggi, mudah dibentuk, dan ringan sehingga mempermudah manusia dalam berbagai kepentingannya. Namun, produksi massal yang berlebihan dan selalu bertumbuh secara eksponensial untuk memenuhi kebutuhan pasar tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, mengganggu habitat makhluk hidup, hingga memicu bencana alam karena sifatnya yang sulit mengalami terdegradasi secara alami. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah menggunakan metode pirolisis untuk memecah rantai karbon pada limbah plastik sehingga mudah diproses secara alami bahkan dapat menjadi konversi energi menjadi bentuk lainnya. Pada penelitian ini dilakukan studi pengaruh penambahan zeolit pada sampel limbah plastik berbasis polipropilen untuk mengetahui perubahan nilai energi aktivasi jika dibandingkan dengan reaksi pirolisis polipropilen murni. Metode isokonversional dalam bentuk metode Friedman dan Flynn-Wall-Ozawa digunakan untuk mengetahui nilai energi aktivasi proses pirolisis sebelum dan sesudah penambahan zeolit.

Plastics materials have been an integral part in peoples daily life due to their high elasticity, formability and lightweight which are suitable for many products. However, exponentially growth of plastics waste leads to heavy environmental problems due to the plastics nature which is not easily degradable. One of solution to alleviate environmental problems due to plastics waste is to use pyrolysis method to burn plastics waste and convert them into lighter hydrocarbon which can be used as a source of energy. In this final project, the addition of zeolite catalyst in pyrolysis process of Polypropilene plastic waste has been studied in the terms of energy activation. Isoconversional Friedman and  Flynn-Wall-Ozawa methods were used. It wa found that the addition of zeolite of 10 % w/w can reduce the activation energy around 40 kJ/mol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>