Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunaryo
"Karena penggunaan unsur-unsur Lantanida terus berkembang, maka kebutuhan total Lantanida dari tahun ke tahun akan semakin meningkat. Unsur-unsur Lantanida ini mempunyai sifat-sifat yang sangat mirip, sehingga proses isolasi unsur-unsur ini menjadi sulit. Akhir-akhir ini senyawa crown banyak disintesa. Salah satu jenis senyawa crown ini adalah kriptan. Senyawa-senyawa kriptan dapat membentuk kompleks yang stabil dengan ion-ion logam, serta mempunyai keselektifan dalam membentuk kompleksnya. Dengan demikian tidak tertutup kemungkinan untuk memisahkan unsur-unsur lantanida secara ekstraksi pelarut menggunakan senyawa kriptan sebagai ligannya. Untuk itu penelitian mengenai sifat-sifat pengompleksannya dengan Iogam-Iogam Lantanida perlu dilakukan sebagai studi awal untuk ekstraksi pemisahan unsur-unsur lantanida tersebut. Dalam penelitian dilakukan penentuan perbandingan stoikiometri komplek Sm dan Yb kriptat (2,2,1)| , pengamatan pengaruh keasaman terhadap pembentukan komplek Sm dan Yb kriptat (2 , 2 , I ) , serta penentuan harga K reaksi kompleksasi Sm kriptat , secara spektrofotometri. Dalam percobaan ini yang diamati adalah perubahan spectrum serapan larutan yang diteliti. Hasil yang diperoleh dari percobaan-percobaan menunjukkan bahwa dalam fasa kloroform kriptan [ 2 , 2 , 1 ) terprotonasi 2, sedangkan dalam DMSO kriptan (2 , 2 , I ) cenderung terprotonasi 1. Kompleks yang dibentuk oleh kriptan (2,2, 1) dengan Sm3+ dan yb3+ dalam fasa DMSO mempunyai perbandingan stoikiometri mol logam:mol ligan = 1 : 1. Dari pengukuran secara spektrofotometri, diperoleh harga log k reaksi kompreksasi sm kriptat 12,2,Ll sebesar l,82 + 0,03.

As the use of Lanthanide elements continues to grow, the total need for Lanthanides will increase from year to year. These Lanthanide elements have very similar properties, so the process of isolating these elements becomes difficult. Recently, many crown compounds have been synthesized. One type of crown compound is cryptan. Cryptan compounds can form stable complexes with metal ions, and have selectivity in forming their complexes. Thus, it is possible to separate lanthanide elements by solvent extraction using cryptan compounds as ligands. For this reason, research on the properties of their complexation with Lanthanide metals needs to be carried out as an initial study for the extraction of the separation of these lanthanide elements. In the study, the stoichiometric ratio of the Sm and Yb cryptate complexes (2,2,1)| , observation of the effect of acidity on the formation of Sm and Yb cryptate complexes (2, 2, I), and determination of the K value of the Sm cryptate complexation reaction, by spectrophotometry. In this experiment, what was observed was the change in the absorption spectrum of the solution being studied. The results obtained from the experiments showed that in the chloroform phase, cryptant [2, 2, 1) was protonated by 2, while in DMSO, cryptant (2, 2, I) tended to be protonated by 1. The complex formed by cryptant (2,2, 1) with Sm3+ and yb3+ in the DMSO phase had a stoichiometric ratio of metal moles: ligand moles = 1: 1. From spectrophotometric measurements, the log k value of the cryptate 12.2,Ll sm complexation reaction was obtained as l.82 + 0.03.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasriah
"ABSTRAK
Ligan jenis feroin sangat menarik untuk dikaji terutama karena kemampuan ligan ini untuk membentuk kompleks dengan logam yang mempunyai bilangan oksidasi rendah. Salah satu ligan jenis ini adalah 3-(2-piridil)-5,6-difenil-1,2,4-triazin (PDT).
Dalam penelitian ini dicoba kembali pekerjaan peneliti terdahulu yaitu penentuan stoikiometri kompleks Fe(II)-PDT dan Co(II)-PDT dan dilanjutkan
dengan ekstraksi logam besi(II) dan kobalt(l1) dengan cara pengkompleksan terlebih dahulu. Metode ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi pelarut dengan rnenggunakan dua pelarut yang tak campur.
Ekstraksi kompleks logam besi(II)-PDT dan kobalt(1I)-PDT masing-masing pertama kali dilakukan pada berbagai nilai pH untuk memperoleh kondisi optimumnya. Selanjutnya dilakukan ekstraksi masing-masing logam pada pH optimumnya. Penentuan jumlah logam yang terekstrak dilakukan dengan alat spektrofotometri ultra ungu-tampak pada panjang gelombang maksimumnya.
Selain itu juga dilakukan ekstraksi secara simultan, kedua logam berada dalam satu larutan dan konsentrasi tertentu. Pemisahan dilakukan dengan menambahkan padatan NaCN kedalam fasa organik. Pengukuran dilakukan
dua kali, sebelum dan sesudah penambahan NaCN. Pengukuran pertama pada panjang gelombang 500 nm yaitu hagi kompleks Co(PDT)32+ yang masih tercampur dengan kompleks Fe(PDT)32+ dan pengukuran kedua pada panjang
gelombang 500 nm (bagi kompleks Co(PDT)3 2+ ) dan 552 nm (bagi kompleks Fe(PDT) 3 2+ ) . Nilai serapan pertama adalah nilai serapan bagi kompleks Co(PDT) 3 2+, nilai serapan akhir adalah bagi kompleks Fe(PFT)32+
Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa kompleks besi (II)-PDT dan kobalt(I1)-PDT mempunvai stoikiometri 1 : 3, yaitu Fe(PDT)3 2+ dan
Co(PDT) 3 2+. Kondisi pH optimum bagi ekstraksi Fe(II) pada pH 5,0 dengan
°/oE = 87,06 dan 7,0 dengan %E = 76,30 bagi ekstraksi Co(II). Kondisi pH
optimum bagi ekstraksi kedua logam secara simultan yaitu pada pH 5,0 dengan
hasil ekstraksi dalam bentuk %E adalah 82,43 bagi Fe(II) dan 72,15 bagi
Co(I1) dan pH 7,0 dengan basil 68.48 % bagi Fe(Il) dan 80,07 % bag] Co(II)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Dimas Saptoaji
"Sampai saat ini, pemberian obat secara oral masih memiliki beberapa kendala misalnya kesulitan untuk menelan tablet. Maka dari itu dibentuk tablet yang cepat larut dan hancur dalam rongga mulut tanpa bantuan air yang disebut tablet cepat hancur. Untuk mendapatkan sediaan tablet cepat hancur yang baik diperlukan bahan tambahan utama yaitu superdisintegran.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh eksipien koproses PVA-amilosa tersambung silang (CL Ko PVA-A) yang dapat digunakan dalam formulasi sediaan tablet cepat hancur. Pati tinggi amilosa dikoproses dengan PVA, kemudian disambung silang menggunakan natrium trimetafosfat sebagai agen penyambung silang. Eksipien CL Ko PVA-A yang dihasilkan dikarakterisasi sifat fisika, kimia, dan fungsionalnya. Selain itu, eksipien CL Ko PVA-A diformulasikan menjadi sediaan tablet cepat hancur dengan difenhidramin HCl sebagai model obat dan kemudian dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu hancur dan waktu pembasahannya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa eksipien CL Ko PVA-A dapat mengembang hingga 200% dalam waktu 1 menit. Sifat alir yang dimiliki eksipien ini juga dikategorikan dalam kategori istimewa dan melalui spektrum infra merah dapat dilihat perubahan gugus yang menandakan terjadi reaksi sambung silang pada eksipien. Pada bentuk sediaan tablet cepat hancur eksipien berhasil menjadi superdisintegran dapat dilihat dari tablet yang memiliki waktu hancur waktu pembasahan kurang dari 3 menit dan tablet memiliki kekerasan kurang dari 3 kp. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ekipien CL Ko PVA-A yang dibuat ini dapat digunakan sebagai superdisintegran yang baik dalam pembuatan tablet cepat hancur.

Until now, the oral drug administration still has several problems such as difficulty swallowing tablets. Therefore, solid dosage form of tablets that quickly dissolve and disintegrate in the mouth without water assistance called Fast disintegrating tablets (FDT) were established. It is required a main ingredient called superdisintegran to get a good FDT.
This research aimed to obtain an cross linked coproses PVA-amylose (CL Ko PVA-A) excipient which can be used in the manufacture of FDT. High-amylose starch was coprocessed with PVA, then was cross-linked using trimethaphosphate sodium as the cross-linked agent. The CL Ko PVA-A excipients were physically, chemically, and functionally characterized. Moreover, The CL Ko PVA-A excipients were formulated into FDT by diphenhydramine HCl as a model drug and then the tablet’s hardness, friability, disintegration time and the wetting time were evaluated.
Results showed that The CL Ko PVA-A excipients can swell up to 200% in 1 minute. Flow rate from this excipients were also categorized as a special category and some group changes can be seen through the infrared spectrum that indicating the cross-linking reaction were occurred in excipients. In the FDT dosage form, excipients successfully be a superdisintegran which can be seen from the tablet’s disintegration time less than 3 minutes and the tablet’s hardness was less than 3 kp. It can be concluded that the CL Ko PVA-A excipients can be used as a good superdisintegran in the manufacture of FDT.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S53040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inczedy, J.
Chichester : Ellis Horwood, 1976
543 INC kt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zelayna Claudia
"Dalam penelitian ini pengamatan berfokus pada penyelidikan peran ozone pada penyisihan tembaga (Cu) dari air limbah dengan adsorpsi menggunakan kitosan. Kitin adalah salah satu polisakarida alami yang paling melimpah yang dihasilkan oleh banyak organisme hidup, biasanya ditemukan sebagai komponen krustasean, setelah menjalani isolasi tertentu kitin dapat berubah menjadi kitosan (β-Poly (1-4) - 2-Amino-2-deoksi-ß-D-Glucan) yang memiliki sifat kimia yang lebih baik yang diperlukan sebagai bioadsorben. Pemisahan tembaga dari limbah cair menggunakan metode flotasi dan ozon sebagai diffuser, penggunaan ozon dikarenakan sifat oksidasi dan kelarutannya dalam air lebih besar dari udara. Selain itu, proses penyisihan tembaga yang dilakukan dibagi menjadi tiga variasi utama; ozonasi, kitosan dan gabungan kitosan dan ozon, dengan konsistensi kitosan; 1g/L, 2g/L dan 3 g/L. dan variasi konsentrasi tembaga pada 100 ppm, 200ppm, 300ppm dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase penyisihan tembaga dalam proses ozonisasi dan kitosan masing-masing hanya mencapai titik tertinggi pada 14,15% dan 44,58%, dimana kombinasi kedua metode mencapai 51,42%.

In this study the observation were mainly focus on the investigation of the significance of the copper (Cu) removal from wastewater by adsorption using chitosan and ozonation process. Furthermore, chitin is one of the most abundant natural polysaccharides produced by many living organisms; it is usually found as a component of crustacean shell, after undergoing specific isolations process chitin can be transform into the chitosan (β Poly-(1-4)-2-Amino-2-deoxy-ß-D- Glucan) which has a better chemical properties which necessary as a bioadsorbent Furthermore, separation of copper from wastewater was conducted by flotation method, ozone is used as diffuser because it is a stronger oxidant and more dissolvable in water than oxygen. Moreover, the process of the copper removal that is carried out is using a varied of ozone, chitosan and ozon-chitosan process, with the variation of chitosan used consitency at 1g/L, 2g/L and 3 g/L. and the variation of copper concentration at 100 ppm, 200ppm, 300ppm and 400 pm. The results indicated that the precentage removal of copper in ozonation process only and chitosan only reach its highest point at 14.15% and 44.58% respectivelly, where the combination of both method reach 51.42%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Raka Divananda
"Penlitian ini membahas tentang eliminasi componen metallic dan saturasi componen olefin bersama dengan eliminasi componen lain yang juga tidak di inginkan yang akan mempengaruhi laju reaksi dan kualitas produk. Solusi dari masalah ini adalah dengan mendesain sebuah trickle bed reactor berisikan Cobalt Molybdenum sebagai katalis yang dilengkapi dengan pelindung alumina dan mengandung HCL anhidrat. Reaktor ini mempunyai tinggi 3.33 m dan lebar diameter 1.5 berisikan 3080 kg katalis. Reactor yang mempunyai volume 5.874 m3 ini di desain untuk memproses 1 kg/s naphtha yang mengandung 0.03wt% sulfur, 40 ppb lead, dan 2vol% olefin.

This research discusses on removal of metallic compound and saturation of olefin with addition to other impurities removal from selected naphtha composition since it affects overall reaction rate and product quality. The solution is to design a trickle bed reactor loaded with Cobalt Molybdenum catalyst supported with alumina guard and potentially impregnated with anhydrous HCL. The reactor dimension is found to be 3.33 m in height and 1.5 in diameter packed with 3080 kg of catalyst. This 5.874 m3 reactor is designed to treat 1 kg/s naphtha which contains 0.03wt% sulphur, 40 ppb of lead and 2vol% of olefin.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Eka Anggraini
"Akrilamida dikenal bersifat karsinogen dan neurotoxin. Salah satu pengembangan metode deteksi akrilamida adalah dengan menggunakan biosensor berbasis hemogloin karena metode ini praktis, sensitif, dan cepat. Untuk itu dibutuhkan permukaan elektroda yang aktif, seperti Au dan Pt. Sudah banyak dilakukan penelitian membuat sensor akrilamida, namun tingkat kestabilan dan sensitifitas elektrodanya masih terbilang rendah. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biosensor akrilamida menggunakan elektroda boron-doped diamond BDD termodifikasi emas dan hemoglobin.
Teknik pembibitan kimia wet-chemical seeding dan elektrokimia electrochemical overgrowth of seeds dilakukan untuk memodifikasi elektroda BDD dengan emas. Karakterisasi dengan SEM-EDS menunjukkan bahwa sebanyak 12,74 emas berhasil terdeposisi di permukaan BDD. Dengan menggunakan Hb konsentrasi 0,25 mM, sensor akrilamida yang dibuat memiliki linearitas yang tinggi R2 = 0,9901 pada rentang konsentrasi 0,6 sampai 6 M dengan perkiraan LOD mencapai 0,845 M. Pengukuran kandungan akrilamida dalam sampel kopi menggunakan sensor ini memberikan hasil yang mendekati dengan hasil pengukuran menggunakan HPLC.

Acrylamide is known as carcinogenic and neurotoxin substrates. An alternative method for acrylamide detection is by using hemoglobin based biosensors, because it is a simple, rapid, and sensitive method. In this case, an active electrode surface, such as Au and Pt is necessary. Many studies have been done to create the acrylamide sensor. Unfortunatelly, the stability and the sensitivity of the electrodes were still poor. In this research, the electrodes for biosensor of acrylamide was prepared by modifying boron doped diamond BDD with gold and hemoglobin.
Wet chemical seeding technique followed by electrochemical overgrowth of seeds was performed to modify BDD electrodes with gold. The characterization with SEM EDS showed that gold could over 12.74 of the BDD surface. By immobilizing Hb with the concentration of 0.25 mM on the surface of the modified BDD, the linear calibration of the prepared acrylamide sensor was high R2 0.9901 in the concentration range of 0.6 to 6 M with an estimated LOD of 0.845 M. Measurement of acrylamide content in coffee samples using this sensor gives approach results to measurement results using HPLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indah Permata Sari
"Dewasa ini, nanopartikel magnetit MNP menarik perhatian banyak peneliti dikarenakan sifatnya yang unik. Pada penelitian ini, partikel magnetit berskala nano telah berhasil disintesis dan difungsionalisasikan secara simultan melalui metode yang ramah lingkungan menggunakan ekstrak daun Graptophyllum pictum L. Griff. Pada pembentukan MNP, ekstrak daun berperan sebagai sumber basa dan capping agent. Alkaloid dalam ekstrak terhidrolisis di dalam air dan menghidroksilasi ion prekursor membentuk serbuk nanopartikel Fe3O4. Ekstrak daun juga berperan sebagai penyedia gugus fungsi hidroksil, karboksil, dan amina kepada MNP sehingga terbentuk MNP-EKDH ekstrak kasar daun dan MNP-FDH fraksi air daun .MNP-FDH dan MNP-EKDH yang terbentuk dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, X-Ray diffraction XRD , spektroskopi Fourier transform infra red FTIR , particle size analyzer PSA , potential zeta charge PZC , scanning electron microscopy SEM , energy dispersive X-ray EDX , transmission electron microscopy TEM , dan vibrating sample magnetometry VSM .Hasil karakterisasi mengkonfirmasi terbentuknya MNP-EKDH dan MNP-FDH yang ditunjukkan melalui surface plasmon resonance pada ?max 291 dan 293 nm. Ukuran rata-rata partikel yaitu 117,7 nm dan 124,6 nm untuk MNP-EKDH dan MNP-FDH. MNP-EKDH bersifat paramagnetik sedangkan MNP-FDH bersifat superparamagnetik sehingga MNP-FDH berpotensi sebagai anticancer drug carrier.MNP-FDH dipelajari interaksinya dengan obat kanker epirubicin EPI dan didapatkan kapasitas muat yang optimum pada pH 8,0 dengan rasio berat MNP-FDH dan EPI yaitu 2:1. Interaksi MNP-FDH-EPI terjadi secara adsorpsi dan memenuhi isoterm Langmuir. Pengujian pelepasan menghasilkan kesimpulan bahwa EPI terlepas dengan baik dari MNP-FDH-EPI pada 4,5 sebesar 28,48 .

Nowaday, magnetite nanoparticles MNP attract many researchers because of their unique nature. In this study, nanoscale magnetite particles have been successfully synthesized and functionalized simultaneously through environmentally friendly methods using Graptophyllum pictum L. Griff leaf extract. In the formation of MNP, leaf extract acts as a base source and capping agent. The alkaloids in the extract are hydrolyzed in water and hydroxylate the precursor ions to form the powder of Fe3O4 nanoparticles. Leaf extract also acts as a provider of functional groups of hydroxyl, carboxyl and amine to MNP to form MNP EKDH leaf rough extract and MNP FDH leaf water fraction .MNP FDH and MNP EKDH were analyzed using UV Vis spectrometer, X Ray diffraction XRD , Fourier transform infrared FTIR spectroscopy, Particle Size Analyzer PSA , Potential Zeta Charge PZC , scanning electron microscopy SEM , energy dispersive X ray EDX , transmission electron microscopy TEM , and vibrating sample magnetometry VSM The characterization results confirm the formation of MNP EKDH and MNP FDH shown through surface plasmon resonance at max 291 and 293 nm. The mean particle size was 117.7 nm and 124.6 nm for MNP EKDH and MNP FDH. MNP EKDH is paramagnetic meanwhile MNP FDH is superparamagnetic. MNP FDH has potential as an anticancer drug carrier.The interaction between MNP FDH and epirubicin cancer drug EPI was studied. The optimum loading capacity was obtained at pH 8.0 with a weight ratio of MNP FDH and EPI of 2 1. The MNP FDH EPI interaction occurs due to adsorption and fits to Langmuir isoterm. The release test concludes that EPI is well released from MNP FDH EPI at pH 4.5 for 28.48 "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T48372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelita M. Vandari
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>