Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174848 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munyati
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Sudhana Astika
Jakarta: Depateren Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
303.4 KET p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti Herlambang
"Disertasi ini mengetengahkan masalah dinamika kognitif dan pola-pola tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi orang-orang miskin pada tingkat individual berkenaan dengan usaha penanggulangan masalah kemiskinan di indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk memahami faktor-faktor di Iuar faktor ekonomi yang menyebabkan kegagalan orang-orang miskin tersebut dalam menanggapi dan memanfaatkan usaha pemerintah untuk meningkatkan atau memperbaiki kehidupan ekonomi mereka.
Dari pengamatan terhadap bermacam-macam usaha pemerintah dibantu pihak swasta untuk memperbaiki kehidupan ekonomi atau meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk miskin di indonesia, yang belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, maka timbul pertanyaan, mengapa kelompok orang-orang miskin ini seakan-akan sulit untuk diajak bekerja sama memperbaiki nasibnya sendiri.
Dari tinjauan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai ekspresi kondisi kejiwaan manusia pelakunya, maka salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam masalah kemiskinan adalah dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku orang-orang miskin tersebut dalam kehidupan ekonomi. Yang menjadi dasar pertimbangan adalah masalah kemiskinan tidak akan dapat diatasi bila orang-orang miskin tersebut hanya menjadi obyek yang pasif, sehingga malah menciptakan ketergantungan. Kemampuan dan kemauan kelompok masyarakat miskin ini untuk menjawab dan berperan serta dalam program-program penanggulangan kemiskinan perlu dikembangkan.
Banyak yang belum diketahui mengenai keanekaragaman dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku bermacam-macam kelompok masyarakat miskin di Indonesia dalam kehidupan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dinamika terbentuknya.
Hal ini tetap tidak akan diketahui selama penelitian mengenai dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku berbagai kelompok masyarakat miskin dalam kehidupan ekonomi, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dinamika terbentuknya tidak dikembangkan secara sistematik dan spesitik untuk masing-masing daerah dengan masing-masing kondisinya. Sebab hal ini berkaitan erat dengan pola-pola kehidupan dan kegiatan mereka sehari-hari yang merupakan perpaduan pengaruh sekelompok faktor-faktor ekologis, sistem pencarian nafkah, sistem sosial-budaya, sistem individual dan sistem inter-individual.
Studi semacam ini penting untuk dilakukan atau dikembangkan, agar dapat dikemas paket-paket strategi penanggulangan masalah kemiskinan yang sesuai untuk masing-masing daerah, karena seringkali kemampuan kelompok masyarakat ini untuk menjawab tantangan keadaan sangat terbatas serta memerlukan bantuan dengan strategi khusus.
Landasan teoritis yang digunakan dalam Studi ini adalah teori analisis kebudayaan subyektif dari Harry C. Triandis. Melalui teori ini peneliti bermaksud menjelaskan terbentuknya variasi-variasi ekspresi dari dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku dalam kehidupan ekonomi seorang individu dengan pendekatan sistem atau dalam istilah psikologis disebut pendekatan interaksionis. Dengan teori ini, perkembangan dan variasi-variasi dinamika kognitif dan pola-pola tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi sekelompok orang-orang miskin dianalisis dalam konteks iingkungan ekologis, sosial, budaya dan ekonomi yang mengelilingi sistem individual dari para subyek penelitian ini.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku dalam kehidupan ekonomi orang-orang miskin dan memahami peranan faktor-faktor lain di luar faktor ekonomi yang dapat menyebabkan kegagalan orang-orang miskin ini memperoleh manfaat dari usaha-usaha pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan kehidupan ekonomi mereka.
Studi ini juga diharapkan melengkapi studi mengenai masalah kemiskinan yang umumnya Iebih bersifat ekonom,. karena memperlihatkan dimensi kemanusiaan lainnya dalam kacamata yang obyektif. Pertimbangan sosiai psikologis yang dipandang dari sudut ekonomi, merupakan faktor-faktor yang tidak rasional, tetapi mempunyai pengaruh penting dalam program penanggulangan masalah kemiskinan dan merupakan bantuan bagi ekonom.
Subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang miskin Desa Parungsari, Kecamatan Telukjambe, Kabupaten Kerawang, Jawa Barat yang telah dua generasi atau Iebih hidup daiam kemiskinan, pria, kepala keluarga, suku Sunda, beragama Islam dan berusia antara 25 - 55 tahun.
Lingkup dan sifat studi ini adalah studi psikologis dan analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif yang seringkati juga disebut sebagai pendekatan humanistik, Karna dalam pendekatan ini, cara hidup, cara pandang atau ungkapan emosi dari subyek penelitian mengenai suatu gejala yang ada dalam kehidupan merka justru yang digunakan sebagai data.
Teknik pengumpulan yang digunakan adalah pengamatan terlibat, pengamatan, wawancara dengan pedoman, Studi kasus dan memanfaatkan data sekunder.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kualitatif. Pertama-tama jawaban-jawaban dan bukti-bukti yang diperoleh dari para subyek penelitian dan atau informan Serta hasil pengamatan peneliti diinterpretasikan dan dianalisis dengan mengacu pada konsep-konsep kebudayaan kemiskinan yang dikemukakan oleh Oscar Lewis, untuk melihat apakah orang-orang miskin di desa Parungsari ini telah mengembangkan kebudayaan kemiskinan. Kemudian analisis tahap kedua dilakukan dengan terlebih dahulu memilah-milah dan mengelompokkan jawaban-jawaban orang-orang miskin tersebut sesuai dengan tema-tema tingkah Iaku dalam kehidupan ekonomi, yakni tingkah Iaku dalam pemupukan modal, tingkah laku dalam peningkatan populasi, tingkah laku dalam pembagian kerja dan tingkah Iaku kewirausahaan.
Kemudian hasil pengelompokkan tersebut dianalisis dalam rangka menemukan dan menjelaskan dimensi-dimensi dinamika kognitif dan pola-pola tingkah laku mereka dalam kehidupan ekonomi pada tingkat individual.
Dari hasil Studi ini disimpulkan bahwa sebagai reaksi dari kemiskinan yang dideritanya selama dua generasi atau lebih, orang-orang miskin Desa Parungsari mengembangkan nilai-nilai, sikap-sikap dan pola tingkah laku yang menjadi ciri-ciri masyarakat yang berkebudayaan kemiskinan.
Profil dari kebudayaan kemiskinan yang mereka perlihatkan pada tingkat individual adalah kuatnya perasaan tidak berharga, tidak berdaya, ketergantungan, rasa rendah diri, sikap fatalisme dan tingkat aspirasi yang rendah, ciri-ciri lain dari kebudayaan kemiskinan yang dijumpai pada orang-orang miskin Desa Parungsari adalah perasaan tidak berguna serta kuatnya orientasi pada masa kini. Hal ini selanjutnya mempengaruhi dan membentuk dinamika kognitif mereka, yakni seluruh organisasi psikologis di dalam diri mereka, yang tercermin dalam perhatian, keputusan-keputusan, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, pemecahan masalah dan banyak lagi aspek-aspek lalnnya. Dengan mempengaruhi kognisi dan dinamikanya, maka berarti kebudayaan kemiskinan yang dialami orang-orang miskin Desa Parungsari juga mempengaruhi kebudayaan subyektif mereka, karena kognisi juga meliputi kebudayaan subyektif serta banyak konsep-konsep Iainnya.
Pada tingkat keluarga, masyarakat Desa Parungsari tidak memiiiki sistem kekerabatan atau klan, yang ada hanya nilai-nilai persaudaraan dan kekeluargaan yang berfungsi sebagai perekat diantara saudara sekandung, saudara tiri, sanak saudara serta tetangga, yang dewasa ini sudah mulai berkurang, bentuk-bentuk solidaritas yang hanya diucapkan, tetapi jarang dilakukan dalam bentuk tindakan diantara kerabat, sebab seringkali terjadi perebutan harta warisan dan saling tipu diantara sesama saudara yang disebabkan oleh keterbatasan dan ketergantungan mereka pada harta warisan untuk mencapai suatu keberhasilan di bidang ekonomi.
Kesimpulan Iain yang diperoleh melalui penelitian ini adalah pandangan yang berpendapat, bahwa orang-orang miskin senantiasa hidup dalam kemiskinan, karena mereka adalah orang-orang yang sederhana, masa bodo, males dan tidak dapat dipercaya adalah tidak sepenuhnya benar. Mereka mungkin tidak pandai, tetapi bukan orang-orang yang masa bodo dan tidak mau meningkatkan pengetahuannya.
Sebagai konsekwensi dari kebudayaan kemiskinan yang membelenggunya, maka cara orang-orang Desa Parungsari memecahkan persoalan-persoalan hidupnya pada umumnya Iebih berdasarkan kebiasaan, sehingga tidak merupakan cara bertikir yang segar serta seringkali tidak dapat memberi pemecahan pada persoalan-persoalan yang baru. Hal ini walaupun berguna untuk penyesuaian dirinya dengan lingkungannya (ekologis, sosial, budaya dan psikologis), namun sering merintangi mereka menemukan dan menciptakan suatu cara pemecahan yang baru. Pada orang-orang miskin Desa Parungsari dijumpai, bahwa kebiasaan cenderung menggantikan peranan pengamatan, penyerapan pelajaran dari hal-hal yang baru, pemikiran yang benar dan baru, tanpa susah payah.
Pendapat-pendapat yang mereka kemukakan juga Iebih didorong oleh peniruan (imitasi). Tampaknya sebagian besar dari kesimpulan dan jawaban atas berbagai persoalan yang mereka hadapi dalam bidang-bidang kehidupan ekonomi, mereka hadapi dengan cara imitasi tersebut.
Secara khas, pada orang-orang miskin Desa Parungsari, tingkah laku untuk mengatasi kesulitan ekonomi Iebih ditentukan oleh faktor penentu ekstemal (adanya contoh-contoh dan bantuan dari orang Iain). Umumnya tingkah laku mereka dalam kehidupan ekonomi merupakan reaksi atas suatu keadaan yang memaksa, suatu persoalan atau kebutuhan yang harus diatasi atau dipenuhi melalui perubahan tingkah laku dalam kehidupan ekonomi.
Dalam menghadapi masa depan, pikiran dan pendapat mereka Iebih berpusat pada tujuan yang ingin dicapainya daripada cara-cara untuk mencapai nya.
Walaupun orang-orang miskin ini tidak memiliki perasaan mampu atau dapat mengandalkan diri sendiri, keyakinan diri, rasa percaya diri sendiri, rasa keberhasilan, rasa mampu, rasa patut dihormati serta prestise, namun untunglah mereka belum kehilangan semangat juangnya dan menjadi apatis. Pada generasi yang Iebih tua (>35 tahun) memang mengalami rubrikasi dalam berfikir, yang antara Iain tampak dari sulitnya mereka menyerap hal-hal baru atau memberi bentuk baru, sehingga persoalan baru diletakan dalam pola yang sudah dikenal dan bukan sebagai hal baru. Mereka membutuhkan jawaban yang siap pakai untuk pemecahan masalahnya.
Dalam kasus kemiskinan di Desa Parungsari, faktor manusia (kemampuan kognisi dan pola-pola tingkah laku orang-orang miskin ini dalam kehidupan ekonomi) memegang peranan penting, sehingga mereka tidak mampu mengambil manfaat dari usaha-usaha pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan meialui program Inpres Desa Tertinggal dan pelatihan keterampilan kerja yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja. Mereka juga tidak mampu memetik keuntungan dari perkembangan daerah-daerah industri di sekitar desanya Dari hasil studi ini, maka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi orang-orang miskin Desa Parungsari disarankan:
(1) Strategi untuk menolong mereka harus merupakan perpaduan antara pendekatan yang bersifat pertanian dan non pertanian, dan dengan memanfaatkan interaksi desa-kota, yakni perkembangan daerah industri yang ada di Kabupaten Kerawang dan Bekasi;
(2) Kehidupan mereka hanya dapat ditingkatkan, bila keterampilan dan pendidikan mereka juga ditingkatkan. Hal ini merupakan syarat yang tidak dapat ditawar bila mereka diharapkan dapat turut memetik manfaat dari perkembangan wilayahnya yang sebagian telah berubah menjadi kawasan industri modern. Hal ini juga untuk membendung masuknya pendatang dari daerah Iain yang Iebih maju, yang ingin memanfaatkan perkembangan industri di Kabupaten Kerawang dan Bekasi, sedangkan para penduduk aslinya terdesak;
(3) Untuk jangka panjang, pendidikan juga memiliki nilai ekonomi yang menentukan bagi warga Desa Parungsari ; Oleh karena itu, dalam konteks Desa Parungsari, kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi anak-anak dan remajanya harus diupayakan, sehingga memperluas akses mereka ke Iapangan kerja;
(4) Menggunakan pendekatan atau strategi yang berorientasi pada supply dan demand, sebab orang-orang miskin ini tetap diragukan akan mampu untuk bersaing dengan individu-individu Iain;
(5) Pertama-tama harus diteliti dan didata terlebih dahulu sampai sejauhmana orang-orang miskin Desa Parungsari yang umumnya memperoleh nafkah dari sektor pertanian dan sektor-sektor informal tersebut dapat dialihkan dan diserap dalam kegiatan di luar pertanian serta berapa jumlahnya yang dapat dipekerjakan sebagai tenaga produktif di luar sektor pertanian. Sebab tanah pertanian yang tersedia sudah makin berkurang, sehingga kelompok penganggur dan penganggur terselubung bertambah;
(6) Langkah berikutnya adalah menumbuhkan hasrat dari orang-orang miskin tersebut untuk memperoleh perbaikan di bidang ekonomi atau kemajuan tingkat kesejahteraan hidup dengan mengembangkan ketabahan dan kesediaan untuk menerima segala konsekwensi dari hasrat untuk maju tersebut;
(7) Kemampuan produktif dan kelenturan orang-orang miskin Desa Parungsari untuk menghadapi perubahan ekonomi dan peristiwa-peristiwa sosial yang cepat juga harus dikembangkan pada semua tingkat usia dan pendidikan, dan diantara semua kelompok bila ingin meningkatkan daya saing mereka;
(8) Penanganan yang dilakukan hendaknya terpadu dengan memanfaatkan perkembangan daerah industri yang ada di dekat Desa Parungsari, bersifat multi-level, yakni meliputi penanganan kepala keluarga, istri dan anak-anak mereka serta dengan memanfaatkan multi-media. Pendekatan yang dilakukan harus bersifat komprehensif dan dalam pelaksanaannya berperan saling melengkapi;
(9) Harus diupayakan secara intensif untuk menyediakan pendidikan dasar secara umum. Sekurang-kurangnya kemampuan membaca dan berhitung adalah suatu pra-kondisi untuk menjadi orang-orang yang produktif dan adaptif, yang dapat mereka gunakan untuk membantu penyesuaian dirinya terhadap perubahan-perubahan di Iuar desanya;
(10) Meningkatkan pendidikan menjadi Iebih penting lagi, terutama untuk memutus belenggu dan mencegah kebudayaan kemiskinan diturunkan ke generasi-generasi berikutnya;
(11) Dalam upaya meningkatkan kehidupan ekonomi mereka ke tingkat yang Iebih baik dari keadaannya sekarang, maka perlu juga dikembangkan sifat mobilitas dari orang-orang miskin ini, baik secara vertikal maupun horisontal."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
306 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1980
305.459 WAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1986
305.459 WAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Syamsuritzal
"Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang bhinneka, arti_nya terdiri dari, beraneka macam suku bangsa. Ada suku bangsa yang berasal dari berbagai daerah, seperti: Aceh, Batak, Mi_nangkabau,. Sunda, Jawa, Bugis, Dayak dan lain-lain. Ada pula suku bangsa yang berasal dari.keturunan Asing, seperti: ketu_runan Cina, Arab, Belanda dan lain-lain.Masalah yang menarik bagi penulis, ialah masalah keturu_nan Arab. Untuk bisa menyelami kehidupan di lingkungan mereka, terutama aspek-aspek yang berhubungan dengan keagamaan mereka, penulis menggunakan pengamatan partisipasi. Penulis langsung terjun ke lapangan dan tinggal beberapa hari bersama mereka untuk mengikuti beberapa upacara keagamaan di kalangan mere_ka. Kemudian mewawancarai pimpinan upacara atau imam tentang hal-hal yang dianggap penting. Kemudian penulis berusaha menguraikan masalah secara deskriptif. Tempat-tempat yang penulis kunjungi pada waktu upacara keagamaan ialah: Al--Rabithat Al-Alawiyah dan Jami'at Khair J1. K.H. Mas Mansyur 17 Jakarta, Mesjid Luar Batang di Pasar..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jelani
"ABSTRAK
Kota hakekatnya adalah pemukiman yang terdiri dari
unsut unsur penduduk, tempat tinggal dan sarana. Karens adanya
suatu persaingan, unsur-unsur tersebut menjadi suatu susunan
yang kemudian memberikan ciri tertentu bsgi suatu kota
(Nellissen di dalam Nas, 1984).
Sebagai salah satu unsur kota, penduduk terus bertambah
jumlahnya, sehingga mengakibatkan pula bertambahnya kebutuhan
akan tempat (tsnah) dan sarana kota (fasilitas kota), namun
tanah di kota luasnya relatif tetap. Hal ini mengakibstkan
tingginya persaingan dalam memperoleh dsn memanfaatkan tanah
yang kemudian mendorong pemanfaatan tanah ke arah yang lebih
infensif. Tingginya persaingan ini mengakibatkan pula nilai
i-anah menjadi tinggi, dimana tanah mempunyai nilai dalam arti
ekonomi yang terwujud dalam ukuran harga. Selain tingginya
nilai tanah kota, seringkali dijumpai pula harga tanah berbeda
antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Sehubungan dengan itu, dengan mengambil daerah
penel'itian di sebagian DKI Jakarta yang meliputi daerah dari
tengah kota ke arah barat hingga ke pinggir kota akan dijawab
masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana distribusi harga tanah di sebagian DKI Jakarta ?
2. Bagaimana kaitan harga tanah dengan penggunaan tanah,
aksesibi1itas dan pelayanan fasilitas kotanya ?
BATASAN.
Harga tanah adalah nilai tanah dalam arti ekonomi yang
mempunyai daya tukar terhadap nilai uang.
- Aksesibi1itas adalah kemudahan untuk mencapai bagian tengah
kota dari tiap-tiap daerah di wilayah penelitian yang diukur
berdasarkan keadaan sarana dan prasarana transportasinya.
~ Fasilitas kota yang dimaksud adalah fasilitas listrik
telepon, air minum dan saluran pembuangan air kotor.
Untuk menjawab masalah tersebut di atas digunakan metode
deskriptif dengan mengandalkan data dan peta dari instansi yanq
terkait dengan prosedur sebagai berikut : pejl^ama, membagi
seluruh daerah penelitian ke dalam grid. Kemudian diukur nilai
tiap-tiap variabel yang diteliti pada setiap grid. Berdasarkan
hasil pengukuran tersebut dianalisis kaitan masing-masing
variabel terhadap variabel lainnya dengan menggunakan metode
perbandingan peta, grafik dan statistik. Hasil yang diperoleh
dapat diringkas sebagai berikut : Pada daerah dengan harga tanah tinggi umumnya mempunyai
aksesibi1itas tinggi dan fasilitas kota yang baik,
sebaliknya daerah dengan harga tanah rendah umumnya juga
mempunyai aksesibi1itaa rendah dan fasilitas kota yang
buruk.
- Pada daerah dengan harga tanah tinggi, merupakan konsentrasi
penggunaan tanah jasa dan usaha, dimana pada region-region
harga tanah yang semakin rendah, prosentase luas pnggunaan
tanah jasa dan usaha juga semakin rendah.
Pada daerah dengan harga tanah agak tinggi, merupakan
konsentrasi penggunaan tanah perumahan, dimana prosentase
luas penggunaan tanah perumahan menurun berturut-turut pada
region harga tanah sedang, tinggi dan rendah.
- Pada daerah dengan harga tanah sedang, merupakan konsentrasi
penggunaan tanah industri, dimana prosentase luas penggunaan
tanah industri menurun berturut-turut pada region harga
tanah agak tinggi, rendah dan tinggi.
Pada daerah dengan harga tanah rendah, merupakan konsentrasi
penggunaan tanah pertanian, dimana pada region-region harga
tanah yang semakin rendah, prosentase luas penggunaan tanah
pertanian semakin tinggi.
Dengan demikian distribusi harga tanah berkaitan dengan
pola penggunaan tanahnya yang mencerminkan adanya persaingan
dari berbagai kegiatan penduduk terhadap suatu tempat."
1991
S33407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benjamin
"Perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik di daerah penelitian ini mempengaruhi kehidupan ekonomi penduduk di daerah tersebut. Sebelum terjadi perubahan, umumnya orang bekerja di bidang pertanian. Setelah terjadi perubahan , mereka berangsur-angsur beralih mata pencarian ke bidang non pertanian.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka pera-lihan mata pencarian dari bidang pertanian ke bidang non pertanian diduga membawa perbedaan antara pelaksanaan sosialisasi yang pernah dialaminya dengan pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anaknya.
Adapun tujuan penelitian ini , di antaranya 1. Sehu-bungan dengan adanya perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik sampai di mana terjadi peralihan mata pencarian oleh individu sebagai anggota masyarakat dan peralihan mata pencarian yang terjadi antara orang tua dengan generasi selanjutnya; 2. Sehubungan dengan adanya perubahan penggunaan tanah dan sawah-sawah pertanian serta peralihan mata pencarian sampai di mana terjadi pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anak yang dilakukan oleh orang tua maupun oleh generasi selanjutnya.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama peninjauan daerah penelitian, melihat ciri-ciri demografis dari masyarakatnya dan aktivitas penduduk serta pencacahan jumlah populasi. Tahap kedua pengujian daftar pertanyaan dan tahap ketiga pengumpulan data. Keempat tahap pengolahan data dan analisis data dan terakhir tahap penulisan laporan penelitian.
Penetuan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan secara teoritis bahwa daerah tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Lokasi penelitian Dusun Palsigunung Desa Tugu adalah dusun yang letaknya paling strategis, di mana sekarang tanah dan sawah-sawah pertanian milik warga dusun tersebut menjadi daerah pemukiman baru dan lokasi pabrik-pabrik. Selanjutnya perailihan RW 01 Dusun Palsigunung Desa Tugu karena RW tersebut merupa-kan juara lomba ketertiban administrasi desa tahun 1978 1988 dan banyak berdiri pabrik-pabrik di sekitarnya.
Obyek penelitian ini adalah orang tua, yang diwakili oleh responden kepala keluarga untuk penjelasan tentang peralihan pekerjaan dan pelaksanaan sosialisasi, sedangkan istri responden kepala keluarga sebagai pelengkap keterangan pelaksanaan sosialisasi. Pencatatan dan pemilihan responden berdasarkan daftar kepala keluarga pada setlap RT RW 01 Dusun Palsigunung, dan karena populasinya kecil diambil secara total sampling.
Untuk pengumpulan data memakai beberapa teknik, di antaranya teknik observasi dan interview. Adapun metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah tabulasi silang. Analisis tabulasi silang dilakukan dengan membagi variabel-variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang ditentukan berdasarkan tabel frekuensi. Tabel-tabel tersebut sebagai bahan dasar untuk analisis. Dalam penyajian interpretasi data hanya angka-angka penting saja yang dilihat untuk dianalisis.
Berdasarkan hasi1 penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa memang tanah dan sawah-sawah pertanian yang semula merupakan alat produksi primer dimana orang bekerja sebagai petani, berubah menjadi alat produksi sekunder atau industri dimana orang bekerja sebagai pegawai, buruh tetap maupun tidak tetap pada suatu pabrik dan pedagang atau orang bekerja pada bidang jasa.
Umumnya dulu pekerjaan utama orang tua responden kepala keluarga sebagai petani atau buruh tani. Mereka kebanyakan termasuk petani tingkat atas yang mempunyai petak sawah di atas 1 ha. Sekarang umumnya responden kepala keluarga bekerja di bidang non pertanian dan kebanyakan bekerja sebagai tenaga produksi dan tenaga ybdi., sebagai operator alat angkutan dan tenaga pekerja kasar. Mereka selaku kepala keluarga yang pernah beralih mata pencarian kebanyakan beralih mata pencarian dari bidang non pertanian ke non pertanian, yaitu peralihan mata pencarian secara intra-generasi.
Berdasarkan mata pencarian responden kepala keluarga dan tingkat penghasilannya kebanyakan tergolong status bawah. Bila dibandingkan antara mata pencarian orang tua responden dan mata pencarian responden kepala keluarga sekarang banyak yang bekerja di bidang non pertanian. Peralihan mata pencarian tersebut lebih cenderung mensarah pada mobilitas vertikal di mana perubahan status mengarah ke tingkat bawah.
Nampaknya dulu orang tua responden kepala keluarga maupun orang tua istri responden cenderung sering melakukan pelaksanaan sosialisasi represi dan ada kecenderungan orang tua mereka membedakan antara anak laki-laki dengan anak perempuan di dalam pelaksanaan sosialisasi. Sekarang mereka selaku responden tidak membedakan di dalam memperlakukan anak laki-laki maupun anak perempuan, walaupun ada yang masih mengajak anak-anak terlibat langsung dalam mencari nafkah. Sekarang sebagian kecil responden yang masih melakukan sosialisasi represi dan sebagian besar mengarah pada pelaksanaan sosialisasi partisipasi. Dengan demikian terja-dinya peralihan mata pencarian secara inter-generasi, membawa perbedaan pelaksanaan sosialisasi terhadap anak-anak oleh orang tua dari berbagai generasi."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>