Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1993
S29831
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Hantini
"ABSTRAK
Ion-ion logam dapat dipisahkan dari suatu campuran dengan menggunakan teknik pengendapan, resin penukar ion, adsorpsi dan flotasi. Teknik pernisahan dengan flotasi tidak memerlukan waktu yang lama, efisien dan efektif untuk memekatkan ion-ion logam dari larutan encer. ion-ion logam tersebut diangkat kepermukaan larutan dalam bentuk kompleksnya dengan menempel pada gelembung udara. Flotasi dilakukan terhadap ion-ion logam Mn(II), Ni(II) clan Co"1k 1) yang telah dikomplekskan dengan tanin, asam oksalat dan EDTA sesuai perbandingan stoikiometrinya dengan menggunakan surfaktan dodesilarnin. Perbandingan stoikiornetri kompleks logam-ligan ditentukan dengan metode perbandingan mol menggunakan spektrofotometer ultra - ungu-tampak. Pengaruh pH, konsentrasi ligan clan surfaktan terhadap hasil flotasi diamati dengan mengukur konsentrasi ion logam sebelum clan sesudah flotasi menggunakan spektrofotometer serapan atom. Perbandingan stoikiometri rata-rata kompieks logam-ligan yang diperoleh adalah 4 : 1 untuk kompleks logam-tanin clan 1:1 untuk kompleks logam-oksalat maupun logam-EDTA. Flotasi kompleks logam MnOl', Ni(II) clan CoOl" dengan ligan tanin, asam oksalat clan EDTA mencapai optimum pada pH 8,0. Asam oksalat dapat berfungsi sebagai depresan pada flotasi kompleks Nitanin yang semula pada pH 8,0 hasil flotasinya 92,07% menjadi 10,56%. Kecenderungan penurunan hasil flotasi ion logam Ni(II) dan Co(ll) dengan adanya EDTA memberikan kemiripan. Flotasi terhadap campuran larutan Ni(II) clan Co(II) pada pH 8,0 dengan penambahan asam oksalat sesuai yang dibutuhkan untuk flotasi satu ion logam saja diperoleh hasil yang selektif dan maksimum. Flotasi terhadap campuran kedua logam tersebut dengan penambahan EDTA diperoleh selektifitas yang renclah. Flotasi selektif untuk memisahkan NIn(II) dari Ni(II) dan Co(II) dalam campuran larutan ketiga logam dapat dilakukan pada pH 6,0 dengan menambahkan tanin, asam oksalat clan dodesilamin sesuai yang dibutuhkan untuk menghasilkan flotasi ion logam rvIn(lly,!qang optimum, selanjutnya larutan sisa difflotasi kembali pada pH 8,0 dengan kondisi yang sama untuk pernisahan ion logam Ni(II) dad Co(ll) pada percobaan sebelumya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reko Sayogo
"Zeollt merupakan jenis mineral alumina silikat ^ng menbentuk ruang
tiga dimensi dan sangat berpori. Substitusi Si oleh Al pada kerangka zeolit
memberikan muatan negatif pada kerangka, muatan tersebut memungkinkan
kation logam alkali dan alkali tanah terikat di dalamnya. Sehingga zeolit
mampu mempertukarkan kation di dalamnya dengan kation logam-logam
berat.
Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi zeolit, dilakukan modifikasi
diantaranya dengan impregnasi kation logam tertentu atau oksida logamnya.
Mn02 merupakan salah satu oksida logam yang dapat digunakan untuk
impregnasi pada zeolit. Pada penelitian kali ini impregnasi dilakukan dengan
menggunakan Mangan (II) klorida tetrahidrat kemudian dilanjutkan
pembentukan Mn(0H)2 pada kristal zeolit dengan mengkontakkan zeolit
dengan larutan basa NaOH, selanjutnya Mn(0H)2 dengan pemanasan di dalam atmosfer udara akan teroksidasi membentuk Mn02 di dalam kristal
zeolit.
Zeolit yang telah diimpregnasi mangan dioksida diuji daya serapnya
terhadap kation logam Co (II), Cu (II) dan Ni (II) dengan cara mengkontakkan
0,2 g zeolit dengan larutan yang mengandung 25 ppm logam Co (II), Cu (II)
atau NI (II) sebanyak 50 ml. Selanjutnya filtrat dianalisa dengan AAS dan
dihitung daya serapnya, darl percobaan yang telah dllakukan, diperoleh basil
optimum serapan oleh zeolit dengan berbagal perlakuan, sebagai berikut:
ion Logam Mek/ g Zeolit
j-
Zeoiit Mn-Zeolit MnOa-Zeolit
CO (II) 0,06642 0,09345 0,1847
CU (II) 0,08052 0,09758 0,1817
Ni (11) 0,09146 0,09653 0,17074
i-S
s,<
\ ternyata didapat zeolit yang telah diimpregnasi Mn02 lebih baik daya
serapnya dari pada zeolit alam Bayah yang tidak dimodifikasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hamim
"Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks M(II) : Co(II), Ni(II) dan Zn(II) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5 dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch dan metode centrifugal liquid membrane (CLM) spektrofotometri. Molar rasio pembentukan kompleks Co(II), Ni(II) dan Zn(II) yang diperoleh adalah sama yaitu [M] : [HL] = 1 : 2, sehingga kompleks yang terbentuk adalah kompleks Co(II)L2, Ni(II)L2 dan Zn(II)L2.Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Co(II)L2 yang terbentuk akan terlarut dalam fasa air dengan ëmaks = 586 nm, kompleks Ni(II)L2 dapat terekstrak dalam fasa organik dengan ëmaks = 508 nm, sedangkan Zn(II)L2 terbentuk sangat sedikit pada fasa air. Kelarutan kompleks Zn(II)L2 pada kedua fasa sangat kecil. Pembentukan kompleks dengan metode CLM dapat diamati melalui spektra absorpsi pada waktu tertentu. Metode CLM menghasilkan spektra absorpsi monomer kompleks Co(II)L2 dengan ëmaks 574 nm, monomer kompleks Ni(II)L2 dengan ëmaks 550 nm serta kompleks Zn(II)L2 dengan ëmaks 566 nm, spektra yang berbeda dengan metode batch ini menunjukkan bahwa kompleks-kompleks tersebut berada pada antarmuka. Pembentukan kompleks M(II) ? 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ion logam M(II), konsentrasi ligan dan pH.
Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Co(II)L2 diperoleh nilai Kkmp rata-rata sebesar (7,87 ±1,5) x101 M-1 s-1. Untuk pembentukan kompleks Ni(II)L2 diperoleh nilai kkmp rata-rata sebesar (1,72 0,26) x10±2 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Zn(II)L2 tidak diperoleh nilai konstanta laju reaksinya dikarenakan laju reaksi yang terlalu cepat. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan J-aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Bilangan aggregasi kompleks (Neff) yang diperoleh untuk kompleks Co(II)L2 adalah Neff = 3 sedangkan untuk kompleks Ni(II)L2 diperoleh nilai Neff = 4."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
KIM.027/08 Ham k
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Delly Apriyarni
"Peningkatan DNA adduct yaitu 8-OHdG dipengaruhi oleh adanya xenobiotik yang bersifat toksik dan karsinogenik. Xenobiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah paraquat diklorida sebagaimana diketahui paraquat diklorida merupakan pestisida golongan II berdasarkan WHO yang memikili efek berbahaya karena dapat menyebabkan mutasi gen sehingga berdampak karsinogenik. Penambahan ion logam Cu(II) dan Ni(II) sebagai media yang dapat berekasi dengan hidrogen peroksida untuk mengahasilkan reaksi Fenton. Rekasi fenton akan menghasilkan hidroksil radikal yang dapat menyebabkan peningkatan stress oksidatif sehingga menghasilkan rekatif oksigen spesies (ROS) yang berakibat pada mutasi DNA.
Pada penelitian ini baik secara in vitro maupun in vivo diperoleh hasil bahwa dengan penambahan dua ion logam, Cu(II) dan Ni(II), menghasilkan efek yang supresif, artinya nilai konsentrasi 8-OHdG yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan nilai masing-masing logam. Hal itu disebabkan ion logam Ni(II) akan menekan oksidasi DNA sehingga oksidasi DNA dengan ion logam Cu(II) akan terganggu. 8-OHdG terbanyak diperoleh dengan pencampuran paraquat diklorida dan ion logam Cu(II). Kajian in viro ini menggunakan kondisi inkubasi pada suhu 370C mewakili kondisi tubuh dan pH 7,4 serta 8,4 dengan waktu inkubasi 24 jam dan 6 jam. Diperoleh untuk kadar 8-OHdG dari ion logam Cu(II) dan paraquat diklorida sebesar 101,48 ppb dan 134,60 ppb. Sedangkan nilai kadar urin dan serum dari proses in vivo hari 14 dan 28 adalah 6,76 ppb& 3,48 ppb dan 1,22 ppb dan 0,76 ppb.

Increased DNA adduct, which is 8-OHdG is influenced by the presence of xenobiotics which are toxic and carcinogenic. Xenobiotics used in this study are paraquat dichloride, known as paraquat dichloride, a group II pesticide based on WHO which has a dangerous effect because it can cause gene mutations, so it has a carcinogenic impact. Adding Cu(II) and Ni(II) metal ions as a medium can reject hydrogen peroxide to produce Fenton reactions. Fenton's reaction will produce radical hydroxyl, which can cause an increase in oxidative stress to have oxygen species (ROS), resulting in DNA mutations.
In this study, both in vitro and in vivo obtained the result that the addition of two metals, Cu(II) and Ni(II) ions, produced a suppressive effect, meaning that the 8-OHdG concentration value obtained was smaller than the respective values metal. That is because Ni(II) metal ions will suppress DNA oxidation, so DNA oxidation with Cu(II) metal will be disrupted. 8-OHdG is obtained by mixing paraquat dichloride and Cu(II). In vitro study uses incubation conditions at 370C, representing the condition of the body and pH of 7.4 and 8.4 with an incubation time of 24 hours and 6 hours. They obtained 8-OHdG levels of Cu(II) metal ions and paraquat dichloride of 101.48 ppb and 134.60 ppb. While the concentration of urine and serum from in Vivo process days 14 and 28 is 6.76 ppb & 3.48 ppb and 1.22 ppb and 0.76 ppb.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yane Cahyadi
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"Model adsorpsi senyawa koordinasi Ni2+-H2O, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA dan Nit+-CN pada permukaan alumina digambarkan berdasarkan variasi variabelnya, yaitu pH, spesies ligan dan alumina serta kuat ion. Metode adsorpsi yang digunakan adalah pengguncangan. Pengujian juga dilakukan secara visual dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM).
Alumina yang digunakan berasal dari AICI3 dengan variasi suhu kalsinasi 600°C dan 900°C. Alumina jenis 1 yang diperoleh dengan pemanasan 600°C merupakan campuran fasa x dan n-alumina, sedangkan alumina jenis 2 merupakan campuran fasa x, ri, 7, 0 dan rc-alumina.
Adsorpsi maksimum Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 pada kedua jenis alumina terjadi pada pH 3, sedangkan adsorpsi maksimum sistem yang mengandung Nit+ EDTA dan Ni2+-CN diperoleh pada pH 10. Pengujian dengan Isoterm Adsorpsi Langmuir dan Freundlich pada pH maksimum menunjukkan bahwa proses adsorpsi mengikuti persamaan Langmuir yang membentuk lapisan monolayer pada permukaan homogen.
Percobaan menunjukkan bahwa adsorpsi Ni2+-H2O dan Ni2+-NH3 memiliki pola adsorpsi yang sarna dan keduanya lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 1 yang bersifat lebih asam. Tetapi pada sistem Ni2+-H2O pola adsorpsi tidak dipengaruhi oleh permukaan kuat ion sehingga diperkirakan adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz dalam akibat adanya interaksi antara ion logam Ni dengan sisi aktif Oksigen pada permukaan alumina. Sedangkan adsorpsi Nit+ NH3 dipengaruhi oleh kuat ion dan diperkirakan terjadi pada Bidang Helmholtz luar akibat terjadinya proses pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina.
Adsorpsi sistem campuran Ni2+-H2O dengan Nit+-EDTA dan Nit+ H2O dengan Ni2+-CN menunjukkan pola adsorpsi yang sama, lebih mudah teradsorpsi pada alumina jenis 2 yang bersifat lebih basa dan dipengaruhi oleh kuat ion, sehingga disimpulkan bahwa proses adsorpsi terjadi pada Bidang Helmholtz luar karena adanya interaksi elektrostatik antara ligan yang kaya akan elektron dengan pusat aktif Aluminium pada permukaan alumina, selain terjadinya pengendapan senyawa Ni(OH)2 pada permukaan alumina, pada kondisi pH tinggi.
Pengujian dengan Scanning Electron Microscope (SEM) tidak menunjukkan keberadaan Nikel di sekitar permukaan Aluminium yang diamati sehingga disimpulkan tidak ada interaksi langsung antara Nikel dengan Aluminium.

Adsorption Models of Nickel (II) Coordination Complex Compounds on to the Alumina SurfaceAdsorption models of coordination complex compounds of Ni2+-H20, Ni2+-NH3, Nit+-EDTA and Nit+-CN on to surface of alumina is described by variation of some variables; pH, types of alumina, and the ionic strength.
Sample of alumina synthesized from AIC13. More acidic alumina which is calculated in 6000C provides mixed of x-and n-alumina phase, whereas alumina which is treated in 900°C contains x,n,-y4 and rs-alumina.
Maximum adsorption of Ni2+-H2O and Nit+ NH3 on both type of alumina occurs in pH 3, but systems contain EDTA and CN ligand in pH 10. Test of Isotherm adsorption in the maximum pH give that adsorption process following Langmuir equation to form monolayer adsorbate on homogenous surface.
The result give that adsorption of Ni2+-H2O and Ni2+-NH3 have similar patterns. The difference is Ni2+-H2O adsorpted in Inner Helmholtz Plane by interaction beetwen Ni2+ with Oxygen site of alumina surface and system contains NH3 in Outer Helmholtz Plane by precipitation of Ni(OH)2 on to alumina surface. Adsorption system contains EDTA and CN have another similar patterns and adsorpted in Outer Helmholtz Plane because any electrostatic interaction between ligand and aluminum site of alumina.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>