Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kecenderungan masyarakat kembali ke alam (back to nature),
meningkatnya jumlah perusahaan obat tradisional berbahan baku tanaman obat
kunyit, melonjaknya harga obat modern pada masa krisis ekonomi berbahan
kimia dan efek samping yang diakibatkan, menyebabkan lebih mudah
diterimanya tanaman obat kunyit (Curcuma domestica Val) dalam pengobatan
maupun konsumsi sehari-hari. Sebagai tanaman obat yang memiliki nilai medis,
interaksi tanaman obat kunyit dengan unsur fisik di Kabupaten Bogor sangat
perlu diperhatikan, karena berpengaruh terhadap kuantitas (tingkat produksi)
dan kualitas (tingkat mutu fisik). Tujuan dalam penelitian ini adalah menjelaskan
keterkaitan kondisi fisik (kesesuaian fisik) tanaman obat kunyit terhadap tingkat
produksi dan mutu fisik rimpang yang dihasilkan. Untuk mengetahui kaitan
kondisi fisik dengan tingkat produksi dan mutu fisik tanaman digunakan metode
korelasi peta; untuk mengukur tingkat mutu fisik tanaman obat kunyit digunakan
analisa visual dan pembobotan. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan tingkat produksi tanaman obat kunyit menurut wilayah kesesuaian
fisik sedangkan tingkat mutu fisiknya relatif seragam. Secara keseluruhan,
dapat disimpulkan bahwa tingkat produksi tanaman obat kunyit dipengaruhi
kondisi fisik suatu wilayah sedangkan tingkat mutu fisiknya relatif tidak
dipengaruhi kondisi fisik. Pada wilayah dengan kesesuaian fisik yang sama,
tampak bahwa tingkat produksi dan tingkat mutu fisik tanaman obat kunyit tidak
selalu mempunyai tingkatan yang sama."
Universitas Indonesia, 2006
S34024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S33729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah kusrini
"ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Lengkeng (Nephelium Longanum) adalah salah satu jenis buah di Indonesia yang belum
banyak dlbudidayakan. Dengan jumlah produksi yang terbatas sedangkan permintaan
masyarakat cukup tinggi, harga buah lengkeng tergolong tinggi dibandingkan dengan buah
lokal lainnya di Indonesia, sehingga apabila tanaman ini dibudldayakan secara baik, akan
memberikan keuntungan finansial yang cukup tinggi.
Karena kondisi fisik alam tertentu di Indonesia yaitu : tekstur tanah, kemasaman (pH) tanah,
curah hujan, distribusi curah hujan serta ketinggian, tanaman ini dapat berproduksi dengan
baik. Kabupaten Temanggung merupakan daerah sentra produksi tanaman lengkeng terbesar
di Indonesia, dan pembudidayaannya dilakukan secara meluas hampir pada seluruh
kecamatan di wilayah itu.
MASALAH
1. Berdasarkan syarat tumbuhnya, bagaimana pola wilayah kesesuaian fisik tanaman
lengkeng di Kabupaten Temanggung ?
2. Bagaimana penyebaran dan produktifitas tanaman lengkeng dihubungkan dengan wilayah
kesesuaian fisiknya ?
METODE PENELITIAN DAN ANALISA
Penelitian ini menggunakan metode analisa korelasi peta yang didukung oleh survey di lokasi
penelitian. Dan diperoleh wilayah kesesuaian fisik tanaman lengkeng berdasarkan syarat
tumbuhnya yaitu wilayah yang diklasifikasikan atas wilayah sangat sesuai, sesuai, kurang
sesuai, dan tidak sesuai. Wilayah kesesuaian dengan kategori sesuai merupakan wilayah yang
terluas dan merupakan penyebaran areal lengkeng terluas pula dengan produktifitas tinggi,
wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan Pringsurat, Temanggung, dan Kaloran HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN
Penyebaran areal lengkeng yang terpusat di bagian Tenggara, Tengah, dan Selatan wilayah
penelitian yaitu Kecamatan Pringsurat, Temanggung, dan Tembarak dengan produksi rata-rata
tinggi. Wilayah kesesuaian yang terluas adalah yang berkategori sesual yang membentang di
bagian Tengah wilayah penelitian. Secara umum dapat dikatakan bahwa ada hubungan
keselarasan antara wilayah kesesuaian fisik dengan penyebaran dan produktifitas tanaman
lengkeng di Kabupaten Temanggung."
1998
S33657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S33751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S33504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Wilson
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S33375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Junico
1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machfud Nilriad
1996
S33570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S33589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Ananto Wisan Rinuwat
"
ABSTRAK
Program pengentasan desa-desa miskin atau lebih dikenal dengan istiiah Ingres Desa Tertinggal (IDT), memiliki tujuan untuk memberi bantuan agar desa tertinggal tersebut dapat mengelola sumberdaya yang dimiliki, diantaranya sumber daya alam. Dengan demikian diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya dari desadesa lain.
Melihat gambaran di atas, maka pengetahuan tentang kondisi kemampuan sumber daya alam mutlak di kuasai, terutama dalam mengidentifikasi daerah miskin. Oleh karena itu, penulis mencoba meneliti keberadaan desa-desa tersebut dengan meninjau dari sudut pandang keterbatasan kemampuan fisik wilayah.
Dengan mengetahui kondisi sumber daya yang dimiliki. maka diharapkan dapat dikaitkan dengan upaya meningkatkan penghasilan penduduk desa yang umumnya masih bertumpu pada sektor pertanian.
Dengan demikian tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui keterkaitan penyebaran desa tertinggal dengan keterbatasan kondisi fisik wilayahnya serta pengaruhnya terhadap tingkat penghasilan penduduk di Kabupaten BantuI, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari gambaran di atas terlihat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian mi adalah : Bagaimana kaitan letak desa tertinggal yang terbatas tingkat penghasilan penduduknya dengan kondisi fisik wilayah di Kabupaten BantuI, Daerah Istimewa Yogyakarta ?
Desa tertinggal di Dati II BantuI yang dianalisis dalam penelitian ini, merupakan gambaran ketertinggalan suatu wilayah berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik, dalam Penentuan Desa Tertinggal 1993, mencapai 23 desa atau 30,67 % dari total 75 desa.
Pola penyebarannya secara umum memanjang di bagian Timur, kemudian menyebar secara acak di bagian Selatan, selain itu juga terdapat di bagian Tengah wilayah penelitian dalam jumlah yang sedikit. Tingkat penghasilan penduduk di Kabupaten BnatuI (satuan analisis desa) ditentukan dengan cara mengalokasikan produksi sektor pertanian tingkat Kabupaten BantuI. Pada analisis perhitungan Tingkat Penghasilan Penduduk di Kabupaten BantuI, pengklasifikasiannya disederhanakan menurut kategori batas pengeluaran, sebagai berikut: 1. Desa tidak miskin, penyebarannya di BantuI mencapai 46 dari 75 desa (berkisar 61,33%) 2. Desa miskin, penyebaran desa dengan tingkat penghasilan miskin di Kabupaten BantuI, jumlahnya mencapai 29 dari 75 desa yang ada di wilayah penelitian (38,67%).
Hasil analisis korelasi desa tertinggal dengan tingkat penghasilan penduduk, menunjukkan klasifikasi desa tertinggal yang miskin dan desa tertinggal yang tidak miskin. Selanjutnya hasil korelasi tersebut ditampalkan dengan peta wilayah tanah usaha sehingga menghasilkan gambaran kondisi fisik desa tertinggal berkaitan dengan gambaran tingkat penghgasilan penduduk di daerah bersangkutan, yang dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Terdapat 10 dari 12 desa tertinggal yang miskin, menyebar di desa yang memiliki wilayah tanah usaha terbatas, sedangkan sisanya sebanyak 2 desa terdapat pada desa yang tidak memiliki luas wilayah tanah usaha terbatas. 2. Terdapat 11 desa tertinggal yang tidak miskin, seluruhnya menyebar di desa yang tidak memiiiki wilayah tanah usaha terbatas.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>