Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Triandi Tjahjanto
"Beberapa teknik proses sol-gel untuk mengimobilisasi T'02
dipelajari dan dicobakan pada substrat aluminium dan kaca, kemudian
sifat semikonduktor dan aktivitas fotokatalitiknya diuji. Selain
itu juga dilakukan usaha optimalisasi dengan meragamkan pelarut yang
digunakan dan suhu kalsinasi. Prekursor yang digunakan dalam semua
teknik proses sol-gel di sini adalah Ti( O iPr),. Pengujian hasil
imobilisasi T'02 yang dilakukan meliputi uji aktivitas fotokatalitik
terhadap
I
4-kiorofenol, dan karakterisasi lapisa n dengan TLCScanner,
Scanning Electron Microscope (SEM) , Spektrofotometer IR, dan Dif raksi
Sinar-X (XRD) . Spektra XRD menunjukkan teknik proses sol-gel yang memperlambat hidrolisis menghasilkan kadar kristal anastase, yang
diinginkan, relatif kecil. Sedangkan serapan spektrum IR pada 1382
cm- 1 dan 1632 cm-
.
1 memperkuat dugaan masih terdapatnya gugus alkil.
Sedangkan teknik proses sol-gel yang tidak memperlambat hidrolisis
walaupun relatif lebih kristalin dan . memberikan kadar anatase yang
relatif sangat tinggi, hidrolisisnya terlalu cepat. Penggantian pelarut
metanol dengan propanol memberikan proses sol-gel yang cukup baik.
Ketebalan.yang diperole h dari sol ini antara 0,6175 p dan 0,6781
Rm. Hasil u ii kualitas lapisan dengan TLCScanner menunjukkan
homogenitas ketebalan lapisan teknik pertama tidak sebaik teknik
kedua yang tidak memperlambat hidrolisis. Uji fotokatalitik terhadap
4-klorofenol memperlihatkan aktivitas katalis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursiah
"ABSTRAK
Titanium Dioksida sebagai semikonduktor fotokatalisis telah banyak diaplikasikan untuk keperluan pemurnian air dan udara. Pada rangkaian sistem TiO2 untuk keperluan fotokatalisis, dapat digunakan TiO2 yang diimmobilisasikan dalam bentuk lapisan tipis dengan proses sol-gel. Jenis kristal yang paling aktif untuk keperluan fotokatalisis untuk degradasi polutan adalah anatase. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengoptimalkan proses fotokatalisis tersebut antara lain upaya untuk memperbesar persentase anatase dan memperbaiki karakteristik lapisan tipisnya. Pada penelitian mi, divariasikan jenis pelarut alkohol, lama kalsinasi dan pengulangan kalsinasi.Variasi pelarut alkohol yang digunakan yaitu metanol, etanol dan isopropanol. Persentase anatase pada Ti0 2 yang dihasilkan dari ketiga larutan berbeda, yang terbesar Ti0 2 dari larutan dengan pelarut metanol. Dari foto SEM terlihat bahwa proses sol-gel pada larutan dengan pelarut etanol menghasilkan proses gelasi sedangkan yang berpelarut isopropanol menghasilkan proses presipitasi. Luas permukaan lapisan yang paling besar adalah yang berasal dan larutan dengan pelarut isopropanol. Vaniasi lama kalsinasi yaitu 30 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, 2,5 jam, 5 jam, 7,5 jam dan 10 jam. Dari difraktogram sinar-X tenlihat bahwa semakin lama kalsinasi yang diberikan, jumlah anatase semakin sedikit. Percohaan ketiga adalah mengulangi kalsinasi setelah T10 2 terbentuk. Kalsinasi dilakukan dua kali masing-masing selama 45 menit. Persentase anatase pada kristal T102 jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang sekali kalsinasi selama 45 menit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky W. H. P.
"Prjoses pemisahan merupakan .vuam pr0.ve.s' yang selalu ada pada .veriap Icegialan induslri manzgfaklur. Proses pemisalzan rersebu! biasanya menggunakan sebuah komponen yang bernama membran, dimana membran Iersebur harus mampu memisahkan za!-za! alau unsur-unsur apa saja yang dflrehendaki. Maka dari ilu dibutuhkan suaru Icomponen unluk pemisahan yang terbuar dari material yang memililci perayararan yaitu mempunyai pori-pori yang sesuai yang be179/ngsi sebagai membran saringan (menahan yang mcmpunyai ukw-an Iebih besar duri pori dan melewarkan yang mempunyai ukuran Iebih kecil dariporU, memiliki ketangguhan yang memadai ( karena selama proses pemisahun ada rekanan yang bekeaja), dan memiliki Icemhanan terhadap temperatur tinggi ( karena pada bebcrapa aplikasi, fa.s'a;fa'.s'a yang dzpisahkan memiliki remperatur ringgU. Malta material yang dupat memenuhi memenuhi kriteria diatas adalah marerial keramiln Karena keramik memiliki porijnori yang dapat dyadikan ?saringan keiahanan rerhadap lekanan linggi dan kerangguhan yang mcnzadai.

Material keramik lfonvensional memiliki ukuran porosiras yang besan se/zingga tidal: dapar digunakan umul: proses pcmisahan gas. Di dalam penelirian ini keramik sinteris yang dig-unakan berasal dari Iamran Ten-aefhy! Orfhosilicare (TEOQ, dimana nantinya serelah dqrroses lebilz Ianjuf, Iarutan ini akan membenzuk .ml gel serrymva SiO; _ Namun yang mcrgiadf perbedaan, SiO; yang :erberztuk pada reaksi terxebur memililci ukurarz porosizas yang sangat kccil dibandinglcan SiO;
lcon vensionai. So! ge! ini kemudiun dilapiskan pada .vebuah keramik S 50,-» biaxa. Yang meryadi fokus penelitian adalah karalderisrik dari lapisan yang rerbe/#fuk derzgan variabe! kecepatcn penarikan §lI6f0dC dlp coating).
Hasil penelirian menumy'u.{'/can bahwa dengan penambahcm keceparan penarikan dari 10,66 mm/mnr, 25 mm/mnr, 50 nmvhvnr dan 100 mnVmn!, malca kercbulan lapisan akan sema/:in meninglcar dari 8,24; 17,41 ,' 45,23; sampai 51,66 pm. Scdanglran nilaf kekasaran akan rurnn dengan meningkamya keceparan penarflcan , dirunjuldcarz derzan menurunnya nilai Ra dari 1,28-4; I, I 56; I, 18; sampai 0,808. Sedangkan nilai kekerasan mikro akan menurun bail: sebeium diden.s'57i1casi rnaupzm serelah dfdensyikasi dengan suhu 200° Cefcius selam 2 jam. Sebefum didewyikasi, nilai kekerasannya menurzm dari 309, 186, HS, .sampai 183 VHN _ Serelah didensyilcasi kekerasan milzro akan menurun dari 348, 276, 159, sampai 115 VHN . Didaparkan juga dari hasil pengamntan XRD bahwa Iapisan TEOS rersebu! berswt amorf.

Separation process is one ofthe most irmoortant process and always be needed in the modern industrial manujirtcturing. This process is usuallly using a component named membrane, which is that component has a capability to separate wanted.
subtances or essences. Therefore it is needed to be discover a component that made from a material which is has an appropriate pore size for a filter membrane (to hold the particle which is bigger than pore size and to let the particles which is smaller than pore size pass trough the membrane), has an appropriate toughness ( there is high pressure working in the separation process), and has a high tennaerature resistance (for some application, it has to be in a high temperature). Therefore the ideal material _to match with those criterias is ceramic. Because ceramics has pores that can be uused as a 'ffilter", resistance of high temperature and an appropriate touhgness.
The problem isa conventional ceramics have big pore stee, that ineans it can not be used for gasses separation process. In this research we use a sintetic ceramics, derived from T etraethyl Ortosilicate( TEOS) solution, later on ajer several advanced process, this solution will form SiO; soi gel. The advantage ofthis sinteric ceramic is in the pore size, we can get material which is has very small size of pores. This sol gel then will be coated to a conventional ceramic as ft substrate. lite focus of this research is investigating the characteristic of layer formed with variable of the withdrawal speed (dlp coating methoth.
This reasenrch 's resulting that with thc increase ofthe withdrawl spcedjrom 10,66 mm/mnt, 25 mm/mnt, 50 mm./mnt to 100 mln/mnt, the thickness ofthe layer is also increase #om 8,2-l; 17,-41: 45, 23; 51,66 to /an The other side, the roughness of the layer will decrease with the increase of the wthdrmval speed shown by the decreased Ra value _#om 1.28-1; 1, 156; I _ 18; to 0,808. Microhardness of the layer is also decreased with the increse of withdrawal speed both before or ajier densi/ication (2000 Celcius, 2 hours). Before ciensyication, microharciness decrease from 309, 186 118, to 183 VHDL Aj?er denqficarion, mikrahardness will decrease fiom 348. 276, 159. Io 115 I/HM This research also resulx, _#om the XRD tesuhe T EOS layer formed has an amorphous structure.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beni Muchtar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perlakuan proses pengeringan, anil, dan hidrotermal, serta perubahan konsentrasi prekursor (0,1 dan 0,4 M) dan rasio hidrolisis (0,82 dan 2) terhadap pertumbuhan nanokristalit TiO2 hasil proses sol-gel. Untuk keperluan analisis tersebut, teknik difraksi sinar X dilakukan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perlakuan hidrotermal dengan temperatur dan waktu yang optimal mampu meningkatkan kristalinitas nanopartikel TiO2 melalui pemecahan jaringan Ti - OH yang kaku menjadi jaringan Ti - O - Ti yang fleksibel yang dapat memfasilitasi densifikasi dan pembentukan TiO2 nanokristalin.

This research is aimed at analyzing the influence of drying, annealling, and hydrotermal treatments as well as the concentration of titanium-isoproroxide precursor (0.1 and 0.4 M) and the hydrolysis ratio (rw = 0,82 and rw = 2) of crystallinity TiO2 nanoparticles derived from sol-gel process. For that analysis, x-ray diffraction technique used Based on the investigation, it has been found that the hydrotermal treatment can improve the nanocrystallinity of TiO2 through the cleavage of the stiff Ti'OH network to became the flexibleTi'O'Ti network, which can be further densified to form nanocrystalline TiO2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51082
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Kezia Grace Almira
"Silika nanopartikel merupakan salah satu nanomaterial yang pemanfaatannya cukup luas karena beberapa kekhasan yang dimilikanya. Sintesis silika nanopartikel biasanya dibuat dari tetraetil ortosilikat (TEOS) namun karena harga yang cukup mahal digantikan dengan natrium silikat. Sintesis silika nanopartikel dari natrium silikat menggunakan kombinasi dari metode sol-gel dan metode hot injection dengan memvariasikan suhu selama sintesis nanosilika. Larutan amonia dan etanol menjadi pelarut yang diinjeksikan dengan natrium silikat. Nanosilika yang terbentuk kemudian diuji untuk mengetahui struktur kristal dan morfologinya menggunakan XRD dan SEM. Nanosilika yang dihasilkan memiliki struktur amorf dengan ukuran kristal 37.21 nm dan 32.34 nm pada suhu ruangan dan pada suhu 60ºC. Morfologi dari nanosilika yang terlihat berbentuk spherical tetapi bentuk yang dihasilkan tidak homogen. Silika nanopartikel yang dihasilkan kemudian dimodifikasi dengan mencampurkan asam stearat untuk memberikan sifat hidrofobik dengan variasi 1:5 dan 1:1. Aplikasi nanosilika hidrofobik dilakukan dengan dua cara yaitu spray dan dip coating. Dengan teknik dip coating dengan perbandingan 1:5 dan suhu reaksi untuk sintesis nanosilika pada 70ºC dihasilkan sudut kontak tertinggi yaitu sebesar 92º.

Silica nanoparticles are one of the nanomaterials that the use quite extensively because of some of their unique characteristics. The synthesis of silica nanoparticles is usually made from tetraethyl orthosilicate (TEOS) but because the price is quite expensive it is replaced with sodium silicate. The synthesis of silica nanoparticles from sodium silicate uses a combination of the sol-gel method and the heat injection method by varying the temperature of the solvent. Ammonia and ethanol solutions are solvents that injected by sodium silicate. The resulting nanosilica has an amorphous structure with a crystal size of 37.21 nm and 32.34 nm at room temperature and 60ºC. The morphology of nanosilica is spherical but the resulting shape is not homogeneous. The resulting silica nanoparticles were modified by mixing stearic acid to give hydrophobic properties with variations of 1:5 and 1:1 between the nanosilica and steaeric acid. The application of hydrophobic nanosilica is carried out in two techniques, spray and dip coating. With the dip coating technique with a ratio of 1:5 and the reaction temperature at 70ºC is giving the highest contact angle produced at 92º.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novita Lestari
"Fotokatalisis merupakan metode alternatif untuk pengolahan air limbah dan fotokatalis TiO2 adalah katalis yang banyak digunakan, karena inert, tidak bersifat toksik, dan murah. Namun, celah energi (bandgap) yang lebar pada TiO2 yaitu sekitar 3.2 eV, setara dengan cahaya UV dengan A 388 nm, membatasi aplikasi fotokatalitiknya nanya pada daeran UV, tapi tidak pada daerah cahaya tampak (visible). Padahal canaya tampak tersedia melimpah sebagai cahaya matahari yang sampai ke bumi. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi fotokatalitik TiO2 yaitu dengan menyisipkan dopan pada matrik Kristal TiO2, di mana elemen dopan menjadikan matrik katalis baru yang memiliki energi celah lebih kecil, yang setara dengan energi canaya tampak. Salah satu dopan paling menjanjikan adalah nitrogen. Pacla penelitian ini dilakukan sintesis dan karakterisasi dari TiO2 yang di doping dengan nitrogen (N-TiO2) serta dibandingkan aktivitasnya baik secara fotokatalitik maupun fotoelektrokatalitik dengan TiO2 yang tidak di beri dopan. Karakterisasi bahan hasil preparasi menunjukkan bahwa N-TiO2 memiliki energi celan lebih kecil yaitu sebesar 3.0169 eV dibandingkan TiO2 yang tidak didoping dengan nitrogen yaitu sebesar 3.2861 eV. lndikasi keberhasilan penyisipan nitrogen juga diperolen clari profil puncak serapan infra merah dan spektrum Energy Dispersive Xray (EDX), yang jelas mengindikasikan kenadiran nitrogen dalam matrik N-TiO2. Pengujian aktifitas fotokatalisis dan fotolektrokatalis, baik menggunakan sinar UV dan sinar tampak, menunjukkan bahwa, dilihat dari tetapan Iaju reaksinya, N-TiO2 mampu mendegradasi zat warna Congo Red dan asam benzoat Iebih cepat dibandingkan TiO2 tampa doping."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30482
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Wijaya
"Pelapisan zirkonia film pada bahan dasar aluminium alloy dibuat dengan menggunakan metoda sol-gel yang telah dimodifikasi dan teknik spinning coating. Asam asetat digunakan sebagai stabiliser pada pembuatan sal dan asam nitrat digunakan sebagai agen peptitiser dengan perbandingan terhadap alkoxide 2 dan 0,032. Penambahan yttria dilakukan dengan perbandingan berat oksidanya terhadap oksida total dalam sol sebesar 2,5; 5; dan 10%. Kristalisasi mulai terbentuk pada suhu sekitar 420°C dalam bentuk kubik atau tetragonal dan tidak mengalami perubahan phase hingga pembakaran suhu 600 C maupun akibat penambahan yttria dalam sol. Penambahan yttria tidak mempengaruhi suhu terbentuknya kristal (kristalisasi). Karakterisasi mekanis hasil dilakukan dengan uji menggunakan UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System, kekerasan film tidak digunakan sebagai kekerasan baku sifat bahan karena dijumpai permasalahan pada alat UMIS (kekerasan film maksimum 1,59 GPa, jauh dari data referensi). Dari hasil analisis dengan SEM, diduga deformasi yang terjadi mengikuti proses konservasi volume. Penambahan yttria pada sal tidak memberi perubahan yang cukup berarti pada sifat kekerasan film hasil.

Zirkonia thin film coatings on aluminium alloy substrats have been made by modified sol-gel method and spin coating technique. Acetic acid is used as a stabilizer sols (as modifier) and nitric acid as peptitizer in the ratio toalkoxide of 2 and 0.032 respectively. The addition of yttria is in the ratio 2.5, 5 and 10 % weight to total oxide in sols. Crystallization of the fifms began at about 420 C in cubic or tetragonal form and had no changes after firing up to 600°C and addition of yttria in sols. The addition of yttria caused no changes in crystallization temperature. Ultramicro indentation tests were carried out using UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System. The hardness analysis results can not be used as the properties of film because there was a problem with the UMIS. From SEM images, it is predicled that the stable deformation suggested a volume conserving process. The addition of yttria to sols does not change much on the hardness properties of resulting thin film."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Wijaya
"Pelapisan zirkonia film pada bahan dasar aluminium alloy dibuat dengan menggunakan metoda sol-gel yang telah dimodifikasi dan teknik spinning coating. Asam asetat digunakan sebagai stabiliser pada pembuatan sol dan asam nitrat digunakan sebagai agen peptitiser dengan perbandingan terhadap alkoxide 2 dan 0,032. Penambahan yttria dilakukan dengan perbandingan berat oksidanya terhadap oksida total dalam sol sebesar 2,5; 5; ·dan 10%. Kristalisasi mulai terbentuk pada suhu sekitar 420 °C dalam bentuk kubik atau tetra~onal dan tidak mengalami perubahan phase hingga pembakaran suhu 600 C maupun akibat penambahan yttria dalam sol. Penambahan yttria tidak mempengaruhi suhu terbentuknya kristal (kristalisasi). Karakterisasi mekanis hasil dilakukan dengan uji menggunakan UMIS 2000 U/tramicrohardness Indentation System, kekerasan film tidak digunakan sebagai kekerasan baku sifat bahan karena dijumpai permasalahan pada alat UMIS (kekerasan film maksimum 1 ,59 -, GPa, jauh dari data referensi). Dari hasil analisis dengan SEM, diduga deformasi yang terjadi mengikuti proses konservasi volume. Penambahan yttria pada sol tidak memberi perubahan yang cukup berarti pada sifat kekerasan film hasil.

Zirkonia thin film coatings on aluminium alloy substrats have been made by modified sol-gel method and spin coating technique. Acetic acid is used as a stabilizer sols (as modifier) and nitric acid as peptitizer in the ratio to alkoxide of 2 and 0. 032 respectively. The addition of yttria is in the ratio 2.5, 5 and 10 % weight to total oxide in sols. Crystallization of the films began at about 420 C in cubic or tetragonal form and had no changes after firing up to 600 °C and addition of yttria in sols. The addition of yttria caused no changes in crystallization temperature. Ultramicro indentation tests were carried out using UMIS 2000 Ultramicrohardness Indentation System. The hardness analysis results can not be used as the properties of film because there was a problem with the UMIS. From SEM images, it is predicted that the stable deformation suggested a volume conserving process. The addition of yttria to sols does not change much on the hardness properties of resulting thin film.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T40861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryantoro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat-sifat dari lapisan tipis alumina. Sol alumina berbasis air yang diturunkan dari prekursor organik aluminium secondary butoxide (ASB) dibuat melalui proses Yoldas. Pengaruh derajat hidrolisis dan keasaman dipelajari dengan XRD dan FT-Raman spectrometer. Selanjutnya boehmit yang terbentuk dipanaskan dan dikarakterisasi seperti sebelumnya. Untuk mempelajari sifat-sifat lapisan boehmit dideposisikan pada berbagai subtrat (gelas, Al, Cu, dan Stainless steel). Morfologi dari film diamati dengan mikroskop optik dan SEM. Ketebalan dari film ditentukan dengan metode indentasi dengan UMIS-2000 menggunakan indenter sferis 1 µm. ketebalan film tergantung dari gaya adhesi antar sol dan subtrat. Ketebalan film pada 5 x pelapisan untuk subtrat SS antara 60 nm sampai dengan 120 nm. Modulus dan kekerasan dpelajari dengan indenter sferis 10 µm dan biaxial bending. Hasil dari penelitian ini disajikan dalam Bab 6.

ABSTRACT
The aim of this project is to investigate the properties of sol-gel deposited alumina films. The water base alumina sol was derived from alumina secondary butoxide through Yoldas process. The effect of hydrolysis and acidity were studied using XRD and FT-Raman spectrometer in order to characterize the structure of boehmite. Furthermore, produced boehmite were fired and characterized as previous methods. For studying the film properties, the boehmite was deposited onto substrates (glass, Al, Cu and stainless steel). The surface properties were observed using an optic microscope and SEM. The thickness of the film was determined through indentation method using UMIS-2000 with 1 µm spherical tipped indenter. The thickness of the film depends on the adhesion force between boehmite sol and substrate. The film thickness of stainless steel-coated alumina was found between 60 nm to 120 nm. The elastic modulus and hardness of the film were investigated using 10 µm spherical indenter and biaxial bending test. The result of this project is presented in Chapter 6."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Lis
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, katalis H2SO4/SiO2 dibuat dengan menggunakan metode immobilisasi sol-gel dan impregnasi pada silika gel. Katalis H2SO4/SiO2 dikarakterisasi dengan XRD, XRF, dan FTIR. Katalis yang dihasilkan diuji dengan metode leaching untuk mengetahui banyaknya asam sulfat yang terlepas dan digunakan pada reaksi esterifikasi. Persen leaching yang diperoleh dari impregnasi pada silika gel sebesar 4,78% per 0,1 g katalis dan untuk katalis solgel sebesar 7,1% per 0,1 g katalis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, katalis solgel selanjutnya digunakan untuk reaksi esterifikasi asam-3,4,5-trihidroksibenzoat (asam galat) dan sukrosa dengan suhu 90 oC dan 110 oC, rasio mol asam galat dan sukrosa 2:3, 8:1, 9:1 dengan suhu optimum 110 oC, waktu reaksi 24 jam, 5% katalis dan pelarut DMSO. Sebelum reaksi esterifikasi, reaktan dicampur dan dipanaskan dalam oven microwave selama 4 menit dan dibandingkan dengan 10 menit. Hasil reaksi esterifikasi dianalisis menggunakan HPLC, FT-IR dan LCESI- MS dan menunjukkan sebagian besar asam galat telah bereaksi. Hasil LC-ESIMS menunjukkan hanya terbentuk monogalloyl glucose. Selanjutnya, produk ester diuji dengan metode DPPH radical scavenging dan menunjukkan bahwa ester yang dihasilkan memiliki IC50 34,68 ppm.

ABSTRACT
In this research, the catalysts H2SO4/SiO2 were prepared by sol-gel and impregnation methods and were characterized with XRD, XRF and FT-IR. Both catalysts were tested by leaching method to determine the leaching of sulfuric acid and were used on the esterification reaction. Percent leaching of H2SO4 from the impregnated silica gel was 4.78% per 0.1 g catalyst and from the immobilized solgel was 7.1% per 0.1 g catalyst. Based on these results, sol-gel catalyst was used on the esterification reaction between 3,4,5-trihydroxyl benzoic acid (gallic acid) and sucrose at temperatures of 90oC and 110 oC, by varying the molar ratios of gallic acid/sucrose 2/3; 8/1 and 9/1 at optimum temperature of 110 oC, for 24 hours and 5% catalyst using DMSO as solvent. Prior to the esterification reaction, the reactants mixture was heated in a microvawe oven for 4 minutes compare to 10 minutes. The esterification reaction products were analyzed by HPLC, FT-IR and LC-ESI-MS and showed that almost all gallic acid was reacted. The LC-ESI-MS results indicated that only monogalloyl glucose was produced. Furthermore, the esterification product was determined by DPPH radical scavenging method and showed that IC50 from the ester was 34,68 ppm.
"
2011
S54647
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>