Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hito Rinaldi
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S33632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Sulistyowati
"Latar belakang. Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan salah satu faktor penting dalam pengasuhan anak. Pada tahun 2003 WHO menyatakan bahwa 60% dari 10,9 juta kematian balita berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masalah kekurangan gizi. Sedangkan 2/3 dari kematian tersebut, yang sering kali berhubungan dengan masalah pemberian makan, terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pada tahun 2003, WHO telah mengeluarkan aturan mengenai pemberian MPASI hendaknya memenuhi persyaratan meliputi ketepatan usia, adekuat, aman dan cara pemberian makan yang tepat. Sebagian besar penelitian mengenai MPASI di Indonesia hanya melihat satu aspek dari 4 kriteria WHO. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dimaksudkan untuk melihat praktek pemberian MPASI pada bayi secara holistik berdasarkan keempat kriteria WHO tersebut.
Tujuan. Mengidentifikasi pola pemberian MPASI pada bayi usia 6, 9 dan 12 bulan, meliputi ketepatan usia, adekuat, aman dan cara pemberian makan yang tepat; serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemberian MPASI dini.
Metode. Studi potong lintang berbasis populasi dilakukan pada anak usia 6, 9 dan 12 bulan di 4 kelurahan di kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang lahir cukup bulan dengan berat lahir antara 2500 - 4000 gram. Pemilihan posyandu dilakukan secara multistage cluster sampling. Data demografis dan pola pemberian ASI dan MPASI didapatkan dari wawancara terhadap ibu atau pengasuh. Pada subjek dilakukan pemeriksaan berat badan dan panjang badan. Analisis diet dilakukan dengan metode 24-hour food recall oleh ahli gizi. Analisis multivariat dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MPASI kurang dari 6 bulan. Mula-mula dilakukan analisis bivariat dengan uji hipotesis Kai-kuadrat (X2) atau uji t-test tidak berpasangan pada tiap faktor risiko, dilanjutkan dengan uji regresi logistik.
Hasil. Didapatkan 322 subjek, terdiri dari 99 anak usia 6 bulan, 111 anak usia 9 bulan, 112 anak usia 12 bulan. Jumlah lelaki dan perempuan seimbang. Lima puluh sembilan persen responden berada di atas garis kemiskinan versi BPS. Prevalens pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan sebesar 36,7%. Prevalens pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 6 bulan adalah 51,6%. Sebanyak 40 (12,4%) anak mendapatkan MPASI pada usia kurang dari 4 bulan dan 95 (29,5%) anak pada usia 4-5 bulan. Bubur susu merupakan jenis MPASI pertama kali yang paling sering diberikan (76,3%). Rerata asupan kalori total adalah 852,8 kkal/hari. Rerata pemenuhan kalori total dibandingkan AKG 110 kkal/kg/hari adalah 94,3%. Pada analisis regresi logistik, faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI dini adalah ibu rumah tangga (β=2,58; RO=13,24; p=0,001), pemberian susu formula pada usia 6 bulan (β=-1,66;RO=0,19; p=0,012) dan durasi ASI eksklusif (β=-1,85; RO=0,16; p<0,0001). Target AKG zat besi sebesar 11 mg/hari tidak terpenuhi pada seluruh kelompok usia anak. Asupan terendah terdapat pada anak usia 6-8 bulan yang mengkonsumsi ASI dan MPASI dengan rerata asupan zat besi 2,6 mg/hari.
Simpulan. Prevalens pemberian MPASI pada usia 6 bulan pada bayi di Kecamatan Pasar Minggu adalah 51,6%. Jenis MPASI yang paling sering diberikan sebagai MPASI pertama adalah bubur susu buatan pabrik. Faktor yang mempengaruhi pemberian MPASI dini adalah ibu rumah tangga, pemberian susu formula pada usia 6 bulan dan durasi ASI eksklusif. Asupan zat besi paling rendah terdapat pada kelompok usia 6-8 bulan, terutama yang mengkonsumsi ASI.

Background. Complementary foods is one of the important factors in child care. In 2003, the WHO stated that 60% of the 10.9 million under-five deaths associated either directly or indirectly with malnutrition. While two thirds of these deaths, which are often associated with feeding problems, occurred in the first years of life. In 2003, the WHO has issued rules regarding the provision of complementary feeding should meet the following requirements include timing, adequacy, safety and properly feeding. Most researches on complementary feeding in Indonesia only discussed one of the 4 criteria of WHO. This study is the first study designed to identify the infant complementary feeding practice in a holistic manner based on the four criteria of the WHO.
Objective. To identify the pattern of complementary feeding in infants aged 6, 9 and 12 months-old, which includes timing, adequacy, safety and properly feeding. And also to assess factors contributing in early complementary feeding.
Methods. A cross-sectional population-based study conducted in infants aged 6, 9 and 12 months who were born aterm and birth weight ranging from 2500 until 4000 grams. The study was located in 4 villages in the district of Pasar Minggu, South Jakarta. Posyandu as sample base was elected by multistage cluster sampling. Demographic data and the patterns of breastfeeding and complementary feeding were obtained from interviews with the mother or caretaker. Body weight and body length were measured. Dietary analysis was conducted using 24-hour food recall by dieticians. Bivariate analysis using chisquare test or unpaired t-test was conducted for each risk factor associated to the provision of complementary feeding before 6 months-old. Those risk factors are gender, duration of exclusive breastfeeding, formula milk, age and education level of the mother, maternal employment, socioeconomic status and tradition of giving starch water for babies. Significant associations were subjected to multivariate analysis by logistic regression.
Results. We obtained 322 subjects, consisting of 99 infants aged 6 months-old, 111 infants aged 9 months-old, and 112 infants aged 12 months-old. Equal proortion between male and female. Fifty-nine percent of the respondents were above the poverty line according to BPS standard. Prevalence of exclusive breastfeeding until the age of 6 months was 36.7%. A total of 40 (12.4%) children started their first complementary feeding at the age of 4 months, 95 (29.5%) children at the age 4-5 months. Milk porridge is a the most frequent food for the first time (76.3%). The mean total caloric intake was 852.8 kcal / day. The mean total caloric fulfillment than RDA 110 kcal / day was 94.3%. On logistic regression analysis, the factors that influence early complementary feeding were stay-at-home mother (β=2.58; RO=13.24, p=0.001), formula feeding at 6 months (β=-1.66; RO=0.19, p=0.012) and duration of exclusive breastfeeding (β=-1.85; RO=0.16, p<0.0001). The RDA of iron intake is 11 mg/day which was not accomplished in all group of ages. The lowest was in group of 6-8 months-old baby consuming breastmilk and complementary food, averaged 2.6 mg/day.
Conclusion. Prevalence of complementary feeding at 6 months of age in infants in the Pasar Minggu District was 51.6%. The most frequent first food was industrial milk porridge. Factors affecting early complementary feeding were stay-at-home mother, formula feeding at 6 months of age and duration of exclusive breastfeeding. The lowest iron intake was consumed by 6-8 months-old baby with breastmilk and complementary foods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Sumantri
"Latar belakang. Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan R.I pada Pelita IV, menunjukkan penyakit karies gigi dan penyakit periondontal makin meningkat dibandingkan pelita III. Gambaran penyakit dari masyarakat yangg berobat ke Puskesmas dari tahun 1989-1992, menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut berada pada urutan kedua dan ketiga dari 10 penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Ironinya adalah dari banyaknya penyakit gigi dan mulut yang ada tidak menjadikan cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lebih baik, karena dari pemantauan Departemen Kesehatan R.I, menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas hanya 4 propinsi yang telah mencapai target nasional (9 orang perhari). Hal ini mejadi menarik karena sampai saat ini belum didapatkan adanya gambaran atau informasi inengenai faktor-faktor yang mungkin berperan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas oleh masyarakat pengguna jasa pelayanan tersebut.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya infolmasi dan gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas yang ditinjau dari aspek pengguna jasa pelayanan. Sedangkan yang menjadi objek studi dalam penelitian ini adalah pengunjung yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu, Jakarta Selatan (sebagai daerah penelititian).
Metode. Jenis penelitian adalah cross sectional untuk melihat hubungan antara variabel independen yang ditinjau dari aspek pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas, yang terdiri dari variabel pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, penghasilan, sikap, besar anggota keluarga dan jarak ke tempat pelayanan dengan variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas selang enam bulan sebelumnya sampai dengan penelitian dilakukan. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur yakni berpedoman kepada kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis regesi logistik niultivariat untuk melihat faktor mana yang paling erat hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
Hasil. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh bahwa sebagian besar pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu adalah berpendidikan sedang (SLTP dan SLTA), sebagian besar mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut pada tingkat pengetahuan sedang, sebagian besar tidak bekerja, rata-rata berpenghasilan rendah, sebagian besar mempunyai sikap mendukung terhadap pelayanan kesehatan gigi, dan rata-rata berkeluarga kecil dan sebagian besar bertempat tinggal dekat dengan Puskesmas.
Hasil Uji statistik baik secara bivariat maupun multivariat diperoleh 2 variabel bebas yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Pasar Minggu yaitu variabel pekerjaan dan sikap terhadap pelayanan kesehatan gigi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang menentukan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas adalah sikap yang mendukung terhadap pelayanan disamping adanya faktor pekerjaan.

Back Ground. Base on the result of survey data by Ministry of Health in Pelita IV, indicated that dental caries and periodontal diseases were more increase than in Pelita III. Illustration of the disease scheme taken from the community whose came to Puskesmas in 1989-1992, demonstrated that dental and oral diseases were second rank and third rank from the ten most occurring diseases. Nevertheless the high ranking of oral and dental diseases would not be better coverage of dental health services. The investigation, which conducted by Ministry of Health, had proved that the utilization of dental health services at Puskesmas in Indonesia, only 4 provinces had achieved the national target. The problem would be more interesting because of rare information which concerning about the factors influenced the utilization by the patients.
Objective. the researcher would have the information and illustration about the factors which have been connected with the utilization of dental health services from the viewpoint or patients.
Method. The research was a cross section to find the connection between independent variables from viewpoints of patients as the consumer, such as education, knowledge, occupation, income, attitude, number household of member, distance, and dependent variable which was the utilization of dental health care services at Puskesmas Pasar Minggu during six month before the research was taken. Data was taken from structured interview and will be analyzed by univariate, bivariate and multivariate logistic regression, to see which factors would have the closest connection with the utilization dental health care services at Puskesmas Pasar Minggu.
Results. The results found that mostly the patient at Puskesmas Pasar Minggu were the middle eduction (SLIP, SLTA), jobless, low income. Most of them supported the dental health services, belong to small families, and live near the Puskesmas.
The bivariate and multivariate statistics showed that only two independent variabels connected with utilization of dental health services at Puskesmas Pasar Minggu. Such as variable of occupation and variable of attitude. Concerning about the results above, the researcher conclude that two variables (occupation and attitude) would be the most factors which determined the utilization of dental health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Zhafira
"Komunitas miskin kota kerap kali tidak mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengakses hak-hak dasarnya, salah satunya hak atas pendidikan. Kampung Pemulung Karang Pola sebagai salah satu komunitas miskin kota di DKI Jakarta menghadapi berbagai permasalahan dalam mengakses hak atas pendidikan mereka, yang ditunjukkan dengan tingginya angka putus sekolah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana regulasi dan implementasi akses terhadap pendidikan yang didapatkan oleh masyarakat Kampung Pemulung Karang Pola. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode sosio-legal, yang menganalisis secara empiris bagaimanana akses terhadap pendidikan didapatkan oleh masyarakat dengan berbagai kompleksitas sosial yang ada. Selain itu, dilakukan studi normatif untuk mengetahui bagaimana perlindungan hak atas pendidikan yang terdapat dalam kebijakan mengenai pendidikan bagi anak di Kampung Pemulung Karang Pola. Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa secara normatif akses terhadap pendidikan sudah tersedia dengan baik dalam konvensi-konvensi internasional, undang-undang, hingga peraturan daerah.sesuai dengan amanat Konstitusi UUD 1945. Khususnya di Kampung Pemulung Karang Pola, selain program wajib belajar, terdapat Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus dari pemerintah, serta Technique Informal School (TIS) FTUI, Yayasan Gemilang, dan Dilts Foundation dari lembaga non pemerintah yang memberikan bantuan pemenuhan hak atas pendidikan. Namun, secara empiris, program-program pendidikan belum diimplementasikan sesuai dengan kerangka normatif yang ada, sehingga belum sepenuhnya dapat memberikan pemenuhan hak konstitusional dalam hal pendidikan. Didapati bahwa setidaknya terdapat 15 orang anak putus sekolah dan 2 orang anak belum bisa masuk sekolah. Dengan begitu, diperlukan langkah-langkah strategis dengan pembaharuan kebijakan dan program untuk menyediakan pendidikan yang layak secara maksimal oleh lembaga-lembaga pemerintah lintas sektoral dan lembaga non pemerintah.

Urban poor communities often do not get equal opportunities in accessing their basic rights, one of which is the right to education. Kampung Pemulung Karang Pola as one of the urban poor communities in DKI Jakarta faces various problems in accessing their right to education, which is indicated by the high dropout rate. This research was conducted to find out how the regulation and implementation of access to education obtained by the people of Kampung Pemulung Karang Pola. The method used in this research is socio-legal method, which empirically analyzes how access to education is obtained by the community with various existing social complexities. In addition, a normative study is conducted to find out how the protection of the right to education is contained in policies regarding education for children in Kampung Pemulung Karang Pola. Based on this research, it was found that normatively, access to education is already well provided for in international conventions, laws, and regional regulations in accordance with the mandate of the 1945 Constitution. Especially in Kampung Pemulung Karang Pola, in addition to the compulsory education program, there are Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus provided by the government, as well as Technique Informal School (TIS) FTUI, Yayasan Gemilang, and Dilts Foundation from non-governmental institutions that provide assistance in fulfilling the right to education. However, empirically, education programs have not been implemented in accordance with the existing normative framework, so that they have not been able to fully fulfill constitutional rights in terms of education. It was found that at least 15 children dropped out of school and 2 children could not enter school. Therefore, strategic steps are required to provide maximum proper education with policy and program reforms by cross-sectoral government institutions and non-government institutions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Leo Agustinus
"Penelitian ini membahas tentang analisis pemungutan PBB, khusus di Kelurahan Pasar Minggu Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan yang dilatarbelakangi dengan jumlah pokok ketetapan PBB yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak dengan target penerimaan PBB yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak sama, adanya SPPT bermasalah seperti ganda, tidak dikenal, dan tidak diketahui, serta prosentase realisasi penerimaan PBB belum mencapai angka target. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi penetapan dan penagihan SPPT PBB serta apa kendala dan bagaimana upaya dalam penetapan dan penagihan SPPT PBB. Metode yang digunakan dalam  penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik pengumpulan data studi literatur dan studi lapangan.

Hasil dan temuan dari penelitian ini adalah Implementasi Penetapan dan Penagihan SPPT PBB yang dilaksanakan antara lain dengan penetapan SPPT PBB dan target penerimaan PBB dan  pelaksanaan penagihan SPPT PBB untuk merealisasikan target penerimaan PBB, beserta kendala dan  upaya mengenai Penetapan serta Penagihan PBB di Kelurahan Pasar Minggu Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan. Saran dari penelitian ini adalah pelaksanaan pemungutan PBB yang akan dilaksanakan sepenuhnya oleh Pemda DKI disarankan untuk melakukan pemutakhiran data secara langsung dan berkesinambungan serta koordinasi dan pendampingan pemungutan PBB oleh Dirjen Pajak kepada Dinas Pelayanan Pajak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta


This study discusses the analysis of tax property collection, specifically in the Kelurahan pasar minggu District South Jakarta caused by the principal provisions of the property tax established by the government revenue target set by the city administration is not the same, the existence of such problematic SPPT, not known SPPT, and unknown SPPT, as well as the percentage of actual revenues haven’t reached the property tax target. The question in this research is how the establishment and implementation of billing SPPT and what constraints and how the efforts in setting and billing SPPT. The method used in this research is descriptive qualitative approach to data collection techniques based on literature studies and field studies.

            The results and findings of this study is SPPT determination and Billing Implementation  established such as by setting SPPT of property tax and its goals, and the implementation of  SPPT billing to realize its goals, along with the constraints and the efforts of the establishment and Billing of property tax in kelurahan pasar minggu district South Jakarta . Suggestions from this study is the implementation of the tax property collection to be carried out entirely by the Government of DKI recommended for updating the data directly and continuously and polling coordination and assistance to the tax service office by the Government."

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tubagus Fajar Adhitya
"Penelitian ini mengenai kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di Kantor Kelurahan Pejaten Barat yang diukur melalui dimensi-dimensi kualitas pelayanan. Jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slovin berjumlah 100 responden. Hasil dari analisis kepuasan masyarakat atas kualitas pelayanan di kantor Kelurahan Pejaten Barat adalah masyarakat masih belum merasa puas atas kualitas pelayanan yang diberikan di kantor Kelurahan Pejaten Barat.

This research is about satisfaction of citizens on the quality of public services in office kelurahan Pejaten Barat. This research uses quantitative and descriptive approach to describe citizens satisfaction on the quality of public services in the office of Kelurahan Pejaten Barat, by measuring dimensions of service quality. Number of samples in this research based on the Slovin formula are around 100 respondents. Result of this research shows that the quality of public services to the citizens at the office of Kelurahan Pejaten Barat si still not make the local people feel satisfied.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55151
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fitrini G. Rusli
"Tesis ini membahas kincnja Juru Pemantau Jcntik (jumantik) dalam PZDBD yang dikaitkan dengan variabel individu (pengetahuan, lama tugas, pendidikan terakhir dan umur), variahel psikologis (motivasi, sikap dan pembelajaran) dan variabel organisasi (sumber daya,imbalan, dan kepemimpinan). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pasar Minggu Kecamatan Pasar Minggu Jakana Selatan dengan sampel adalah seluruh jumantik yang ada di Kelurahan Pasar Minggu. Penelitian ini didasarkan karena penyakit demam berdarah yang terus meningkat setiap tahunnya dan merupakan masalah kcsehatan yang besar. Di DKI Jakarta sendiri Jakarta Selatan merupakan daerah nomor 2 zertinggi setelah Jakarta Timur dengan angka kasus 9429 pada tahun 2007. Di Jakarta Selatan, Kecamatan Pasar Minggu memiliki angka. kasus yang teninggi yaitu sebanyak 1393 kasus pada tahun 2008. Dan Kelurahan Pasar Minggu merupakan Kelurahan penyumbang kasus DBD terbanyak di Kecamatan Pasar Minggu yaitu 274 kasus pada tahun 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 3 variabel yang dianggap berhubungan secara signifikan yaitu variabel pengethuan, sikap dan prespsi kewajaran imbalan yang diterima oleh jumantik.Diantara 3 Vaxiabel tersebut variabel prespsi kewajaran imbalan yang diterima oleh jumantik merupakan variabel yang paling dominant dengan nilai OR=22,S_ Saran untuk instansi terkait agar dapat memperhatikan fasilitas untuk melakukan PSN - DBD dan tetap mengadakan pendampingan dalam kegiatan PSN ~ DBD.

This thesis discussed the achievement Juru Pemantau Jentik (Jumantik) in PZDBD that was connected variably the individual (knowledge, how long they do as jumantik, last education and the age), the psychological variable (the motivation, the attitude and pembelajaran) and the organisation variable (facilities, the repayment, and leadership). This research was the quantitative research with the design of the research was cross-sectional. This research was carried out in the Pasar Minggu District Southem Jakarta with the sample was all jumantik available in the Pasar Minggu District . This research was based because of the dengue fever illness that continued to increase each year and was the problem of the big health. ln the Special Capital District of Jakarta personally Southem Jakarta was the area of the number 2 highest atier Jakarta Timur with the case figure 9429 during 2007. In Southem Jakarta, Kecamatan Pasar Minggu had the case figure that was highest that is as many as 1393 cases during 2008. And the Pasar Minggu District was the DBD District of the case contributor most in the Pasar Minggu Subdistrict that is 274 cases during 2007. Results of the research has shown that is gotten 3 variables that it was considered were connected significantly, that is the knowledge variable, the attitude and perception about the appropriateness of the repayment that was received by jumantik Among 3 variables were variable perception about the appropriateness of the repayment that was received by jumantik was the variable that most dominant with the value OR=22,5. 'l`he suggestion for the related agency in order to be able to pay attention to facilities to do PSN - DBD and continue to hold assistance in the activity of PSN - DBD."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32089
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>