Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syukur Hidayat
"Masalah pitch pada pembuatan kertas menyebabkan kerugian yang besar setiap tahun. Oleh karena itu dilakukan berbagai upaya untuk menghilangkannya.
Pitch merupakan kelompok senyawa non polar bersifat hidrofobik, seperti trigliserida ester, asam resin, dan asam lemak. Bila terbawa sampai proses akhir akan menyebabkan kertas yang dihasilkan berbintik-bintik, kotor, dan berlubang, sehingga mutunya kurang baik.
Pada penelitian ini dilakukan usaha penghilangan pitch dengan pemberian surfaktan anionik. Pitch yang non polar diubah menjadi polar kemudian dibawa air pencuci melalui proses emulsi.
Dari hasil penelitian diperoleh data yang menunjukkan pitch bisa dipisahkan dari pulp dengan surfaktan anionik jenis linear alkil benzena sulfonat. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang diberikari , semakin banyak pitch yang bisa dipisahkan dari pulp. Pada konsentrasi surfaktan sebesar 450 mg untuk setiap kg kayu yang dimasak diperoleh persen pemisahan pitch yang tertinggi yaitu sebesar 33,45%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikmatia Herfena
"Bromelain merupakan kelompok enzim protease yang terus dikembangkan untuk dimanfaatkan dalam bidang medis sebagai agen antiplatelet, antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker. Oleh sebab itu, diperlukan bentuk sediaan enzim terkontrol yang dapat mempertahankan aktivitas enzim dalam lambung sehingga dapat meningkatkan absorbsi saat mencapai usus. Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan aktivitas antiplatelet bromelain hasil isolasi bonggol buah nanas dengan mengenkapsulasinya pada kitosan terikat silang glutaraldehid. Bromelin yang diisolasi dimurnikan melalui fraksinasi dengan garam amonium sulfat dan dialisis. Aktivitas spesifik dari tiap fraksi menunjukkan adanya peningkatan, dimulai dari enzim kasar (71,10 U/mg), fraksi ammonium sulfat(151,70 U/mg) dan dialisis (226,8 U/mg). Hasil dialisis selanjutnya dienkapsulasi secara post loading dalam mikrosfer kitosan terikat silang glutaraldehid 2,5% (v/v), dengan derajat ikat silang sebesar 94,87% dan rasio swelling sebesar 41,45% pada pH 1,2; 20,97% pada pH 7,4; dan efisiensi sebesar 84,75%. Hasil uji disolusi menunjukan tingkat pelepasan bromelain yang relatif lebih kecil di cairan lambung artifisial (13,43%) dibandingkan lingkungan pH usus (60,52%). Aktivitas proteolitik dari bromelain dapat dipertahankan hingga mencapai 0,35 U/mL pada lingkungan pH usus artifisial.

Bromelain is a group of protease enzymes that continue to be developed to be used in the medical field as an antiplatelet agent, anti-inflammatory, antioxidant, and anticancer. Therefore, a controlled enzyme dosage form is needed that can maintain enzyme activity in the stomach so that it can increase absorption when it reaches the intestine. The aim of this study was to maintain the antiplatelet bromelain activity resulting from pineapple hump isolation by encapsulating it with glutaraldehyde cross-linked chitosan. Isolated bromelin was purified by fractionation with ammonium sulfate salt and dialysis. Specific activities of each fraction showed an increase, starting from crude enzymes (71.10 U/mg), ammonium sulfate fraction (151.70 U/mg) and dialysis (226.8 U/mg). The dialysis results were then encapsulated post loading in 2.5% (v/v) glutaraldehyde crosslinked chitosan microspheres, with crosslinking degrees of 94.87% and swelling ratio of 41.45% at pH 1.2; 20.79% at pH 7.4; and efficiency of 84.75%. The dissolution test results showed a relatively smaller release rate of bromelain in artificial gastric fluid (13.43%) compared to the intestinal pH environment (60.52%). The proteolytic activity of bromelain can be maintained up to 0.35 U/mL in an artificial intestinal pH environment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garnis Fithawati
"Pengobatan umum akibat bakteri Helicobacter pylori dengan amoksisilin trihidrat yang dikonsumsi secara oral dan berulang kurang efektif. Hal ini dikarenakan amoksisilin trihidrat memiliki waktu yang singkat dalam lambung. Enkapsulasi amoksisilin trihidrat ke dalam matriks sistem penghantar obat mengapung dapat mengatasi masalah tersebut. Pada penelitian ini, amoksisilin trihidrat dienkapsulasi ke dalam matriks hidrogel Semi-IPN kitosan metil selulosa sebagai sistem penghantar obat mengapung dengan adanya penambahan agen pembentuk pori 20 KHCO3. Metode loading obat dilakukan secara in situ loading dan post loading. Metode loading obat in situ loading memberikan hasil efisiensi penjeratan dan persen disolusi lebih tinggi dibanding proses post loading. Efisiensi dan persen disolusi in situ loading yang didapatkan adalah 100 dan 92,70 secara berurutan. Sedangkan Efisiensi dan persen disolusi post loading adalah 98,7 dan 90,42 secara berurutan. Studi mekanisme disolusi obat dilakukan dengan pendekatan kinetika membuktikan bahwa baik in situ loading maupun post loading adalah difusi dan degradasi dengan nilai n berturut-turut 0,4913 dan 0,4602. Hasil tersebut didukung dengan adanya karakterisasi menggunakan mikroskop optik yang dilanjutkan dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy SEM . Pada hasil mikroskop optik pada kedua metode loading terlihat bahwa permukaan hidrogel semakin kasar. Dan hasil SEM pada kedua metode loading terihat bahwa terbentuknya pori yang memanjang setelah dilakukan uji disolusi.

Common treatment for Helicobacter pylori by repeated oral consumption of amoxicillin trihydrate is not effective. Amoxicillin trihydrate has a very short residence time in stomach which leads into its ineffectiveness. Residence time of amoxicillin trihydrate can be improved by encapsulating amoxicillin trihydrate into a floating drug delivery system. In this study, amoxicillin trihydrate is encapsulated into hydrogel semi IPN chitosan methyl cellulose matrix as a floating drug delivery system and then treated with 20 KHCO3 as pore forming agent. Drug loading process used are in situ loading and post loading. In situ loading process has higher efficiency percentage and dissolution percentage than post loading process. In situ loading process resulted 100 efficiency with 92,70 dissolution percentage. Post loading process resulted 98,7 efficiency with 90,42 dissolution percentage. Mechanism of drug dissolution study by kinetics approach showed both in situ loading process and post loading process are diffusion and degradation process n 0,4913 and n 0,4602 respectively. These results are supported by characterization data from optical microscope and scanning electron microscopy SEM . Data from optical microscope showed both loading process resulted in coarser hydrogel surface. Characterization using SEM showed elongated pores in both loading process after dissolution test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Nur Fitria
"ABSTRAK
Bromelain merupakan salah satu jenis enzim protease yang banyak digunakan dalam bidang medis, seperti dalam pengobatan sistemik oral infamasi, anti koagulan, efek terapeutik antitrombotik dan fibrinolitik. Namun, diperlukan bentuk sediaan enzim terkontrol yang dapat mempertahankan enzim dalam lambung untuk waktu yang cukup lama sehingga dapat meningkatkan absorbsi pada bagian usus. Pada penelitian ini, enzim bromelain dienkapsulasi secara post loading ke dalam matriks hidrogel kitosan-PNVP semi-IPN sebagai pembawa bromelain untuk dapat lepas di usus. Hidrogel hasil sintesis memiliki rasio swelling 281 . Efisiensi enkapsulasi bromelain yang diperoleh sebesar 97 . Uji disolusi mikrokapsul bromelain dilakukan pada pH 7,4 selama 10 jam serta pH 1,2 selama 2 jam dan pH 7,4 hingga 12 jam dengan persentase disolusi masing-masing sebesar 55 dan 99 .

ABSTRAK<>br>
Bromelain is one of protease enzyme used in many medical fields, such as inflamation systemic oral, anticoagulant, therapeutic effect like antitrombotic and fibrinolitic. However, a controlled enzyme formula is required so that enzyme can sustain in the stomach for a period of time so that it will increase its absorption in the intestine. In this research, a chitosan PNVP semi IPN hydrogel is made to encapsulate bromelain by post loading method as a bromelain carrier to release bromelain in the intestine. The final hidrogel formulation had a swelling ratio of 281 . The efficiency encapsulation of bromelain equal to 97 . Dissolution occured at pH 7,4 for 10 hours and pH 1,2 for 2 hours and pH 7,4 upto 12 hours each gives value equal to 55 and 99 ."
Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nadiarani
"Ibuprofen merupakan obat yang bersifat hidrofobik sehingga memiliki kelarutan yang rendah dalam air. Kelarutan ibuprofen dalam air dapat ditingkatkan dengan menggunakan surfaktan. Pada penelitian ini, surfaktan yang digunakan adalah saponin yang berasal dari ektraksi buah lerak dengan menggunakan teknik maserasi. Senyawa metabolit sekunder dalam fraksi air dan fraksi eter diuji dengan uji fitokimia. Saponin yang berada pada fraksi air dikarakterisasi menggunakan UV-Vis dan FTIR. Nilai Konsentrasi Misel Kritis KMK saponin ditentukan dari kurva antara tegangan permukaan yang diukur dengan Tensiometer Cincin Dounouy terhadap konsentrasi saponin dalam 3 media. Nilai KMK dari saponin dalam media air sebesar 500 ppm, pada pH 7,4 sebesar 600 ppm, dan pada pH 1,2 sebesar 300 ppm. Nilai solubilisasi ibuprofen diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dikarakterisasi menggunakan mikroskop. Kondisi optimum solubilisasi ibuprofen didapatkan pada konsentrasi 1000 ppm saponin, 0,2 mg/mL ibuprofen, dan pada waktu 6 jam dengan nilai solubilisasi sebesar 0,108 mg/mL. Nilai parameter solubilisasi yang didapatkan yaitu koefesien partisi molar misel-air Km sebesar 2,414 dan energi bebas Gibbs ?G0 sebesar -2,198 kJ/mol. Hasil uji disolusi secara in vitro selama 2 jam sebesar 99 dalam pH 7,4 dan 18 pada pH 1,2.

Ibuprofen is a hydrophobic drug, which has a low solubility in water. Solubility of ibuprofen in water could be improved with the use of surfactant. Surfactant by used in this research was saponin derived from the extraction of lerak fruit by using the maceration technique. Secondary metabolites in water fraction and ether fraction were tested with phytochemical test. Saponin that is presented in the water fraction was characterized by using UV Vis and FTIR. Critical Micelle Concentration CMC of saponin values were determined by curve of the surface tension which measured by using Tensiometer Cincin Dounouy towards the saponin concentration in 3 mediums. CMC values from saponin in the water medium were 500 ppm, 600 ppm in PH condition of 7.4, and 300 ppm in PH condition of 1.2. Solubility value of ibuprofein was measured by using UV Vis spectrofometer and characterized by using microscope. Solubility 39 s optimum condition of ibuprofen obtained in the concentration of saponin of 1000 ppm, 0,2 mg mL ibuprofen, and in 6 hours with the solubility value of 0,108 mg mL. The parameter of solubility that are obtained were 2,414 of molar micel water partition coefficient Km and 2,198 kJ mol of gibbs free energy G0 . The test of In Vitro dissolution result showed 99 under the condition of pH of 7,4, and 18 under the condition of pH of 1,2, both within the duration of 2 hours of work."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhea Vara Yulfa
"Terdapat beberapa material pengisi tulang yang digunakan hingga saat ini, namun memiliki kekurangan yaitu dapat terjadi transmisi penyakit dan jumlah yang terbatas. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dikembangkan material pengisi tulang sintetis berupa blok maupun granul yang berasal dari karbonat apatit (C-Ap). Karbonat apatit (C-Ap) dianggap sebagai material yang unggul karena sesuai dengan syarat ideal dari material pengisi tulang sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat blok karbonat apatit (C-Ap) menggunakan prekursor gipsum (CaSO4) melalui metode disolusi presipitasi dengan larutan 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 serta larutan 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 selama 48 jam dan 72 jam pada suhu 100oC dan juga bertujuan untuk mengetahui nilai kekuatan tarik diametral dari blok karbonat apatit (C-Ap) yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan 36 spesimen gipsum berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu untuk disolusi presipitasi dengan larutan 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 selama 48 jam; 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 selama 48 jam; 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 selama 72 jam; dan larutan 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 72 jam. Pembentukan karbonat apatit (C-Ap) dikarakterisasi dengan melihat gugus fungsi C-Ap dengan alat ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachussets, USA). Uji kekuatan tarik diametral dari spesimen yang dihasilkan menggunakan Universal Testing Machine (Shimadzu, Japan) dengan parameter crosshead speed 0,5 mm/menit dengan load 5 kN. Data kuat tarik diametral diuji statistik dengan One-way Anova dan Tukey HSD Post-Hoc untuk kemaknaan perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya karbonat apatit (C-Ap) pada spesimen yang dibuat dengan dengan metode disolusi presipitasi dengan molaritas larutan yang lebih tinggi (1 mol/L) selama 48 jam dan 72 jam dan dengan nilai kekuatan tarik diametral yang lebih rendah dibandingkan kelompok spesimen yang dibuat dengan metode disolusi presipitasi pada molaritas larutan rendah (0,5 mol/L) selama 48 jam dan 72 jam. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok dari kelompok yang menggunakan metode disolusi presipitasi elama 48 jam 0,5 mol/L dan 72 jam 0,5 mol/L terhadap kelompok 48 jam 1 mol/L dan 72 jam 1 mol/L. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan molaritas larutan dan lama disolusi presipitasi berpengaruh pada pembentukan karbonat apatit dan kuat tarik diametralnya.

There are several bone graft materials used today, but its disadvantages are transmission of disease and their limited amount available. Eventually, synthetic bone graft in the form of the blocks or granules were developed from carbonate apatite (C-Ap). Carbonate apatite (C-Ap) is considered a superior material because of its ideal condition as synthetic bone graft material. This study aims to develop carbonate apatite blocks (C-Ap) using gypsum as precursors (CaSO4) through dissolution precipitation method with 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 and 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 48 hours and 72 hours at 100oC and also aims to determine the diametral tensile strength of carbonate apatite block (C-Ap) produced. This study uses 36 gypsum specimens of 6 mm in diameter and 3 mm in height, divided into 4 groups for the dissolution precipitation with a solution of : 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 for 48 hours; 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 48 hours; 0,5 mol/L Na2CO3 and 0,5 mol/L Na3PO4 for 72 hours; and a solution of 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 72 hours. The formation of carbonate apatite (C-Ap) was characterized by ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachusetts, USA). The diametral tensile strength were determined using Universal Testing Machine (Shimadzu, Japan) with a crosshead speed of 0,5 mm/min and load of 5 kN. Diametral tensile strength data were statistically tested using One-Way Anova and Tukey HSD Post-Hoc for the significance of differences between groups. The result showed that the formation of carbonate apatite (C-Ap) were developed in specimens made by dissolution precipitation method with higher molarity solution (1 mol/L) for 48 hours and 72 hours and with lower diametral tensile strength values compared to specimen groups made by dissolution precipitation method at low molarity solution (0,5 mol/L) for 48 hours and 72 hours. There were significant differences between groups of groups using the 48 hours dissolution precipitation in 0,5 mol/L and 72 hours in 0,5 mol/L dissolution precipitation method against thee 48 hours 1 mol/L and 72 hours 1 mol/L groups. It can be concluded that differences of molarity of the solution and duration of dissolution precipitations method can affect the formation of carbonate apatite and its diametral tensile strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Tiffany Yuliani
"ABSTRAK
Ketoprofen (KP) merupakan salah satu obat anti-inflamasi non steroid (AINS)
yang banyak digunakan pada gangguan muskuloskleletal dan sendi seperti
ostheoarthritis dan rheumatoid arthritis. Permasalahan utama dalam formulasi
ketoprofen adalah kelarutan ketoprofen yang rendah dalam air sehingga
membatasi absorbsinya. Laju disolusi zat aktif merupakan salah satu faktor
penentu dalam proses absorbsi zat aktif dari sediaan yang diberikan secara oral.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan peningkatan laju disolusi
ketoprofen dengan membentuk kompleks inklusi menggunakan betasiklodekstrin
dan hidroksipropil betasiklodekstrin. Pembuatan kompleks inklusi dilakukan
dengan metode spray drying. Laju disolusi ketoprofen dan kompleks inklusi diuji
dengan menggunakan metode dayung pada suhu 37 ± 0,5oC, kecepatan putaran 50
rpm dalam medium disolusi dapar fosfat 0,05 M pH 7,5. Pembentukan kompleks
inklusi ketoprofen betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari serbuk
sebesar 1,152 kali dan dari tablet sebesar 1,381 kali, sedangkan kompleks inklusi
ketoprofen hidroksipropil betasiklodekstrin dapat meningkatkan laju disolusi dari
serbuk sebesar 1,155 kali dan dari tablet sebesar 1,415 kali.

ABSTRACT
Ketoprofen (KP) is a drugs non-steroidal anti-inflammatory (NSAID) which is
used for ostheoarthritis and rheumatoid arthritis. Primary problem of ketoprofen
formulation is its low solubility in water that limits its absorption. Dissolution rate
of active ingredient is one of determinant in course of absorption dosage form
which given by oral. This study is intended to compare the enhancement of
dissolution rate of ketoprofen by forming inclusion complexes with
betacyclodextrin and hydroxypropyl betacyclodextrin. Inclusion complexes made
by spray drying method. The dissolution rate of ketoprofen and inclusion
complexes were examined using the paddle method at a temperature of 37 ± 0,5oC
and 50 rotation per minute (rpm) in the medium of 0,05 M phosphate buffer pH
7,5. The formation of ketoprofen-β-cyclodextrin inclusion complexes could
increase dissolution rate from powder?s form about 1,152 times and from tablet
dosage form about 1,381 times, however formation of ketoprofen-hydroxypropyl-
β-cyclodextrin inclusion complexes could increase dissolution rate from powder?s
form about 1,155 times and from tablet dosage form about 1,415 times."
2016
S64355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimania Dwi Haryani
"Beberapa jenis obat memiliki sifat sukar larut dalam air sehingga perlu ditingkatkan kelarutannya menggunakan sistem pembawa obat. Pada penelitian ini digunakan miselbiosurfaktan sebagai pembawa obat carvedilol, obat yang memiliki kelarutan 0.0044 mg/mL dalam air. Biosurfakan saponin didapatkan dari ekstrak daun mengkudu Morinda citrifolia L. yang mudah didapat di Indonesia. Saponin dalam fraksi air diidentifikasi dengan uji fitokimia dan dikarakterisasi dengan FTIR, spektrofotometer UV-Vis, dan mikroskop optik. Nilai CMC saponin didapatkan 500 ppm dalam air, 300 ppm dalam media pH 1.2, dan 600 ppm dalam media pH 7.4. Nilai solubilisasi carvedilol dalam misel dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis. Solubilisasi optimum didapatkan pada konsentrasi saponin 1000 ppm, konsentrasi carvedilol 300 ppm, dan waktu kontak 5 jam. Dalam media pH 7.4, carvedilol dapat terdisolusi lebih baik dibandingkan dalam media pH 1.2 dalam waktu 1 jam.

Some of medicines have the characteristic of insoluble in water so they require a drug carrier system to enhance its solubilization. This research uses a micelle drug carrier system to carry carvedilol, which is a drug with 0.0044 mg mL of water solubility. Bio surfactant saponin got from the extract of noni Morinda citrifolia L. leaves that easily get in Indonesia. The saponin is extracted from the water fraction that has been identified byfito chemical test and has been characterized using FTIR, spectrophotometer UV VIS, and through optical microscope. The CMC value is 500 ppm in water, 300 ppm in pH 1.2, and 600 ppm in pH 7.4. The measurement of micelles rsquo s optimum solubilization for carvedilol is measured by UV Vis spectrofotometry. Result shows that the maximum solubilization of carvedilol in the maximum saponin concentration of 1000 ppm is 300 ppm, and the time required of making contact is 5 hours. The disolution percentage of carvedilol better in pH 7.4 than in pH 1.2 within 1 hour.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>