Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mochamad Chalid
"ABSTRAK
Pencemaran lingkungan dan beredarnya minyak pelumas palsu merupakan masalah-masalah besar yang ditimbulkan karena penanganan minyak pelumas bekas yang belum memadai. Pemanfatan kembali minyak pelumas bekas sebagai bahan bakar atau dalam bentuk daur ulang merupakan salah satu pemecahan masalah-masalah tersebut, di samping dapat menghemat pemakaian cadangan minyak bumi. Pemanfaatan kembali minyak pelumas bekas sebagai bahan bakar atau dalam bentuk daur ulang memerlukan penurunan kandungan logam yang terdapat dalam minyak pelumas bekas. Penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa ekstraksi-flokulasi dengan pelarut isobutanol yang telah ditambahkan sedikit KOH cukup efektif dalam menurunkan kandungan logam dalam minyak pelumas bekas. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh berbagai hidroksida logam dalam isobutanol dalamh hal keefektifannya untuk menurunkan kandungan logam dalam minyak pelumas bekas. Hidroksida logam- hidroksida logam yang digunakan adalah LiOH, NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, dan AI(OH)3P. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memilih hidroksida logam yang paling tepat, dan penentuan kondisi optimum percobaan dilakukan dengan variasi perlakuan dari perbandingan volume isobutanol terhadap minyak pelumas bekas, suhu, dan kadar hidroksida logam hasil penelitian pendahuluan dalam isobutanol. Analisa instrument yang dilakukan untuk melihat kemampuan hidroksida logam dalam memflokulasi pengotor dan aditif, dan keberhasilan proses ekstraksi-flokulasi minyak pelumas bekas adalah analisa penurunan kandungan logam minyak pelumas bekas sebelum dan sesudah ekstraksi-flokulasi dengan AAS, dan analisa kualitatif terhadap gugus-gugus fungsi pengotor dan aditif dengan Spektroskopi Inframerah. Hidroksida logam magnesium memberikan hasil yang paling baik terhadap penurunan kandungan logam minyak pelumas bekas, yakni Ca = 99,97% ; Zn = 99,96%; Mg = 99,94 %; dan Fe : 99,89%. Kondisi optimum percobaan adalah sebagai berikut: perbandingan volume isobutanol : pelumas, 3 : l, suhu 25 - 30 oC, dan kadar Mg(OH)2 sebesar 0, 04 M ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Setiadi Firmansyah
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Jihan Az-Zahra
"Keberadaan sulfur pada minyak solar CN-48 menyebabkan kerugian secara finansial karena memperpendek umur mesin serta berefek buruk pada lingkungan dan kesehatan. Banyak peneliti yang mengembangkan metode untuk mengurangi kandungan sulfur total pada bahan bakar, seperti metode Catalytic Oxidative Desulfurization (Cat-ODS), yaitu proses desulfurisasi dengan bantuan oksidator dan katalis. Metode ini mampu memenuhi kekurangan dari metode konvensional, Hidrodesulfurisasi (HDS), dan dapat dioperasikan pada kondisi operasi standar serta tidak membutuhkan banyak biaya. Pada penelitian ini penurunan kandungan sulfur total minyak solar CN-48 dengan metode kombinasi Cat-ODS dan ekstraksi cair-cair menggunakan H2O2 sebagai oksidator, CH3COOH sebagai katalis dan CH3OH sebagai pelarut. Dilakukan variasi rasio volume pelarut terhadap minyak solar CN-48 pada tahap ekstraksi cair-cair sebesar 1:1, 1:2, dan 1:4. Hasil penelitian diuji dengan berbagai metode, yaitu FTIR, XRF, GC-MS, dan ASTM D-4294 untuk menentukan kandungan sulfur total dalam minyak solar. Perbandingan nilai absorbansi panjang gelombang 1169 cm-1 dan 1458 cm-1 pada spektrum inframerah FTIR dapat dikorelasikan dengan hasil ASTM D-4294 dengan keakuratan 68%. Sehingga, FTIR dapat dijadikan metode alternatif dalam penentuan kandungan sulfur total pada minyak solar selain ASTM D-4294 dan dari hasil perhitungan persamaan korelasi antara keduanya menunjukkan bahwa rasio volume 1:4 memberikan nilai desulfurisasi terbaik hingga 28,22%.

The presence of sulfur in CN-48 diesel oil causes financial losses because it shortens engine life and adversely affects the environment and health. Therefore, many researchers have developed methods to reduce the total sulfur content of fuels, such as the Catalytic Oxidative Desulfurization (Cat-ODS) method, a desulfurization process with the help of an oxidizing agent and a catalyst. This method is able to meet the shortcomings of the conventional method, Hydrodesulfurization (HDS), and can be operated under standard operating conditions and does not require much cost. In this study, the total sulfur content of CN-48 diesel oil was reduced using Cat-ODS and liquid-liquid extraction with H2O2 as an oxidizing agent, CH3COOH as a catalyst, and CH3OH solvent. The variations of solvent to CN-48 diesel oil volume ratio at the liquid-liquid extraction stage were carried out at 1:1, 1:2, and 1:4. The results were tested by various methods, i.e., FTIR, XRF, GC-MS, and ASTM D-4294, to determine the total sulfur content in diesel oil. Comparison of absorbance values of 1169 cm-1 and 1458 cm-1 in the FTIR infrared spectrum can be correlated with the results of ASTM D-4294 with 68% of accuracy. Thus, FTIR can be used as an alternative method in determining the total sulfur content of diesel oil other than ASTM D-4294. The calculation using the correlation equation between the two shows that the volume ratio of 1:4 gives the best desulfurization value of up to 28.22%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Janwilson
"Kandungan sulfur yang tingi pada minyak solar dapat mempengaruhi mutu solar dan kualitas udara sekilar, dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan dari pembakaran minyak solar akan mcnghasilkan gas SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan arau mengurangl kadar sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulturisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik yang beroperasi pada tekanan dan temperatur tinggi, sedangkan pada penelitian ini dilakukan proses desulfhrisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut acetonitril (CH3CN) sebagai solven. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa, yaitu fasa minyak solar dan fasa acetonitril (CH3CN). Dimana senyawa organik yang mengandung sulfur didalam minyak solar akan terdekomposisi, yang disebabkan oleh energi radiasi dari lampu UV- merkurl. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstraksi dengan menggunakan larutan acetonitril (CH3CN). Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan satu atmosfer.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar Pertamina yang telah dikotori dengan n-dodecyl merkaptan dan terrier dodecyl merkaptan dan sumber energi radiasi dari sinar Ultraviolet (UV), yang menggunakan lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasl tanpa reaksi fotokimia, yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan acetonitril.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,2 % turun menjadi 0,02 % dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun menjadi 0,22 % untuk acetonitril dengan konsentrasi 2 M dengan perbandingan pelarut sebcsar l : 7 dan penyinaran selama 9 jam. Hal ini menunjukkan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnen Chandra
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Nisma
"RINGKASAN
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian unsur-unsur lantanida terus meningkat. Unsur lantanida umumnya ditemukan dalam bentuk campuran dengan unsur lantanida lainnya dalam batuan. Untuk memperoleh unsur lantanida murni dibutuhkan teknik pemisahan yang selektif dan efesien. Ekstraksi pelarut adalah salah satu teknik pemisahan yang banyak dikembangkan sejalan dengan sintesa ligan-ligan baru.
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang dapat terprotonasi dengan satu atau duo ion I1 dalam bentuk (LW) dan (LH2)}2. Bentuk ini mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation logam dengan ukuran rongga kriptan terprotonasi, jenis anion dan kepolaran pelarut yang sesuai. Bentuk kompleks ini dimanfaatkan untuk pemisahan ion lantanida, baik sebagai individu ataupun kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selektifitas ekstraksi kompleks Sm*3, Eu+3 dan Yb+3 yang baik, dengan kriptan [2.2.1) dan [2.2.2]_ Selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi untuk pemisahan ketiga ion logam tersebut Dipelajari pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, jenis dan konsentrasi pasangan anion terhadap %E dan Log D kompleks yang terbentuk dengan pelarut kloroform. Pengaruh kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pelarut murni dan pencampuran pelarut 0-10% kloroform dalam n-heksana, 0-10% diklorometana dalam n-heksana, 0-10% n-heksana dalam kloroform, 0-10% n-heksana dalam diklorometana dan 040% toluen dalam kloroform. Pengaruh pasangan anion pada komposisi kepolaran pelarut 0-100% diklorometana dalam kloroform, dipelajari dengan menggunakan pasangan anion kiorida, asetat dan pikrat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa selektifitas pemisahan kompleks lantanida kriptat [2.2.11 dan [2.2.21 dipengaruhi oleh pH larutan logam, jenis pasangan ion dan kepolaran pelarut fasa organik yang digunakan_ Kompleks Ln-Hkriptat [2.2.1] mempunyai selektifitas ekstraksi yang tinggi pada pH 3.0 dan terendah pada pH sekitar 5.0. Selektifitas ekstraksi kompleks Ln-Hkriptat [2.2.2.1 diperoleh tinggi pada pH 5.0, dan terendah pada pH sekitar 3.0. Selektifitas ekstraksi ketiga logam pada pH ± 5.0 diperbesar dengan menambahkan pikrat dan asetat sebagai pasangan anion dan mengatur kepolaran pelarut fasa organik. Dari hasil pengaruh komposisi kepolaran pelarut, selektifitas ekstraksi logam Sm dengan Yb atau Eu-kriptat [2.2.1] pasangan ion klorida diperoleh pada kepolaran pelarut rendah (komposisi pelarut 4-10% kloroforn dalam nheksana). Sedangkan selektifitas Eu dengan Yb-kriptat [2.2.1] diperoleh pada kepolaran pelarut tinggi (komposisi pelarut 0-3% n-heksana dalam diklorometana). Selektifitas ekstraksi kompleks Eu dengan Sm atau Yb-kriptat [2.2.21 klorida terjadi pads kepolaran pelarut rendah (komposisi 2-5% kloroform dalam n-heksana), sedangkan selektifitas pemisahan kompleks Srn dengan Yb-kriptar [2.2.2] klorida terjadi pads kepolaran pelarut tinggi (komposisi 70-90 % diklorometana dalam kloroform).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] maupun [2.12] pikrat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-40 % diklorometana dalam kloroform). Sedangkan selektifitas ekstraksi Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran pelarut sedang (0 % diklorometana dalam kloroform), sebaliknya selektifitas Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (100 % diklorometana).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Yb-kriptat [112] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-100 % diklorometan dalam idoforom).
ABSTRACT
The Effect of pH, Anion Pairs and Mixed Composition of Solvents on Extraction
Selectivity of Metals Sm (III), Eu (III) and Yb (III) with Eryptand [2.2.1] and [2.2.2]Along with the development of science and technology, the use of lanthanides elements have continuously increased. Generally, lanthanides can be found as a mixture with other lanthanide elements in minerals. To get pure lanthanides, it needs a selective and efficient separation technique. Solvent extraction is one of the separation technique studied due to the synthetize of new ligands.
Cryptands are macrocyclic ligand (L) that can be protonated with one or two 1r ions to form (LW) and (LH2+2). This protonated ligand can from complexes selectively with metal ion, a complex metals ion based on appropriateness of the diameter of ions with the cavity size of the protonated cryptands. Due to differrent polarity of pair ion complex formed the extraction selectivity were studied with different anion. By using various solvent polarity, the extraction selectivity can be improved. A protonated cryptands can be used for separating lanthanides ion whether individual or groups lanthanides.
The aim of this research is intends to find a better extraction selectivity of Sm+3, Eu+3 dan Yb+3 by using cryptands [2.2.1] and 12.2.2] as complexing agent The result be used to study the feasibility of to separate the three ions (by extraction method). The effect of pH, the type and the concentration of cryptands, the type and the concentration of anion pairs (chloride, picrate and acetate) were studied in chloroform . The impact of solvent polarites were using pure solvent (chloroform, n-hexane, toluene and dichloromethane). Furthur studied were carried out using mixed solvent e.q : 0-10% chloroform in n-hexane, 0-10% dichloromethane in n-hexane, 0-10% n-hexane in chloroform, 0-10% n-hexane in dichloromethane and 0-10% toluene in chloroform. The effect of anion pairs were studied with mixed solvents of 0-100% dichloromethane in chloroform.
The results showed that the separation selectivity of lanthanides-cryptates [2.2.1] and [2.2.2] complex was influenced by the pH of metal solution, the type of pair ion and the polarity of the organic phase. Ln-Hcryptate[2.2.1] complexes had a hight extraction selectivity at pH 5 3.0 and lower at pH 5.0. The extraction selectivity of Ln-Hcryptate [2.2.21 complexs showed bight at pH ? 5.0 and lower at pH 3.0. The extraction selectivity of third metals at pH 5.0 could be enlarged with the increase of picrate and acetate anion pairs, and with the exchange of polarity of organic solvents. The extraction selectivity of Sm and Yb or Eu-cryptate [2.2.1] chloride complexes is shown at lower solvents polarity (4-10% chloroform in n-hexane). While, the separation of Eu with Ybcryptate [2.2.1] is pronounce at bight solvents polarity (0-3% n-hexane in dichloromethane). However, the extraction selectivity of complexs Eu with Sm or Ybcryptate 12.2.2] chloride is found at low 'solvents polarity (2-5 % chloroform in n-hexane). The posibble separation selectivity of complexes Sm and Yb-cryptate [2.2.2] chloride complexes occurred at hight solvents polarity (70-90% dichloromethane in chloroform).
The effect of pair ion on the separation selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.11 and [2.2.2] picrate occurred at flight polarity (30-40% dichloromethane in chloroform). Whereas, the extraction selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.1] acetate occurred at solvents of middle polarity (100% chloroforrm), on the other contrary the selectivity of Sm-cryptate [2.2.1] acetate occurred at hight polarity (100% dichloromethane).
Separation selectivity of Sm with Yb-cryptate [2.2.2] acetate occurred at flight polarity (30-100% dichloromethane in chloroform).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Ernawati Musi Andayani
"ABSTRAK
Setelah pemakaian dalam periode tertentu, minyak lumas akan mengalami penurunan kualitas karena terkontaminasi oleh asam-asam organik, peroksida, partikel ausan dan bahan kimia berbahaya Iainnya. Karena inilah minyak lumas bekas merupakan sumber pencemaran yang memberikan efek negatif pada Iingkungan.
Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar senyawa utama pembentuk minyak lumas yadu hidrokarbon tidak mengalami kerusakan serius dan hanya terkontaminasi oleh kotoran-kotoran, maka adalati memungkinkan dilakukan usaha mendapatkan kembali minyak lumas dasar dan minyak lumas bekas dengan cara memisahkannya dan kotoran-kotoran.
Cara klasik yang pernah ddempuh adalah perlakuan dengan asam lempung yang sudah mulal ditinggalkan karena menghasilkan endapan lumpur yang lebih berbahaya dan minyak lumas bekas sendiri.
Dewasa ini telah diusulkan proses ekstraksi flokulasi dengan pelarut organik dan penambahan suatu hidroksida logam yang tidak memberikan efek samping bagi lingkungan. Pelarut polar berperan melarutkan minyak lumas dasar dan mensegregasi pengotor dan aditif keluar dan minyak lumas dasar. Keberadaan suatu hidroksida logam dalam pelarut polar menlngkatkan kemampuan segregasi pelarut terhadap flokulan dengan cara membentuk lapisan stern yang tipis.
Pada penelitian ml ekslraksi flokulasi dilakukan dengan menggunakan pelarut polar isobutanol teknis dann elektrold Mg(OH)2.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi volume Isobutanol teknis, lamanya pengadukan dan kadar elektrold Mg(OH)2 mempengaruhi prosentase penurunan kadar logam. Proseritase penurunan kadar logam tentinggi yang didapat pada penelitian ini adalah pada perbandingan pelarut dan minyak lumas 3 :1, lama pengadukan 30 mend clan konsentrasi Mg(OH)2 0,04M. Dimana prosentase penurunan kadar logamnya adalah : Ca 97,33% ; Fe 98,6% Mg 97,84% , Pb 97,22% clan Zn 38,55%.
Analisis kuantitatif dan analisis kuaIatif sifat fisika kimia dapat menunjukkan kelayakan minyak lumas dasar hasli proses ekstraksl flokulasi sebagai komponen dasar penyusun minyak lumas dengan cara membandingkannya dengan sifat tisika kimia minyak lumas dasar dart campuran minyak bumi SLC-DURI.
Pada penelitian ini, dari hasil analisis perbandingan sifat fisika kimia dengan minyak lumas dasar dari campuran minyak bumi SLC-DURI, minyak lumas dasar hasil ekstraksi flokulasi dapat dipertimbangkan sebagai pengganti minyak lumas dasar yang diolah dari mmnyak bumi dengan memperbaiki lagi beberapa sifat yang masih kurang baik. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Purnama
"Perkembangan mesin industri dan kendaraan bermotor mendorong peningkatan penggunaan pelumas dan akumulasi pelumas bekas. Pelumas bekas dijadikan bahan bakar alternatif atau didaur ulang dengan teknologi konvensional menggunakan bahan B3, padahal dapat mencemari lingkungan, mengganggu kesehatan, sehingga memicu masalah sosial. Metode daur ulang sebaiknya berbasis teknologi hijau, ekonomis, ramah lingkungan, dan diterima oleh masyarakat. Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam. Salah satunya adalah cadas lempung. Activated bleaching earth adalah cadas lempung alami yang berasal dari formasi khusus di pegunungan Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah limbah B3 pelumas bekas. Pelumas bekas dapat didaur ulang dengan metode ekstraksi menggunakan penyerap kontaminan. Penelitian ini menganalisis sifat kimia-fisika dan performa bahan alam non B3 activated bleaching earth sebelum dan setelah digunakan dalam proses daur ulang pelumas bekas menjadi base oil. Mengkaji dan mengembangkan pemanfaatan residu agar dapat meminimalisasi polutan, dan diterima masyarakat. Pendekatan penelitian kuantitatif, dengan metode penelitian eksperimen (pengujian di laboratorium) dan survei.
Hasil penelitian menunjukan cara ini lebih ekonomis, mengurangi polutan, dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Residu proses berkalori sekitar 5.000 kkal, dapat digunakankan sebagai bahan bakar alternatif atau penguat aspal. Abu dapat dijadikan mortar dan beton. Kesimpulannya, pelumas bekas bisa didaur ulang menjadi base oil, menggunakan cadas lempung yang berasal dari gunung Indonesia. Hasil base oil berkisar 70-79%.

The development of industrial machinery and motor vehicles encourage increasing use of lubricants and accumulation of used lubricants. The used lubricants applied as alternative fuels or recycled using conventional technology which uses hazardous materials, whereas It will pollute the environment, affecting the health, and lead to social problems. The recycling method should be based on green technology, economical, environmentally friendly, and social acceptable. Indonesia has the rich of various natural resources. One of them is the clay rock. Activated bleaching earth was natural clay rock that's specific formation in Indonesia mountains. This research purpose is handle the hazardous waste of used lubricant. It could be recycled by extraction method using a contaminants adsorbent.
The objective of the study was analyze the chemical-physics and performance of non hazardous activated bleaching earth, a natural material before and after used in the process of recycling used lubricant to be base oil. Assess and develop the utilization of residual to minimize pollutants, and acceptable. The method used quantitative approach, with experimental research (laboratory test) and survey.
The research result shows, It was more economical, reduce pollutants, and do not cause health problems. Residue had calorific value around 5,000 kcal. It could be applied as alternative fuel or asphalt reinforcement. Ash could be mortar and concrete products. The conclusion stated, the used lubricant could be recycleabled to be base oil, using clay rock in Indonesia's mountain. The base oil result was around 70-79%.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
D2592
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>