Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Ari Saputro
"ABSTRAK
Mangrove mempunyai peran yang penting sebagai pelindung garis pantai akibat abrasi dan akresi. Penelitian mengenai pengaruh perubahan mangrove terhadap perubahan garis pantai di Kecamatan Muaragembong selama kurun waktu 25 tahun dari tahun 1989 hingga tahun 2014 dengan menggunakan Citra Landsat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan luas mangrove dan garis pantai (luas abrasi dan akresi) yang terjadi di Kecamatan Muaragembong dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan luas mangrove terhadap perubahan luas abrasi dan akresi. Diketahui bahwa luas mangrove cenderung terus mengalami penurunan luas di tiap tahun pengamatan sedangkan perubahan garis pantai yang dominan terjadi dari tahun 1989 hingga 2014 adalah abrasi yang terus meningkat tiap tahun pengamatan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana terungkap bahwa penurunan luas mangrove mempunyai pengaruh terhadap luas abrasi sebesar 52,4% dan penambahan luas mangrove mempunyai pengaruh terhadap luas akresi dengan pengaruh sebesar 37,8%. Secara spasial terungkap bahwa penurunan dan penambahan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

ABSTRACT
Mangroves have an important role as a protector of the coastline due to erosion and accretion. Research on the effects of changes in mangrove area toward shoreline change in District Muaragembong during the 25 year period from 1989 to 2014 using Landsat imagery. This study aims to determine how changes in mangrove area and coastline (extensive abrasion and accretion) that occurred in the District Muaragembong and to find out how changes in mangrove area to area changes abrasion and accretion. It is known that the vast mangrove area likely to continue to decline in each year of observation while the dominant shoreline change occurred from 1989 to 2014 is abrasion that has increased every year of observation. Based on calculations using simple linear regression analysis revealed that the decrease in mangrove area has a broad effect on abrasion 52.4% and the addition of extensive mangrove area has an influence on the effect of accretion by 37.8%. Spatially revealed that the decrease and the addition of mangrove area is proportional to the area changes abrasion and accretion."
2016
S63510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Puji Mahalia
"Tanah merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang memiliki peranan sangat vital, populasi penduduk Indonesia yang semakin meningkat setiap tahunnya membuat ketersediaan lahan pemukiman semakin terbatas, semakin terbatasnya lahan menyebabkan banyak terjadi peristiwa alam yang pada akhirnya dapat menimbulkan endapan lumpur atau tanah yang terbawa arus ke sungai/pantai/laut yang berhenti disuatu tempat dalam waktu yang lama dan membentuk daratan yang baru yang disebut tanah tumbuh. Adanya penambahan luas berupa daratan baru di Desa Pantai Sederhana, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi ini menyebabkan munculnya berbagai masalah yang disebabkan oleh ketidakpastian hukum ataupun kurangnya pengetahuan masyarakat yang menyebabkan banyaknya terjadi sengketa dalam pemanfaatan dan kepemilikan tanah tumbuh. Permasalahannya adalah bagaimanakah proses terjadinya tanah tumbuh, bagaimana penguasaannya menurut hukum tanah di indonesia dan bagaimanakah pendaftaran haknya. Hasil analisis penulis mengenai proses terjadinya adalah dengan proses alam, tanah ini merupakan tanah negara sebagai refleksi dari asal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA. Tanah tumbuh di Desa Pantai Sederhana ini dsapat dimohonkan Hak Milik, Hak Penguasaan Perairan Pesisir dan Hak Pakai, namun berdasarkan wawancara dan penelitian penulis dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Bekasi, Bahwa sampai saat ini hak yang dapat dimohonkan adalah Hak Pakai dikarenakan Tanah tumbuh ini berbentuk sebuah pulau dan bukan melekat pada tanah Hak Milik Masyarakat, dan untuk mengajukan permohonan Hak Pakai kepada Badan Pertanahan Negara Setempat, pemohon harus mendapat surat keterangan menggarap dari Kepala Desa setempat dan yang terpenting harus seusai dengan Reancana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi.

Soil is one of the necessities of human life that has a very vital role, the population of Indonesia is increasing every year making the availability of residential land more limited, the more limited land causing many natural events that can ultimately lead to silt or soil that is washed into the river/beach/ocean that is stopped somewhere for a long time and formed a new land called detalber/channelbar. The addition of area in the form of a new land in the village of Pantai Sederhana, Muara Gembong, Bekasi Regency led to the emergence of various problems caused by legal uncertainty or lack of knowledge that causes many disputes occurring in the use and ownership of the detalber/channelbar. The problem is about how the process of the detalber/channelbar, how its control according to the law of land in Indonesia and how about registration rights. The result of researcher’ analysis about the occurrence process that is a natural process, this land is the state land as a reflection of the 33 verse (3) of the Constitution 1945 and Article 2 of UUPA. The detalber/channelbar in the Pantai Sederhana can be requested for the Properties Rights, Tenure and Coastal Water Right of use, but based on the interviews and research by the researcher with Bekasi District Land Office, that until now the rights which can be requested is because of the Land Right of use of this detalber/channelbar forms an island and not attached to the land of Society Ownership Rights, and to apply for the request of Use Rights to the Local State Land Board, the applicant must obtain a certificate of work of the Local Village Chief and most importantly, it should be after the Spatial Planning of Bekasi Regency."
2015
T43880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Wasistoadi Budiarto
"In 2020, renewable energy sources contribution in Indonesia’s energy production mix had only reached 14,71%. The percentage was still far from Indonesia’s renewable energy mix target of 23% in 2025 and 31% in 2050 according to their own national energy plan. To enhance their progress in reaching those targets, one way that can be done is to benefit promising renewable energy potential in many areas, including coastal area such as Muara Bungin Beach located in Pantai Bakti Village, Bekasi. The village mentioned before have an average of 3,26-5,41 m/s wind speed and solar radiation of 5-5,4 kWh/m2/day. To utilize the area’s potential, three units of The Sky Dancer TSD-500 wind turbine and two monocrystalline solar panels with a total capacity of 1800 Watt peak have been installed in that area since 2014, making Muara Bungin Village mostly known as Bungin Techno Village to public. Sadly, the wind turbines have been removed recently in October 2021 due to poor physical condition, and the solar panels rarely being used and maintenanced. A revitalization plan can be done to keep Bungin Techno Village’s existance in utilizing their renewable energy potential alive.

The revitalization plan will create huge project, which is to install renewable energy power plants that can serve Desa Pantai Bakti’s electricity demand. A modelling result by LEAP shows that Desa Pantai Bakti’s electricity demand will reach 1.965,1 kWh/day in 2031. The planned renewable energy power plants will handle electricity load of 1.021,85 kWh/day or 51,6% from the village’s total electricity demand. A solar power plant consisting 104 units of Monocrystalline Maysun Solar Cell 500 Wp Peak Power with a lifetime of 25 years, a wind power plant consisting 24 units of 2000 W/220 V capacity wind turbines with a lifetime of 20 years, and a waste-to-energy power plant consisting a TG30 gasification machine and a 200 kVa/160 kW capacity diesel genset Caterpillar with a lifetime of 20 years. The total cost for lifetime operation of the planned solar, wind, and waste-to-energy power plant is estimated to be around Rp1.519.049.423; Rp3.238.231.499; and Rp859.733.884 respectively. The investment for the renewable energy technology revitalization plan can be considered economically worthy, judging by the NPV and ROR of every single planned power plants showing positive values or greater than zero."
2021: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Retno Minarni
"Pantai merupakan salah satu kenampakan muka bumi yang bersifat dinarnis karena
dapat mengalami perubahan baik dalam waktu relatif cepat maupun lambat. Dinamika
perubahan garis pantai disebabkan oieh proses-proses yang berlangsung, baik yang
berasal dari daratan ataupun yang berasal dari lautan. Pantai Teluk Jakarta yang
terletak di bagian utara P. Jawa berbentuk landai dan sebagian besar wilayahnya
termasuk ke dalam wilayah DKI Jakarta. Pengaruh alarn dan pesatnya pembangunali
yang terdapat di sepanjang pantai Teluk Jakarta menyebabkan pantai mi mengalami
perubahan garis pantal.
Untuk mengetahui perubahan garis pantai Teluk Jakarta selama kurun waktu 53
tahun dilakukan perbandingan peta antara peta topografi tahun 1996 dengan peta
topografi tahun 1943, selisih perubahan garis pantai dihitung dengan menggunakan
planimeter sekala 1:50.000. Langkah selanjutnya yaitu menganalisis faktor-faktor
yang diduga mempengaruhi perubahan garis pantai dengan rnenggunakan data-data
yang diperoleh baik dari instansi terkait ataupun survei lapang. Faktor-faktor tersebut antara lain sedimentasi, arus taut, sungai dan muara sungai, mangrove, penggalian
pasir dan rekiamasi pantai.
Pada Teluk Jakarta terdapat dua jenis wilayah pantai yang mengalami perubahan
I garis pantai, yaitu wilayah pantai yang mengalami perubahan garis pantai maju (akresi)
dan perubahan garis pantai mundur (abrasi). Akresi terdapat di Pantai Kamal - Kapuk
Muara dan, Muara Jingkern - Muara Bungin dengan terbentuknya delta barn Ci
Herang (faktor alam) dan Pantai Mutiara, Pantai Pluit, Pantai Ancol (rekiamasi
pantai). Abrasi terdapat di Pantai Tanjung Pasir - Tanjung Glatik (faktor alam) dan
Pantai Kalibaru - Segara Makmur (faktor manusia).
Perubahan garis pantai karena faktor-faktor alam adalah sebagai berikut; pada -
pantai berbentuk lurus dan 'terbuka', tidak terdapat penglalang pantai, tidak terdapat
mangrove, sehingga arus lebih kuat, terdapat sedikit muara sungai, sedimen yang
diendapkan kecil, maka pantai tersebut akan mengalami abrasi seperti Pantai Tanjung
Pasir - Tanjung Glatik. Pada pantai berbentuk cekung dan 'tersembunyi', terdapat
penghalang pantai, terdapat mangrove, sehingga arus lebih lemah, terdapat banyak
muara sungai, sedimen yang diendapkan besar, maka pantai tersebut akan mengalami
akresi seperti yang terjadi pada Delta Ci Herang.
Perubahan garis pantai karena campur tangan manusia adalah rekiarnasi pantal,
yang terdapat di Pantai Mutiara, Pantai Pluit , Pantai Ancol dan penggalian pasir
pantai, yang terdapat di Pantai Kalibaru - Segara Makrnur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Azri Kurniawan
"Wilayah Pesisir Utara Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, mengalami abrasi dan akresi secara cukup signifikan. Abrasi dan akresi merupakan dua proses geologis yang terjadi di permukaan bumi dan umumnya terkait dengan erosi tanah. Ekosistem mangrove, sebagai bagian dari ekosistem pesisir, memainkan peran penting dalam mengurangi abrasi dan akresi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami perubahan garis pantai selama 10 tahun terakhir (2003-2023) yang dipengaruhi oleh ekosistem mangrove. Metode yang digunakan melibatkan Remote Sensing dan GIS dengan data dari citra satelit Landsat 7 ETM+ tahun 2003, Landsat 8 OLI/TRS tahun 2013, dan Landsat 8 OLI/TRS tahun 2023. Pengolahan data dilakukan menggunakan ArcGIS 10.8 dan Google Earth Pro. Analisis perubahan garis pantai menggunakan DSAS, sementara perubahan ekosistem mangrove dievaluasi dengan metode NDVI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2003 dan 2013, dominasi abrasi terjadi bersamaan dengan penurunan luas ekosistem mangrove. Sebaliknya, antara tahun 2013 dan 2023, dominasi akresi terkait dengan peningkatan luas ekosistem mangrove. Analisis statistik menunjukkan bahwa penurunan luas mangrove memiliki dampak sekitar 40,7% terhadap luas abrasi, sementara peningkatan luas mangrove memiliki dampak sekitar 35,6% terhadap luas akresi. Secara spasial, penurunan dan peningkatan luas mangrove berkorelasi dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

The Northern Coastal Area of Juntinyuat Subdistrict, Indramayu Regency, which directly faces the Java Sea, experiences significant abrasion and accretion. Abrasion and accretion are two geological processes that occur on the Earth's surface and are generally related to soil erosion. The mangrove ecosystem, as part of the coastal ecosystem, plays a crucial role in reducing abrasion and accretion. This research aims to understand changes in the coastline over the past 10 years (2003-2023) influenced by the mangrove ecosystem. The methodology involves Remote Sensing and GIS using data from Landsat 7 ETM+ satellite imagery in 2003, Landsat 8 OLI/TRS in 2013, and Landsat 8 OLI/TRS in 2023. Data processing is carried out using ArcGIS 10.8 and Google Earth Pro. Coastline change analysis employs DSAS, while mangrove ecosystem changes are evaluated using the NDVI method. The research results indicate that between 2003 and 2013, the dominance of abrasion coincided with a decrease in the mangrove ecosystem's area. Conversely, between 2013 and 2023, the dominance of accretion was associated with an increase in the mangrove ecosystem's area. Statistical analysis shows that the decrease in mangrove area has an impact of approximately 40.7% on the abrasion area, while the increase in mangrove area has an impact of around 35.6% on the accretion area. Spatially, the decrease and increase in mangrove area correlate with changes in abrasion and accretion areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Putera Indrawan
"Wilayah Pesisir Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt, Kecamatan Banjar, danKecamatan Buleleng berada di bagian barat Kabupaten Buleleng, Bali. Wilayah pesisir di ke-empat kecamatan tersebut rawan terkena abrasi dan akresi. Abrasi danakresi merupakan fenomena alam yang berjalan seimbang. Faktor manusiamenyebabkan fenomena tersebut mengalami perubahan keseimbangannya sehingga dapat menimbulkan kerugian pada manusia sendiri. Tujuan penelitian iniadalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasidan akresi terhadap perubahan luasan penggunaan tanah di wilayah pesisir.
Penelitian ini menggunakan citra Landsat 5, 7, dan 8 dengan kurun waktu 3 periode, yaitu periode 1990 dan 1997, periode 1997 dan 2007, dan periode 2007 dan 2017. Metode penelitian dengan menghitung perubahan panjang, perubahan lebar pantai, dan luas abrasi dan akresi. Selanjutnya hasilnya dihubungkan dengan perubahan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan garis pantai terjadi di sepanjang wilayah penelitian. Perubahan tersebut dibuktikan dengan adanya salah satu abrasi yang menghancurkan bangunan di Desa Gerokgak.

Gerokgak, Seririt, Banjar, and Buleleng coastal areas are located in the west of Buleleng Regency, Bali. These area are prone to abrasion and accretion. Abrasion and accresion is a natural phenomenon thats occur balanced. Human behavior is a factor that may cause harm to humans if it disrupts the balance. The purpose of theresearch were to analyze influece of coastline change that caused by abrasion andaccretion toward land use wide at coastal area.
The research used Landsat 5, 7, and 8 images with 3 periods which were 1990 and 1997, 1997 and 2007, and the last period was 2007 and 2017. The data were processed by calculating the change ofthe coastlines length and width, and measuring the abrasion and accretion. The result then was combined with the land use change at coastal area. The result showed that coastline change happened along the coastal areas in research area. It evidence with one of abrasion area destroyed a building at Gerokgak Village.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.

Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"ABSTRAK
Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damaga. Therefore, continuing monitoring needs to be prpgrammed comprehensively...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>