Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3922 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abusudja Samsuri
1986
S33316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inten Devita
"Kotamadya Bandung termasuk dalam kategon kota besar di Indonesia yang mempunyai fungsi utama sebagai kota pemerintahan, kota pendidikan, kota perdagangan, kota pariwisata dan kebudayaan serta sebagal kota penndustrian. Demikian besar potensi yang dimiliki Kotamadya Bandung sehingga beban etas prasarana den sarana kota relatif tinggi dan banyak menimbulkan masalah sehubungan dengan pertumbuhan kola yang belum seimbang. Masalah yang menonjol entara lain, tingginya arus urbanisasi, kepadatan penduduk yang tinggi, kurangnya kesempatan kerja dan terbatasnya fasilitas dan utilitas perkotaan sehingga dapat menyebabkan tindak kejahatan atau kriminalitas di masyarakat. Dapat dipahami apabila di Kotamadya Bandung banyak terjadi masalah kriminalitas, namun bagaimana pole kriminalitasnya, untuk itulah penelitian mi dilakukan. Berdasarkan uraian di etas, masalah yang timbul datam penelitian mi adalah Bagaimanakah pola kriminalitas di Kotamadya Bandung? Kasus kriminalitas yang diteliti merupakan jenis kejahatan yang paling sering terjadi di Kotamadya Bandung sesuai dengan Laporan Situasi Gangguan Kamtibmas tahun 1993, Polwiltabes Bandung. Kasus kriminalitas yang diteliti adalah curanmor (pencunan kendaraan bermotor) yang terdiri dad pencunan motor dan pencurian mobil; pencunan yang terdiri dan pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (cures) dan pencurian nngan (curing); penganiayaan yang terdiri den aniaya beret dan eniaya ringan. Pole kriminalitas di Kotamadya Bandung menunjukkan kecenderungan, jumlah kriminalitas akan semakin meningkat jika menuju ke pusat kota, sebaliknya akan semakin berkurang jika menjauhi pusat kota. Dengan kate lain, bagian timur memiliki jumlah kriminalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan bagian barat. Kasus kriminalitas yang paling banyak terjadi adalah curanmor sedangkan yang paling sedikit adalah penganiayaan. Distribusi curanmor, pencurien dan penganiayaan mempunyal kecenderungan bertambah jumlah kasusnyajika ke arah pusat kota. Menurut tempat kejadiannya, kriminalitas paling banyak terjadi di pemukiman dan paling sedikit terjadi di jalan umum. Curanmor, pencurian dan penganiayaan paling banyak teijadi di pemukiman sedangkan curanmor paling sedikit terjadi di jalan umum, untuk penganiayaan paling sedikit terjadi di tempat ramai. Menurut waktu kejadiannya, kriminalitas paling banyak terjadi peda jam 18.01 - 24.00 (malam hail) sedangkan yang paling sedikit terjadi pada jam 06.01 - 12.00 (pagi had). Curanmor dan penganiayaan paling banyak terjadi pada jam 18.01 - 24.00 (malam had) sedangkan pencurian paling banyak teijadi pada jam 24.01 - 06.00 (dini han). Bagian sebelah timur Kotamadya Bandung mempunyai proporsi kepadatan penduduk yang Iebih rendah dibandingkan dengan bagian sebelah barat, mi berarti bagian barat mempunyai penduduk yang Iebih padat dailpada bagian timur. Demikian halnya dengan krimmnalitasnya, bagman timur mempunyai persentase kriminalitas yang Iebih rendah jika dibandingkan dengan bagian barat. Kejadian kriminalitas dengan penggunaan tanah memperhhatkan kecenderungan, semakin tinggi persentase luas penggunaan tanah untuk pemukiman, industri dan perusahaan serta jasa, maka persentase jumlah kriminalitasnya juga semakin tinggi. Pada daerah yang persentase luas pemukimannya tinggi, persentase curanmor, pencurian dan penganiayaannya tinggi. Untuk kecamatan yang persentase luas industri dan perusahaannya tinggi, persentase pencuriannya tinggi; sedangkan pada kecamatan yang mempunyai persentase luas jasanya tinggi, persentase curanmor dan penganiayaannya juga tinggi."
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S33503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Subandi
"Pada awalnya Kotamadya Bandarlampung adalah dua kota keci yang terpisah, yaitu Tanjungkarang dan Telukbetung. Kemudian sejalan. dengan pertambahan penduduknya yang cepat yaitu rata-rata 4,7 % setahun, kedua kota itu masing-masing mengalami perluasan kota, dan akhirnya menjadi satu. Pada perkembangan selanjutnya, nampaknya pertumbuhan kota Bandarlampung ini dipengaruhi oleh keadaan lingkungan alamnya, dimana sebagian wilayahnya berlereng curam sampai sangat curam, dan di bagian selatan kota berbatasan langsung dengan laut.
Dengan latar-belakang di atas, permasalahan yang saya kedepankan. adalah
1. Bagaimana tingkat perkebangan Kotamadya Bandarlampung ?
2. Kemana arah perkembangannya ? Mengapa demikian. ?
3. Bagaimana pola perkembanganya ?
4. Berapa bagian kota yang masih bersifat pedesaan ?
Yang dimaksud dengan perkembangan kota adalah perluasan atau pemekaran kota, yaitu ditandai dengan perubahan penggunaan tanah yang bersifat pedesaan ( non urban ) menjadi daerah dengan penggunaan tanah yang bersifat kota ( urban ).
Sedangkan tingkat perkembangan kota adaiáh tingkat perubahan suatu daerah atau region, pada suatu kurun waktu tertentu melebihi keadaan sebelumnya, dinyatakan dalam bentuk kualitatif : tinggi, sedang dan rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1986
S33318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
s33422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinar Dewi Pujansari
"Pembahasan mengenai perkembangan wilayah urban pada tahun 1970 dan 1995 di
Kotamadya Semarang yang memiliki keunikan dibandingkan dengan kota-kota lain
di Indonesia, yaitu Semarang memiliki pantai, daratan, dan perbukitan sekaligus.
Keadaan mi akan menarik dalam mengkaji pola dan arah perkembangan wilayah
urban yang terdapat di kotamadya Semarang. Materi yang dibahas dalam penelitian
mi meliputi penggunaan tanah, kepadatan dan mata pencaharian penduduk,
kepadatan bangunan, jaringan jalan dan bentuk medan; kemudian dianalisa dengan
menggunakan metode analisa deskriptifkuantitatmf
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pola dan arah perkembangan wilayah
urban, serta rnengetahui pengaruh bentuk medan terhadap perkembangan wilayah
urban dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang. Adapun
permasalahannya adalah:
1. Bagaimana pola dan arah perkembangan wilayah urban di Kotamadya
Semarang?
2. Bagaimana pola perkembangan wilayah urban tersebut dikaitkan dengan bentuk
medan dan kerapatan jaringan jalan?
Hasil yang diperoleh adalah wilayah urban pada tahun 1970 mempunyai bentuk pola
lonjong memanjang dari utara ke selatan, s&dangkan pada tahun 1995 akibat
perkembangannya membentuk pola setengah lingkaran yang cenderung mengarah ke
tenggara. Wilayah urban yang ada pada tahun 1995 merupakan perluasan dan
wilayah urban pada tahun 1970. Perluasan wilayah tersebut diikuti pula dengan
berubahnya bentuk pola wilayah urbannya. Bentuk pola perkembangan mi
menyesuaikan diri dengan bentuk medan dan tingkat kerapatan jaringan jalan yang
ada di wilayah kotamadya Semarang. Hal mi dapat lihat bahwa wilayah urban
terdapat pada wilayah yang datar di bagian utara dengan tingkat kerapatan jariñgan
jalan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat kerapatan jaringan jalan yang lebih
rendah di wilayah perbukitan pada bagian selatan. Kesimpulannya bentuk medan
dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang mempengaruhi
perkembangan wilayah urbannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdurrazaq
"ABSTRAK
Tujuan penuiisan ini adalah untuk mengetahui struktur dan tingkat
perkembangan Kotamadya Cirebon sehubungan. dengan adanya peraeseram
batas pada uilayah yang barsifat perkotaan, peralihan dan pedesaan
dari tahun 1571 sampai dengan tahun 1983,
Adapu.n kriteria untuk uilayah bsrsifat perkotaan , peralihan. dan
pedesaan dibuat atas dasar klasifikasi dari beberapa faktor yang
meliputi t kepadatan penduduk , persentase penduduk non tani , ksrapatan
rumah tinggal , ksrapatan jalan aspal , kualitas bangunan.
keberadaan bangunsn bertingkat , keberadaan fasiiitas jalan aspal,
listrik, air minum, telepon, saiuran pembuangan air dan" persentase
luas uilayah sudah dibangun, Dari uilayah bersifat perkotaan,"per
alihan dan pedesaan tersebut dapat diketahui struktur kotanya,
Oalam hal ini umumnya struktur kota-kcta besar pada dasrah dataran
(seperti halnya Cirebon) tsrdiri dari bagian pusat usaha , bagiart
kota yang terencana baik , bagian kota yang tidak ada perencanaan
dan bagian kota dengan kehidupan pedesaan, Kemudian., akibat adanya
pergeseran batas pada uilayah bersifat perkotaan , peralihan dan
pedesaan selama periode 12 tahun akan mempengaruhi struktur dan
tingkat perkembangan Kotamadya C-j^rebon.
Dengan demikian masalah yang akan dibahas adalah : Dimanakah batas
uilayah bersifat perkotaan, peralihan dan pedesaan dalam Kotamadya
Cirebon pada tahun 1971 dan tahun 1983 ? Bagaimanakah struktur
Kotamadya Cirebon sehubungan dengan batas uilayah tersebut ?
Dimanakah terjadi pergeseran batas uilayah bersifat perkotaan ,
peralihan dan pedesaan dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1983 ?
Kenapa ? Bagaimanakah tingkat perkembangan Kotamadya Cirebon
sehubungan dengan pergeseran batas uilayah tersebut ?
Untuk dapat menjauab permesalahan di atas , digunakan metode grid
system (jaringan segi empat) untuk memudahkan penunjukan letak dan.
batas suatu uilayah pada peta serta untuk menghitung luas dan
jarak pada peta maupun untuk menunjang korelasi peta.
Kesimpulan yang didapat adalah ; Ternyata batas-batas uilayah ber
sifat oerkotaan , peralihan dan pedesaan pada tahun 1971 dan tahun
1983 didapati dalam Kotamadya Cirebon. Sehubungan dengan batas
uilayah tersebut , struktur Kotamadya Cirebon pada tahun 1971 dan
tahun 19B3 tidak berubah. Adapun yang Lerubah adalah pada luas
bagian-bagian struktur kotanya. Selama periode 12 tahun itu di
dapati 3 jenis pergeseran batas uilayah , yaitu dari peralihan ke
perkotaan , dari pedesaan ke perkotaan dan dari pedesaan ke per
alihan. Umumnya bergeser ke arah barat ., barat daya serta selatan.
dalam batas administrasi Kotamadya Cirebon, Terjadinya pergeseran
batas uilayah dikaranakan adanya faktor perubahan pada jumlah
penduduk , jumlah penduduk non tani , jumlah rumah tinggal , luas
tanah perumahan dan panjang jalan aspal. Dalam hal ini tingkatan
pengaruh dari setiap faktor perubahan tersebut tidak sama terhadap
ketiga jenis pergeseran batas uilayah di atas. Akhirnya sehubungan
dengan pergeseran batas uilayah didapati 2 tingkat perkembangan,
yaitu tingkat perkembangan tinggi terdapat pada uilayah bersifat
perkotaan dan peralihan serta tingkat perkembangan rendah terdapat
pada uilayah bersifat pedesaan,"
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S33312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gema Narama Fadillah
"Diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kelancaran arus lalu lintas kendaraan bermotor I didapati di 6 ruas jalan, Tingkat Kelancaran ALLKB II didapati di 17 ruas jalan dan Tingkat Kelancaran ALLKB III didapati di 7 ruas jalan. Pengelolaan arus lalu lintas kendaraan bermotor di Kotamadya Bandung dipandang dari segi peletakkan lampu lalu lintas mencakup 6 lokasi kemacetan pada jam normal dan 18 lokasi pada jam sibuk. Penugasan aparat petugas lapang tampak mencakup 9 lokasi kemacetan yang ada pada jam normal dan 23 lokasi pada jam sibuk. Untuk lokasi parkir didapati 6 lokasi parkir yang berada pada lokasi kemacetan. Hubungan yang tampak antara tingkat kelancaran dengan pusat kegiatari adalah semakin menurunnya nilai kelancaran didapati pada region yang pusat-pusat kegiatannya semakin padat. Disarnping itu rasio kepadatan pusat'pusat kegiatan A terhadap B cenderung meningkat pada region yang tingkat kelancarannya menurun."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Safitri D.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hubungan Tiongkok dan Nusantara banyak tercatat pada naskah kuno Tiongkok. Warga Tionghoa beremigrasi ke Indonesia terutama karena alasan ekonomi disamping situasi domestik Tiongkok yang kacau. Mereka menumpang perahu niaga junk yang rutin berlayar antara pesisir Tiongkok Selatan dan Batavia. Ketika VOC membangun Batavia untuk pinjaman awal di Pulau Jawa, para pendatang Tionghoa diperlukan kemampuannya membangun dan menghidupkan Batavia untuk menggerakan roda perekonomian..."
JSIO 11:26 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>