Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94263 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meinar Dewi Pujansari
"Pembahasan mengenai perkembangan wilayah urban pada tahun 1970 dan 1995 di
Kotamadya Semarang yang memiliki keunikan dibandingkan dengan kota-kota lain
di Indonesia, yaitu Semarang memiliki pantai, daratan, dan perbukitan sekaligus.
Keadaan mi akan menarik dalam mengkaji pola dan arah perkembangan wilayah
urban yang terdapat di kotamadya Semarang. Materi yang dibahas dalam penelitian
mi meliputi penggunaan tanah, kepadatan dan mata pencaharian penduduk,
kepadatan bangunan, jaringan jalan dan bentuk medan; kemudian dianalisa dengan
menggunakan metode analisa deskriptifkuantitatmf
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pola dan arah perkembangan wilayah
urban, serta rnengetahui pengaruh bentuk medan terhadap perkembangan wilayah
urban dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang. Adapun
permasalahannya adalah:
1. Bagaimana pola dan arah perkembangan wilayah urban di Kotamadya
Semarang?
2. Bagaimana pola perkembangan wilayah urban tersebut dikaitkan dengan bentuk
medan dan kerapatan jaringan jalan?
Hasil yang diperoleh adalah wilayah urban pada tahun 1970 mempunyai bentuk pola
lonjong memanjang dari utara ke selatan, s&dangkan pada tahun 1995 akibat
perkembangannya membentuk pola setengah lingkaran yang cenderung mengarah ke
tenggara. Wilayah urban yang ada pada tahun 1995 merupakan perluasan dan
wilayah urban pada tahun 1970. Perluasan wilayah tersebut diikuti pula dengan
berubahnya bentuk pola wilayah urbannya. Bentuk pola perkembangan mi
menyesuaikan diri dengan bentuk medan dan tingkat kerapatan jaringan jalan yang
ada di wilayah kotamadya Semarang. Hal mi dapat lihat bahwa wilayah urban
terdapat pada wilayah yang datar di bagian utara dengan tingkat kerapatan jariñgan
jalan yang lebih tinggi dibandingkan tingkat kerapatan jaringan jalan yang lebih
rendah di wilayah perbukitan pada bagian selatan. Kesimpulannya bentuk medan
dan kerapatan jaringan jalan yang ada di Kotamadya Semarang mempengaruhi
perkembangan wilayah urbannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Wurianturi
"Kampus urban sebagai salah satu elemen kota, harus turut berperan dalam mewujudkan kota berkelanjutan (SDG’s no 11) dengan menjadi kampus urban berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal ini adalah melalui pendekatan biophilic design, pendekatan perancangan yang mengupayakan kembalinya interaksi manusia dengan alam di sebuah lingkungan buatan. Masalah dalam penelitian ini adalah belum adanya konsep untuk membangun elemen fisik kampus urban berkelanjutan yang menerapkan pendekatan biophilic design dan melibatkan persepsi dan preferensi pengguna kampus. Tujuan penelitian secara khusus adalah menganalisis kondisi elemen fisik kawasan kampus, menganalisis persepsi, preferensi pengguna kampus, serta menyusun hasilnya menjadi sebuah konsep kampus urban berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan biophilic design Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara incidental sampling menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen fisik ruang luar kampus urban dalam keadaan padat dan kurang terawat sedangkan ruang dalam bangunan sebagian sudah direnovasi sehingga lebih nyaman untuk berkegiatan. Konsep panduan perencanaan kampus urban diperoleh dari penggabungan preferensi pengguna dengan pola biophilic design. Penelitian ini menyimpulkan bahwa optimalisasi kawasan kampus urban, baik jangka pendek maupun jangka panjang perlu dilakukan untuk mewujudkan kampus urban berkelanjutan. Penerapan pola biophilic design membentuk persepsi positif dari pengguna kampus, memperbaiki kondisi lingkungan, dengan biaya konstruksi yang standar.

Urban campuses as an element of a city must contribute to the achievement of a sustainable city, as stated in SDG no 11, by turning the campus into a sustainable campus. One of the methods to achieve the goal is by applying a biophilic design pattern, a design approach that improves the relationship between people and nature in the built environment. The problem of this research is there is no sustainable urban campus concept available for designing the physical elements of the campus that applies biophilic design patterns and focuses on the perception, and preference of the user. There are four objectives of this research: to analyze the existing condition of the urban campus, to analyze the user’s perceptions, to analyze the user’s preferences, and to compose a sustainable urban campus concept using a biophilic design approach. This research used a quantitative approach and mixed methods. The sampling technique is incidental sampling. The results showed that the physical element of the urban campus was dense and less maintained while the interior was renovated. The optimization design guideline was composed by combining the perception of users and a biophilic design pattern. The application of biophilic design did not significantly affect the construction cost. The research concluded that an urban campus should be optimized to achieve sustainable conditions. The application of biophilic design patterns can bring a positive perception, and improve the environmental condition at a reasonable cost."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlianis
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebutuhan dan permintaan rumah di daerah perkotaan di Indonesia. Untuk kebutuhan rumah dihitung berdasarkan faktor demografi, tingkat penggantian dan tingkat kekurangan dari rumah. Sedangkan permintaan terhadap rumah dilihat faktor-faktor apa yang mempengaruhi sehingga dapat diketahui permintaan efektif dari masyarakat akan rumah. Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan rumah adalah total pengeluaran, harga relatif dari rumah dan rata-rata ukuran rumah tangga. Variabel tersebut dirangkum dalam satu model untuk melihat signifikansi variabel tersebut dengan pengeluaran untuk rumah sebagai variabel terikat dan meregresikannya dengan menggunakan metode Ordinary Least Square ( OLS ). Pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dipengaruhi oleh pertambahan penduduk alamiah, migrasi netto penduduk dan reklasifikasi desa menjadi kota. Unsur ini mempengaruhi kebutuhan rumah berdasarkan faktor demografi. Di samping itu juga diperhitungkan kebutuhan untuk mengganti rumah yang tidak memenuhi persyaratan dan kekurangan rumah yang tidak terpenuhi dari tahun sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pengeluaran masyarakat mempengaruhi pengeluaran untuk rumah yaitu masyarakat akan meningkatkan ; pengeluaran untuk rumah jika total pengeluaran masyarakat meningkat, besarnya peningkatan pengeluaran untuk rumah lebih besar dari kenaikan pengeluaran total masyarakat. Harga relatif dari rumah juga mempengaruhi pengeluaran untuk rumah~ yaitu peningkatan pengeluaran untuk rumah lebih keeil dari peningkatan harga relatif dari rumah. Sedangkan" faktor rata-rata ukuran keluarga ternyata tidak mempengaruhi pengeluaran untuk rumah. Untuk kebutuhan rumah~ jumlah rumah yang dibutuhkan terus menerus meningkat dari tahun ke tahun melebihi yang dapat "disediakan oleh sek tor formal. Pengeluaran total masyarakat ternyata mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi permintaan rumah, harga relatif juga mempunyai peranan mempengaruhi permintaan rumah. Sedangkan rata-rata ukuran keluarga sama sekali tidak mempengaruhi permintaan rumah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Fadhya Rahman
"Air tanah merupakan sumber air minum utama bagi 73,7% masyarakat Indonesia. Pencemaran tinja pada air tanah berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia, di mana ditandai dengan ditemukannya bakteri E. coli dan Enterococci pada air tanah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konsentrasi E. coli dan Enterococci pada sampel air tanah di Kota Depok, serta menganalisis risiko kesehatan yang ditimbulkan akibat paparan mikroorganisme tersebut. Kandungan E. coli dan Enterococci pada air tanah diidentifikasi menggunakan kultur bakteri, sedangkan penilaian risiko menggunakan metode Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi E. coli dan Enterococci berkisar antara 0–1716,67 CFU/100 mL dan 0–266,67 CFU/100 mL, di mana hanya 1 dari 6 sampel yang memenuhi baku mutu kesehatan. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang berbanding terbalik antara konsentrasi bakteri pada air dengan jarak sumur terhadap pencemar (rEc= -0,142; rEn= -0,120) maupun dengan kedalaman sumur (rEc= -0,561; rEn= -0,896). Penilaian risiko menggunakan metode QMRA dilakukan menggunakan rasio E. coli O157:H7 serta Enterococcus faecalis dan Enterococcus faecium sebagai strain dan spesies yang paling umum dijumpai yang dapat menyebabkan penyakit diare pada manusia. Beban penyakit (DB) diare akibat E. coli dan Enterococci adalah sebesar 0,00137 DALY/orang/tahun, dan 0,000986–0,00109 DALY/orang/tahun, di mana nilai ini belum sesuai dengan health outcome target dari WHO untuk negara berkembang (0,0001 DALY/orang/tahun). Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi air yang terkontaminasi bakteri E. coli dan Enterococci akibat tangki septik dan lindi dapat berbahaya bagi kesehatan. Sehingga perlu dilakukan intervensi, seperti perbaikan dan perawatan tangki septik sesuai SNI 2398:2017, peningkatan efektivitas praktik pengolahan air di rumah tangga, serta peningkatan manajemen lindi oleh TPA Cipayung Depok.

Groundwater is the main source of drinking water for 73.7% of Indonesian population. Fecal contamination in groundwater has the potential to cause adverse impacts on human health, which is characterized by the presence of E. coli and Enterococci in groundwater. This study was conducted to analyze the concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples in Depok City, and to analyze the health risks posed by exposure to these microorganisms. The concentration of E. coli and Enterococci in groundwater was identified using bacterial culture. While risk assessment was conducted using the Quantitative Microbial Risk Assessment (QMRA) method. The results showed that the average concentration of E. coli and Enterococci in groundwater samples ranged from 0-1716.67 CFU/100 mL and 0-266.67 CFU/100 mL, respectively, where only 1 of 6 samples met the health quality standards. The correlation test showed that there is an inversely proportional relationship between the concentration of bacteria in the water with the distance of the well to the pollutant (rEc = -0.142; rEn = -0.142) as well as with the depth of the well (rEc = -0.868; rEn = -0.904). Risk assessment using the QMRA method was conducted using the ratio of E. coli O157:H7 and Enterococcus faecalis and Enterococcus faecium as the most preavelent strains and species that can cause diarrheal disease in humans. The disease burden (DB) of diarrhea due to the exposure of E. coli and Enterococci were 0,00137 DALY/person/year and 0,000986–0,00109 DALY/person/year, respectively, which exceeded the WHO health outcome target for developing countries (0,0001 DALY/person/year). This study showed that consumption of water contaminated with E. coli and Enterococci from septic tanks and leacheate could be harmful to human health. Thus, interventions need to be taken, such as repairing and maintaining septic tanks as specified in SNI 2398:2017, increasing the effectivity of water treatment practices in households, and improving leachate management by TPA Cipayung Depok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardi Nugroho
"Perilaku manusia dalam membangun interaksi dengan sesamanya akan memiliki dampak terhadap perkembangan kota dirinya bertinggal, termasuk selanjutnya terkait pola kehidupan masyarakat dan latar budaya yang membentuk perilaku bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku interaksi dalam masyarakat mempengaruhi keberadaan ruang-ruang kota, ruang-ruang dimana terjadi proses sosial hubungan kemasyarakatan atau bisa dinamakan ruang publik. Melihat perkembangan kota serta bentuk budaya yang ada, dapat melalui penggunaan keberadaan ruang publiknya terutama jalur pejalan kaki dimana mendapat kuantitas terbesar dalam ruang publik kota dan juga terbangun ke berbagai sudut kota karena merupakan jalur akses atau sirkulasi warga kota.

Human behavior in social interaction will affect development of the city where one lives. It eventually will also affect the way a society lives and the cultural background that shape behaviours in daily life. Human interaction in society will influence the presence of urban space, a space where social interaction happens which also known as public space. We can observe the culture of a city and its development through the presence of public space, especially pedestrian way which heavily occupy the city as a mean of access for its citizens."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52286
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tofani Wahyu Saputro
"Aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit terutama dalam pembangunan kawasan MRT Tahap 1. Dengan studi kasus kawasan transit Cipete Raya dan Dukuh Atas analisis dilakukan dengan tiga aspek penelitian aksesibilitas. Pertama aksesibilitas di analisis dari segi konfigurasi ruangnya, kedua aksesibilitas jalur pedestrian dinilai dari tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap kondisi fisik jalur pedestriannya, dan yang ketiga analisis aksesibilitas diidentifikasi dari bagaimana pelayanan transportasi publik di kedua kawasan tersebut terhadap pejalan kaki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung melalui survei pejalan kaki dan kuisioner. Untuk aksesibilitas konfigurasi ruang menggunakan space syntax analysis dengan bantuan software DepthmapX, penilaian tingkat kepuasan pejalan kaki dinilai berdasarkan penilaian sikap yang diolah dengan metode skala likert, sedangkan untuk aksesibilitas pelayanan transportasi publik menggunakan metode PTAL (Public Transport Accessibility Levels). Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konektivitas dan integrasi ruang jalan pada aksesibilitas konfigurasi ruang yang dinamai dengan kejelasan ruang. Serta menurut responden kondisi fisik di kedua wilayah tersebut sudah mencapai penilaian baik dengan nilai >32,5, akan tetapi masih terdapat kekurangan mengenai variabel keamanan, dan kenyamanan, serta ukuran lebar jalan masih kurang dari standar yang ditetapkan. Sedangkan di kedua wilayah tersebut pelayanan transportasi bagi pejalan kaki masih harus ditingkatkan dengan kekurangannya pelayanan di wilayah bagian barat masih terdapat kesenjangan aksesibilitas.

The accessibility of pedestrian paths in transit areas is an important factor in realizing an efficient and sustainable transportation system. This study aims to analyze the accessibility of pedestrian paths in transit areas, particularly in the development of Phase 1 of the MRT. Using the case study of the Cipete Raya and Dukuh Atas transit areas, the analysis is conducted based on three aspects of accessibility research. Firstly, accessibility is analyzed in terms of spatial configuration. Secondly, the accessibility of pedestrian paths is evaluated based on the satisfaction level of pedestrians regarding the physical conditions of the pedestrian paths. Lastly, the analysis of accessibility is identified based on how public transportation services in both areas cater to pedestrians. Data collection methods involve direct observation through pedestrian surveys and questionnaires. For the analysis of spatial configuration accessibility, space syntax analysis is conducted using the DepthmapX software. The assessment of pedestrian satisfaction levels is based on attitude assessments processed using the Likert scale method. Furthermore, the accessibility of public transportation services is evaluated using the PTAL (Public Transport Accessibility Levels) method. The results show a relationship between connectivity and spatial integration of road networks in terms of spatial configuration accessibility, referred to as spatial clarity. According to respondents, the physical conditions in both areas have received satisfactory ratings, with scores above 32.5. However, there are still shortcomings regarding safety and comfort variables, as well as road width measurements that do not meet the established standards. Moreover, transportation services for pedestrians in both areas need to be improved, particularly in the western region where there are still accessibility gaps."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Based from the city planning area, this research is part of downtown planning. As we can see in the city planning of the advanced countries, especially the pedestrian in Yogyakarta and Indonesia in general, it is time for them to get a better attention in the planning. Malioboro street as the main street in the downtown of Yogyakarta has pedestrian with various activities, current, intensity and features. These various activity has become the reason why the researcher chose Malioboro street as the location of this research. The pedestrian's activity were analized by quantitative methods, emphasizing on the various current activities, current flow and intensity flow. There are 10 variables used in this research. The empirical findings were analized with the relevant theories. the findings from this research show 3 types of pedestrian spaces on Malioboro street and each has different pedestrian activities and various space factors. There are 2 conclusions based from empirical and theoritical point of view. a. the physical factors which are affect the pedestrian's activity, i.e: V1 (arcades), V4 (without arcades), V8 (trees), and V9 (street seller) b. the physical factors which are not affect the pedestrian's activity, i.e: V5 (with shopping area), V3 (bus shelter), V6 (view), V7 (near intersection), and V10 (street crossing). The research's recommendation for pedestrian planning, i.e; 1) the factors which are predicted to affect the pedestrian's activities show the pedestrian's social life, 2) across the street seen on all part, although without street crossing. According to the activity need controller, 3) the high intensity occurs if V1 (arcades), 3 (shelter), V9 (street seller) available."
720 JAKUAJ 1:1 (2003)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Guilford : Dushkin/McGraw-Hill , 1999
301.340 5 URB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Basic Books, 1963
301.36 URB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Gede Agung Khrisna Wiryananda
"ABSTRAK
Pesatnya perkembangan pariwisata dan pertumbuhan penduduk menimbulkan masalah pada pemanfaatan ruang Kota Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemanfaatan ruang Kota Denpasar pada aspek sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi serta merumuskan strategi pemanfaatan ruang kota berkelanjutan. Metode yang dilakukan yaitu metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu analisis spasial, analisis tren, menghitung indeks sosial budaya, lingkungan, dan ekonomi serta analisis deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan ruang belum sesuai dengan rencana tata ruang dan belum tertib dalam pengendalian ruang. Pemanfaatan ruang mengarah pada tidak berkelanjutan. Indeks sosial budaya tahun 2011 yaitu 1,038 turun menjadi 1,036 pada tahun 2015. Indeks lingkungan tahun 2011 yaitu 1,065 turun menjadi 1,056 pada tahun 2015. Indeks ekonomi tahun 2011 yaitu 1,012 turun menjadi 0,992 pada tahun 2015. Rumusan strategi pemanfaatan ruang Kota Denpasar berkelanjutan yaitu mengintegrasikan aturan adat ke dalam dokumen rencana ruang, merencanakan pembangunan vertikal, memperkuat peran adat, penerapan sawah abadi, pemanfaatan lahan kosong, dan pembentukan satuan tugas pengendalian ruang adat.

ABSTRACT
Rapid development of tourism and population growth caused problems in spatial utilization in Denpasar City. The purpose of this research is to analyze the impact of the spatial utilization in Denpasar City on the socio cultural, environmental and economic as well as to formulate sustainable urban spatial utilization strategy. The method used is a mix method with quantitative and qualitative. The analyzes were spatial analysis, trend analysis, to calculate the index of socio cultural, environmental and economic as well as an analysis of the comparative descriptive. The results showed that the spatial utilization has not been in accordance with the spatial plan and not yet orderly in the spatial control. Spatial utilization leads to unsustainable. Socio cultural index values tend to decrease which is 1,038 in 2011 to 1,036 in 2015. Environmental index values tend to decrease, which is 1,065 in 2011 to 1,056 in 2015. Economic index values tend to decrease which is 1,012 in 2011 to 0,992 in 2015. Strategy formulation of sustainable spatial utilization of Denpasar City, that are integrate traditional rules into spatial planning documents, plan vertical building, strengthen traditional roles, implementation of perennial rice field, utilization of vacant land, and establishment of task control unit of traditional village. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>