Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Hutami
"
Gas NH3 dan H2S adalali dua bentuk gas utama penyebab bau yang dilepaskan dalam penstiwa dekomposisi manui yang dilakukan oleh nukioba perombak protein Gas NH3 dan H2S ini selam berbau juga mempunyai tingkat toksisitas yang cukup tinggi sehingga dalam jumlah yang besai dapat mengganggu dan berbahaya bagi lingkungan Pembet lan balian bahan pengabsorpsi dan garam garam alkali tanah seperti Ca dan Mg sudah diketahui dapat mengmangi pelepasan gas NH3 dan H2S daii manur ayam Selain itu zat zat yang bei sifat desinfektan juga dapat dipakai untuk mengurangi pembentukan gas NH3 dan H2S Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaiuh pemberian kapur terhadap pelepasan gas NH3 dan H2S dari mama ayam Pelepasan gas NH3 dan H2S dipengaruhi oleh kadar air dan pH sehingga pada penelitian mi juga dipei lksakadai an danpH. Kadar gas NH3 dan H2S yang telah ditampung dalam penelitian ini diukur secara kolorimetri dengan alat spektrofotometer pada smar tampak Pengukuran kadar gas NH3 digunakan metode Nessler dan diukui pada nm Untuk pengukuran kadar gas H2S digunakan metode Bini Metilen dan diukur pada ^0 «m Dari hasil pengukuran kadar gas NH3 dan H2S ternyata bahwa kapur dapat menurunkan kadar pelepasan gas NH3 dan H2S Kapur lebih efektif dalam menurunkan kadar gas NH3 dibanding gas H2S Hasil pengukuran kadar air juga menunjukkan baliv a kapur dapat menurunkan kadar air dari manur sedangkan hasil pengukuran pH menunjukkan adanya dua pola perubahan nilai pH Pada hari ke 0 sampai hari ke 6 tingginya nilai pH berbanding terbalik dengan banyaknya kapur jang diberikan sedangkan setelah hari ke 6 tingginya mlai pH sebanding dengan banyaknya kapur yang diberikan Hasil uji analisis variansi 2 aiah keempat parameter yang diukur memberikan hasil yang menunjukkan beda nyata (P < 0 05) antara pemberian kapur dan kontrol dari nilai rata rata 3 pengulangan (triplo) Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian kapur dapat menurunkan pelepasan gas NH3 dan gas H2S serta kadar air sedangkan pH dari manur meningkat"
1997
S29919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Arifianti
"ABSTRAK
Nitrogen merupakan salah satu unsur dalam manur ayam atau kotoran ayam yang dapat mencemari lingkungan. Nitrogen dalam bentuk gas amonia, nitrat dan nitrit dapat mencemari udara dan air. Tetapi nitrogen sendiri merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tumbuhan, sehingga pada pengolahan manur sebagai pupuk, kandungan nitrogen pada manur perlu diperhatikan.
Sebagian besar hilangnya nitrogen pada manur ayam karena terbentuknya gas amoma. Temperatur ruangan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat penguapan gas amonia. Apabila pada tempat penyimpanan manur terlewati aliran air, maka nitrogen dalam manur akan semakin berkurang karena garam-garam nitrat dan nitrit yang ada akan terbawa oleh aliran air.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi kehilangan nitrogen pada manur ayam akibat terbentuknya gas amonia. Di negara-negara maju digunakan zeolit, jerami dan garam-garam kalsium untuk mengurangi terbentuknya gas amoma. Pada penelitian ini digunakan kapur untuk mengurangi kehilangan nitrogen.
Penentuan kadar nitrogen dalam manur ayam dilakukan dengan metode Kjedahl dan dianalisis dengan spektrofotometer. Parameter lain yang diukur pada penelitian ini berupa kadar air, pH, kadar fosfor clan kalium pada manur ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar nitrogen pada manur yang menggunakan kapur dan manur kontrol, dimana kadar nitrogen dengan menggunakan kapur sedikit lebih tinggi dari manur kontrol. Sedangkan kadar air pada manur yang ditambah kapur, lebih rendah dari kadar air manur kontrol. Penambahan kapur memberikan peningkatan pH sedikit lebih tinggi selama beberapa hari pengamatan dibandingkan dengan manur kontrol. Kadar kalium dan fosfor dalam manur tidak memperlihatkan penurunan yang berarti, karena kalium dan fosfor tidak terdekomposisi selama manur mengalami dekomposisi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Pramudya
"Kadmium ( Cd ) adalah logam berat yang ticlak berguna bagi tubuh dan dapat menimbulkan keracunan pada makluk fi^dup. Logam ini cenderung terakumulasi dalam jaringan tubuh dan mempunyai waktu paruh yang panjang. Cd masuk kedalarn tubuh melalui saluran pemapasan dan pencemaan. Makanan yang menganclung Cd menyebabkan masuknya logam ini ke dalam tubuh manusia. Telur ayarn petelur diduga mengandung Cd yang berasal dari pakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Cd terhadap, produktivitas dan alcumulasinya dalam telur ayarn petelur. Tiap kelompok terdiri dari 20 ekor ayam. dan masing-masing diberi pakan yang ditambah Cd 10 dan 20 mg tiap kg pakan selama 2 bulan. Sebagai kontrol adalah kelompok ayam yang diberi pakan yang tidak ditambah Cd. Produksi telur diamati setiap hari. Sampel diambil setiap minggu, dioksidasi dengan campuran asam, dan dianalisis dengan memakai spektrofotometer ,serapan atom dimana prinsipnya adalah pengulcuran radiasi yang diserap oleh atom yang ingin ditentukan kadamya. Metode ini dipilih karena sederhana, cepat, peka, teliti dan selektif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa toksisitas Cd menurunkan produksi telur dari kelompok yang menclapat Cd 10 dan 20 mg per kg pakan mulai minggu ke-7 dari perlalcuan. Hal ini disebabkan karena Cd menghambat absorpsi kalsium yang dibutuhkan untuk pembentukan kulit telur. Pada umumnya, kadar Cd dalarn putih dan kuning telur dari kelompok yang yang mendapat pakan ditambah Cd 10 dan 20 mg tiap kg pakan, lebih tinggi daripada kontrol. Meskipun sebagian besar perbedaannya tidak nyata. Kadar Cd dalam putih telur lebih besar daripada dalam kuning telur dengan perbandingan 4: 1.

Cadmium ( Cd ) is a heavy metal useless to the body and it can affect toxicity to biological life. This metal tends to accumulate in the tissues and has a long half-life. Cd enters the body through respiratory and digestive tract9. Cd-contaminated foods cause this metal to enter the human body. The eggs of the layer chicken are suspected to contain cadmiuni^ which comes from the poultry feed. The aim of this study was to know the effect of cadmium on the productivity and its accumulation in the eggs of layer chicken. Each group consisted of 20 chicken and were given poultry feed plus Cd 10 and 20 mg per kg of poultry feed respectively for 2 months. As the control group was the chicken fed without Cd addition. The egg production was observed everyday. Samples were taken everyweek, oxidized with an acid mixture, and analyzed using atomic absorption spectrophotometer, the principle of which was to measure the radiation absorption by the atom being determined. This method was chosen because of its simplicity, rapidity, sensitivity, accuration, and selectivity. The results indicated that cadmium toxicity decreased the egg production of the groups fed with Cd 10 and 20 mg per kg of poultry feed respectively, which started from the 7th week of the treatment. Probably, this was caused by Cd, which inhibited calcium absorption used for egg-shell formation. In general, the concentration of Cd in egg whites and yolks of the groups treated with Cd 10 and 20 mg per kg of poultry feed respectively, were higher than that of the control group. However most of the"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermin Marina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S31304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasikin
"Performance of hydrogenation catalyst at lower pressure and temperature to produce methanol from CO2 is expected to be improved It is needed to utilize a preparation method such gas injection to give eject in preparation step. Gas injection method can improve the diffusion property of the precipitating agent and gives more smaller particle size of active site.
In this work, catalyst CuO/ZnO/Al2O3 (50:45:5 wt%) was prepared by co-precipitation to combine with injection of NH3 to the preparation step. As precipitating agent, NHL came from evaporation of its solution heated at 60° C in CO2 flow or precipitating agent of CO2 with N, carrier.
As a result, mixture of NH, and CO2 or with N, carrier deposited metal cations (Cu, Zn and Al) at ambient temperature and pressure. Injection of NH3 and CO2 gave deposit as carbonate or hydroxide soft, on the other hand injection of NH3 gave hydroxide salt. This method resulted catalyst with higher surface area but tower dispersion in comparison to conventional co-precipitation method.
"
2001
JUTE-15-3-Sep2001-323
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Purwanti
"ABSTRAK
Fasilitas Produksi Oil X akan memanfaatkan hasil samping gas alam yang mengandung 1,8 vol H2S dan 45 vol CO2sebagai fuel. AGRU perlu dibangun untuk mendapatkan spesifikasi 100 ppmv H2S dengan kandungan CO2 berkisar 30 ndash; 35 vol. Gas umpan capacity adalah 39 MMScfd. MDEA dipilih karena selectivitas terhadap H2S. Studi simulasi dengan menggunakan Proses Simulator ini diharapkan dapat memperoleh kondisi operasi AGRU yang optimum, yaitu konsentrasi MDEA, suhu kolom absorber,dan tekanan stripper; yang dapat memberikan biaya paling rendah untuk pemisahan H2S dan CO2secara simultan pada konsentrasi gas asam yang tinggi dan tekanan gas yang rendah. Kondisi optimum operasi AGRU yang diperoleh adalah 40 berat konsentrasi MDEA, suhu lean amine masuk kolom absorber 52 oC dan tekanan stripper 200 kPa; yang menghasilkan kandungan CO2 33,4 vol dan kandungan H2S 37 ppmv dalam fuel gas. Laju Alir Sirkulasi MDEA adalah 597 m3/hr. Biaya separasi untuk kondisi optimum adalah 1,0 /MMBtu fuel gas yang dihasilkan.

ABSTRACT
Oil Production Facility X plant to utilize its side product of natural gas which content 1,8 vol H2S and45 vol CO2 as internal usage fuel gas. AGRU is installed to get fuel gas spesification of 100 ppmv H2S with 30 ndash 35 vol CO2. Feed Gas capacity is 39 MMScfd. MDEA is selected due to its H2S selectivity solvent. This simulation study using Process Simulator focuses to get optimum AGRU operation parameters, such as MDEA concentration, Absorber temperature, and Stripper pressure which will result the lowest cost for simultanoeus H2S and CO2 removal at high acid gas concentration and low pressure.Optimum AGRU operation parameters results are 40 weight MDEA concentration 52oC Lean Amine temperature to Absorber and Stripper Pressure of 200 kPa which results CO2 content of 33,4 vol and H2S content of 37 ppmv in fuel gas product. MDEA circulation rate is 597 m3 hr. Separation cost for this optimum condition is 1,0 MMBtu fuel gas product. "
2018
T50718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Ronny HT
"PT. XYZ akan membangun Gas Processing Facility (GPF) lapangan X untuk memenuhi kebutuhan pasokan gas nasional untuk kebutuhan industri dan non-industri di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Gas Processing Facility lapangan X dirancang dengan total kapasitas laju aliran produksi gas 330 MMscfd dengan impurities content 0,6-1% H2S, 34% CO2, RSH dan COS. Spesifikasi produk sales gas yang dihasilkan yaitu maks 5% mol CO2 dan maks 4 ppmv H2S. Pemilihan teknologi pemurnian gas alam yang dilakukan mendapatkan teknologi sufinol sebagai teknologi pemurnian gas alam yang akan dibangun oleh perusahaan. Tahap analisis hasil simulasi, optimasi proses dan kajian ekonomi diperoleh bahwa solvent sulfinol x memiliki unjuk kerja yang lebih baik dibandingkan dengan solvent sulfinol m, dalam penggunaan laju sirkulasi yang lebih optimum, solvent dan water loses yang lebih rendah dan konsumsi energi pada pompa dan reboiler yang lebih optimum dalam absorpsi CO2, H2S, RSH dan COS. Evaluasi ekonomi yang didapatkan dari penggunaan sulfinol x dibandingkan penggunaan sulfinol m, yaitu penghematan untuk biaya modal awal hingga USD 276.780 dan biaya operasional hingga USD 334.231.538 per tahun.

PT XYZ will build the Gas Processing Facility (GPF) field X to meet the needs of the national gas supply for industrial and non-industrial needs in the East and Central Java regions. The X field gas processing facility is designed with a total capacity of 330 MMscfd gas production flow rate with 0.6-1% H2S, 34% CO2, RSH and COS impurities content. The product sales gas specifications produced are max 5% mol of CO2 and max 4 ppmv of H2S. The selection of natural gas sweetening technology is done by getting sufinol technology as a natural gas sweetening technology that will be built by the company. The analysis phase of the simulation results, process optimization and economic study showed that sulfinol x has a better performance compared to sulfinol m, in the use of a more optimum circulation rate, lower solvent and water loses and energy consumption at pump and reboiler more optimum in absorption of CO2, H2S, RSH and COS. Economic evaluation obtained from the use of sulfinol x compared to the use of sulfinol m, namely savings for initial capital costs up to USD 276,780 and operational costs up to USD 334,231,538 per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ade Irawan
"Dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode pengukuran laju korosi dari suatu pipa penyalur dengan fluida gas didalamnya serta adanya gas CO2 dan H2S. Metode untuk mengamati laju korosi yang dilakukan yaitu dengan perbandingan laju korosi berdasarkan perhitungan dari corrosion probe terhadap laju korosi berdasarkan perhitungan kehilangan berat dari corrosion coupon, serta laju korosi yang dihitung menggunakan software corrosion modeling dengan menggunakan data dari analisa fluida. Corrosion probe yang digunakan adalah dari jenis tube loop dengan elemen carbon steel sementara itu coupon yang digunakan adalah material Carbon Steel C1018 mild steel. Metode analisa fluida gas terutama CO2 dan H2S digunakan untuk menghitung laju korosi dengan menggunakan software corrosion modeling. Metode intrusive (Coupon dan probe) yang digunakan dipasang pada pipa horizontal dengan posisi coupon dan probe tersebut di atas dari pipa tersebut (posisi jam 12). Coupon dan probe di biarkan selama beberapa hari lamanya (NACE RP0775)7] kemudian laju korosi dihitung berdasarkan kehilangan beratnya. Data dari Corrosion probe diambil dari data logger yang fungsinya sebagai penyimpan data selama probe tersebut terpasang di dalam sistem pipa penyalur. Data tersebut di unduh dan kemudian di hitung hingga mendapatkan laju korosinya. Pengambilan sample dari fluida gas yang mengalir didalamnya dilakukan untuk menghitung laju korosi dengan menggunakan metode software corrosion modeling. Kandugan gas terutama CO2 dan H2S yang merupakan bahan corrodent merupakan parameter yang akan menentukan tingkat laju korosinya. Masing-masing data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan metode perghitungan laju korosi dari corrosion probe. Pada kondisi gas CO2 11 %V dan H2S 8 ppm menunjukkan trend yang berbeda dibandingkan laju korosi dari coupon dan corrosion modeling. Hal ini disebabkan peningkatan H2S dapat menyebabkan peningkatan difusi atom hydrogen pada elektroda probe yang akan mempengaruhi sensitivitas probe.

There are several methods is being used in this paper to calculate corrosion rate from gas transportation pipeline which has CO2 and H2S inside. These methods are to compare corrosion rate results based on calculation of weight loss by corrosion coupon, probe and corrosion modeling. Corrosion probe which is applied is tube loop type and carbon steel C1018 mild steel. Gas analysis such as CO2 and H2S are applied to calculation corrosion rate using corrosion modeling. Intrusive methods such as corrosion coupon and probe installed at 12 o'clock on horizontal pipeline. Coupon and probe exposed in several days, based on NACE RP 07757] then calculate corrosion rate based on weight loss before and after exposed. Data from corrosion probe downloaded from data logger and Corrosion rate calculated from software which is provided. Gas sampling analysis is applied to determine corrosion rate using corrosion modeling. CO2 and H2S as corrodent are parameters to determine corrosion rate. Data from coupon, probe and sampling are calculated to obtain corrosion rate, and then the results are compared to corrosion rate obtained from corrosion probe. Trending of corrosion rate obtained from corrosion probe is different from corrosion rate obtained from coupon and corrosion modeling when CO2 and H2S present 11%V and 8 ppm respectively. The difference of results due to increasingly of diffusivity hydrogen atomic into probe which affecting probe sensitivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elyawatie F. Budianto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>