Ditemukan 2112 dokumen yang sesuai dengan query
M. Monica Dina Maya Yudiati
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Natalita Maulani Nursam
"Kemajuan teknologi mengakibatkan berbagai implementasi di luar angkasa semakin berkembang, tennasuk kebutuhan akan energi. Solar sel sebagai salah satu pembangkit energi yang handal untuk aplikasi luar angkasa pun mau tidak mau semakin dituntut untuk meningkatkan efisiensi kinerjanya. Merancang solar sel untuk keperluan luar angkasa tidaklah semudah dan semurah perancangan umuk aplikasi terestrial, oleh sebab itulah dibutuhkan material yang memiliki kehandalan. stabilitas. serta efisiensi tinggi untuk aplikasi ini. Dengan berbagai sifat yang dimilikinya. Gas mampu menghasilkan performa divais yang lebih menguntungkan dibanding silikon, sehingga efisiensinya sebagai solar sel pun tidak perlu diragukan lagi. Perancangan yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan disain GaAs solar sel yang efektif dan optimal melalui penambahan lapisan Back Surface Field serta window berupa AL) ;sGat;_;5As.. [20], dalam rangka meningkatkan efisiensi solar sel. Disain solar sel berupa thin-film solar sel dengan ketebalan film 9,79i um, merupakan nilai tambah yang mencerminkan efekrivitas dari intensitas bahan yang digunakan dengan tetap tidak berpengaruh dalam mengurangi unjuk kerja solar sel secara keseluruhan. Simulasi pengamatan dilakukan pada spektrum radiasi AMO melalui simulator PCID versi 5,6. Dengan efisiensi yang dihasilkan sebesar l7.97% serta kestabilan arus short-circuit pada perubahan temperatur yang cukup tinggi. menjadikan GaAs sebagai elemen yang cukup ideal untuk digunakan sebagai marerial utama solar sel pada aplikasi luar angkasa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40033
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40817
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Malik Hakim
"Penelitian untuk menghasilkan divais solar sel-yang memiliki efisiensi Linggi semakin herkembang. Namun, divais solar sel yang memiliki efisiensi tinggi sebagai hasil penelitian laboratorium seringkali gagal mempertahankan unjuk kerjanya ketika diproduksi Secara massal untuk kebutuhan komersial. Efisiensi divais solar sel berkurang 5 sampai 15 %, dan salah satu penyebabnya adalaia desain top contact metal yang tidak optimum [1].
Skripsi ini bertujuan untuk merancang sebuah desain top contact metal yang optimum, yang ditandai dengan resistivitas atau power losses yang minimum dan daya keluaran divais yang tidak berubah. Top contact metal yang dirancang berbentuk H-grid dengan bentuk meruncing pada salah sam ujungnya. Perancangan dilakukan dengan tinjauan teoritis serta perhitungan dan simulasi unjuk kerja desain top contact meta! menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2002. Simulasi unjuk kerja menunjukkan total power loss 2,83 % dengan daya keluaran divais Tetap."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S40059
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Agung Kurniawan
"Silikon dapat bersifat seperti cermin dan memantulkan ± 30% cahaya yang diterimanya. Dalam aplikasi solar sel ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengurangi pemantulan pada permukaan silikon solar sel. Metode yang pertama adalah dengan membentuk tekstur permukaan seperti piramida atau piramida terbalik. Metode kedua adalah dengan membentuk suatu lapisan anti refleksi (antire flection coating).
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan dan simulasi untuk mencari parameter optimal untuk dual layer antireflection coating. Parameter yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antireflection coating adalah indeks refraksi dan ketebalan lapisan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui perhitungan dan uji simulasi dengan menggunakan PCID, ketebalan dan indeks refraksi optimal dari dual layer antireflection coating diketahui sebagai berikut: Lapisan atas (pertama) n1 = 1,57 ; d1 = 93 nm - 96 nm, Lapisan bawah (kedua) n2 = 2,46 ; d2 = 56 nm - 58 nm.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, pemantulan minimum dual layer antireflection coating terjadi pada panjang gelombang 400 nm - 1200 nm (dibawah 10 %). Pemantulan paling kecil (0 %) terjadi pada panjang gelombang 800 nm - 850 nm. Peningkatan performa solar sel dapat dilihat pada peningkatan arus short-circuit sebesar 120 mA (±4%) jika dibandingkan dengan solar sel yang menggunakan tekstur permukaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S39947
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Liem Kevin
"Sel surya yang digunakan merupakan sel surya dengan basis perovskite masih memiliki nilai efisiensi 22,7%; nilai tersebut memang bukan nilai efisiensi tertinggi yang didapatkan oleh sel surya. Namun, dapat terlihat perkembangan yang sangat pesat untuk sel surya jenis ini. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi daripada sel surya jenis perovskite ini, tetapi belum ada yang dapat menetapkan molaritas optimum pada molaritas prekursi perovskite. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti akan mencari molaritas optimal prekursi perovskite. Bahan perovskite yang digunakan adalah CH3NH3PbI3 yang merupakan campuran daripada garam MAI dan PbCl2. Penelitian yang dilakukan akan memberikan variabel pada molaritas prekursi perovskite. Molaritas prekursi perovskite akan mempengaruhi banyaknya partikel perovskite yang dimiliki suatu lapisan aktif, dan diasumsikan bahwa dengan meningkatnya jumlah partikel pada lapisan aktif, maka nilai arus daripada sel surya akan meningkat. Penambahan partikel yang dimiliki oleh lapisan aktif akan menghasilkan permukaan lapisan yang tidak merata, sehingga kesetimbangan terhadap banyaknya partikel dan ratanya permukaan sebuah lapisan aktif sangat mempengaruhi efisiensi dari sel surya jenis perovskite. Dari hasil uji coba dan pengukuran dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya molaritas akan menyebabkan turunnya kualitas dari lapisan aktif, sehingga efisiensi sel surya akan menurun. Pada penelitian ini didapatkan bahwa perovskite dengan nilai 0,48 M untuk PbCl2 merupakan hasil terbaik dengan nilai Isc = 0,7 mA; Voc = 1,48 V; FF = 0,365; dan efisiensi = 0,569%. Disamping itu; 0,48 M juga memiliki kurva I-V yang terbaik dan paling ideal untuk bentuk kurvanya
Solar cell is a relatively new source of renewable energy and this technology is still in its development process, especially for perovskite based solar cell (PSC) which use perovskite material as active layer in the cell structure. Perovskite based solar cell has a very good potential to be one of the most efficient solar cells. At the moment, perovskite based solar cell has achieved value of efficiency of 22.7%; this value isn’t the current highest efficiency value that solar cell could achieve. However, a rapid progression for this type of solar cell could be seen. In this research, researcher will find the optimum molarity for perovskite precursors. The perovskite used is of CH3NH3PbI3 material that is made by a mixture of MAI salt and PbCl2. Various experiment have been done to increase perovskite based solar cell molarity, however none of them have actually find the optimum value of perovskite precursors molarity. So in this research will give variables on the molarity of perovskite precursors. It is assumed that with the increase on particle amount on the active layer, then the current value of the solar cell will increase. From the result of the testing and measurement, it could be concluded that with the increase of molarity the quality of the active layer falls and in turn decrease the efficiency of the solar cell. This research shows that the perovskite with 0.5 M PbCl2 achieve the best result with Isc = 0.7 mA; Voc = 1.48 Volt; Fill Factor (FF) = 0.365 M; and efficiency = 0.569% Alongside that, 0.48 M show the best I-V curve model and the closest model to ideal solar cell I-V curve."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Universitas Indonesia, 1992
S28062
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Srie Roosyanto
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41137
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Pierre Wolter Winowatan
"Konsumsi bahan bakar fosil telah dianggap sebagai salah satu kebutuhan utama kita. Penggunaan bahan bakar fosil bisa merusak lingkungan dengan menghasilkan polusi sebagai produk dari pembakaran bahan bakar fosil. Ada banyak penemuan mengenai pengembangan penyimpanan energi seperti baterai. Penggunaan baterai lithium-ion dapat menjanjikan untuk aplikasi yang membutuhkan daya tinggi dan salah satu kandidat untuk mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil. Lithium titanat adalah bahan yang menjanjikan untuk digunakan sebagai bahan anoda. Penambahan silikon yang memiliki kapasitas teoritis 4200 mAh g-1 telah membuat lithium titanat dan silikon untuk saling melengkapi dan bersinergi satu sama lain. Lithium titanate disintesis menggunakan metode sol-gel dan metode solid state. Peracikan dengan elemen silikon dalam slurry dapat mencegah perubahan fase dari silikon menjadi SiO2. Kadar silikon dibagi menjadi tiga komposisi 10 , 20 dan 30 dengan nomenklatur LTO-Si10 sr, LTO-Si20 sr dan LTO-Si30 sr untuk setiap sampel memiliki konten yang berbeda dari silikon masing-masing. Kapasitas tertinggi terkait dengan tingkat C rate yang berbeda adalah LTO-Si20 sr dan Diikuti oleh LTO-Si10 sr yang dimana kapasitas saat C rate berbeda LTO-Si30 memiliki kapasitas yang terbilang buruk.
The consumption of fossil fuel has been considered as one of our main necessity. The use of fossil fuel could damage our environment with the produce of pollution as the combustion product of fossil fuel. There are many inventions regarding the development of energy storage such as battery. The use of lithium ion has been promising for high power application and one of the candidates to divert the usage of fossil fuel. Lithium titanate is a promising material to be used as anode material. The addition of silicon which has theoretical capacity of 4200 mAh g 1 has made lithium titanate and silicon to compliment and synergize with one another. The lithium titanate was synthesized using sol gel and solid state methods. The compounding with silicon element was in the slurry making to prevent any phase changes of silicon to be SiO2. The silicon content was divided into three compositions of 10, 20 and 30 with the nomenclature of LTO Si10 sr, LTO Si20 sr and LTO Si30 sr for each sample having different content of silicon respectively. The highest capacity associated with different C rate is LTO Si20 sr and followed by LTO Si10 sr with LTO Si30 sr having poor overall capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69280
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library