Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87456 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tomi Suharso
"Mata air adalah titik dimana air tanah keluar sebagai aliran permukaan. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya mata air, yaitu ; karakteristik hidrologi permukaan terutama topografi, kelulusan batuan, formasi dan struktur geologinya. Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang termasuk kering dan sulit untuk mendapatkan air, terutama pada saat musim kemarau seperti tahun ini, sehingga dibangun waduk serba guna Gajah Mungkur yang selain fungsi utamanya sebagai pengendali banjir kota Solo dan sekitarnya, juga digunakan untuk PLTA serta sebagai waduk irigasi untuk wilayah kabupaten sekitarnya. Masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah bagaimana persebaran mata air di Kabupaten Wonogiri pada musim kemarau tahun 1997 ? Analisa dilakukan dengan menggunakan metode superimpose peta antara peta persebaran mata air dengan peta fisik wilayah { peta ketinggian, peta lereng, peta hidrologi dan peta geologi).
Dengan hasil yang diperoleh adalah mata air terbanyak pada wilayah penelitian terdapat pada kelas ketinggian 100 - 300 m, pada kelas lereng 2-15 %, pada daerah hidrologi dengan akifer produktif setempat-setempat ( keterusan sangat beragam ) serta pada daerah geologi endapan vulkanik terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal, kelulusan sedang hingga tinggi tergantung banyaknya celah-celah. Jumlah mata air terkecil terdapat pada kelas ketinggian 600 m dan lebih, pada kelas lereng 40 % dan lebih, pada daerah hidrologi dengan akifer berproduktifitas tinggi serta pada daerah geologi alluvium endapan rawa, danau dan daratan berbutir kasar hingga sedang dengan sisipan lempung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S33622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahya Ramdhanitasari
"Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang merupakan memiliki masalah kurangnya sumber air bersih walaupun memiliki banyak sumber mata air yang beragam. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan warga akan air bersih dan kurangnya insfrastruktur untuk menyalurkan air bersih dari mata air ke permukiman warga. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui sebaran mata air, menganalisis karakteristik mata air berdasarkan karakteristik fisik wilayah, dan wilayah pemanfaatannya di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik wilayah dan variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu karakteristik mata air (meliputi kualitas air dan debit) dan wilayah pemanfaatannya. Metode analisis deskriptif, spasial, dan statistik digunakan untuk mendapatkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini. Hasil studi menunjukkan bahwa pola sebaran mata air di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang ialah berkelompok (clustered). Terdapat mata air asin yang diakibatkan oleh pertemuan dua jenis batuan. Tidak semua karakteristik mata air di wilayah penelitian dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik wilayahnya. Mata air di Kecamatan Cisarua memiliki pemanfaatan untuk irigasi pertanian dan kebutuhan rumah tangga. Total luas potensial pemanfaatan mata air sebesar 405,91 Ha, dari total luas wilayah Kecamatan Cisarua 1.315,25 Ha. Hal tersebut tidak sejalan dengan wilayah pemanfaatan aktualnya, yang hanya mencakup sebesar 11,74 Ha.

Cisarua District in Sumedang Regency has a problem of lack of clean water sources even though it has many diverse springs. This can be caused by the lack of knowledge of residents about clean water and the lack of infrastructure to distribute clean water from springs to residential areas. Therefore, this study wanted to know the distribution of the springs, analyze the characteristics of the springs based on the physical characteristics of the area, and the area of spring utilization in Cisarua District, Sumedang. The dependent variable in this study is the physical characteristics of the area and the independent variables in this study are the characteristics of the springs (including water quality and discharge) and the area of utilization. Descriptive, spatial, and statistical analysis methods were used to obtain the results and discussion of this research. The results of the study show that the distribution pattern of springs in Cisarua District, Sumedang Regency is clustered. There are salt springs caused by the meeting of two types of rock. Not all of the characteristics of springs in the research area can be influenced by the physical conditions of the area. The springs in Cisarua District are used for agricultural irrigation and household needs. The total area of ​​potential utilization of the springs is 405.91 Ha, from the total area of ​​the Cisarua District of 1,315.25 Ha. This is not in line with the actual utilization area, which only covers 11.74 Ha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafizh
"Penelitian ini membahas tentang kualitas mata air di daerah pegunungan berdasarkan parameter PH, DHL, TDS dan kandungan Nitrat-N dengan studi kasus enam mata air di Desa Tieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan kualitas air yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan. Parameter PH, DHL, TDS dan kandungan Nitrat-N digunakan sebagai indikator pengukuran di awal bulan November. Topografi, penggunaan tanah dan pemakaian pupuk dijadikan sebagai variabel yang menjadi factor penentu perbedaan kualitas air. Analisis Anova untuk mengetahui keragaman data dan analisis deskriptif spasial untuk mengetahui hubungan kondisi topografi terhadap kualitas air di mata air Desa Tieng. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa factor topografi merupakan factor utama yang menentukan perbedaan kualitas mata air.

This research works through about wellspring quality at mountain region bases PH's parameter, DHL, TDS and Nitrate-N by case study six wellsprings at Tieng village Kejajar District Wonosobo's Regency.This Research is done to see the difference of acquired water quality through measurement at the site. PH's parameter, DHL, TDS and Nitrate-N is utilized as indicator of measurement at early month of November. Topography, landuse and manure using up is made as variable that becomes factor to difference quality air. Anova analysis is used to know data diversity and spatial descriptive analisis is used to know topography condition relationship to water quality at Tieng's village wellspring. The Result of research observationaling show that topography is the main factor to differences of wellspring qualities."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S68269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grano Prabumukti
"Sumber mata air panas memiliki potensi untuk menghasilkan tenaga terutama di daerah off grid PLN terpencil . Ada dua siklus biner yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dari sumber panas suhu rendah yaitu siklus Kalina dan ORC. Fluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85 untuk Siklus Kalina. Simulasi masing-masing siklus untuk tiap fluida kerja dilakukan dengan menggunakan software UNISIM untuk menghasilkan nilai effisiensi dan LCOE dengan mengubah kondisi operasi tekanan masuk turbin, suhu sumber panas dan laju alir sumber panas. Tren nilai effisiensi berbanding terbalik dengan tren nilai LCOE pada pengaruh tekanan masuk turbin. Nilai effisensi terbaik berbeda bergantung pada suhu sumber panas. R1234yf dan Propena dengan konfigurasi basic ORC menghasilkan effisiensi terbaik untuk rentang suhu sumber panas 60oC - 99oC. Dari data simulasi, dapat dibentuk persamaan regresi untuk melakukan pemetaan dari tiap lokasi sumber mata air panas. Dari lokasi hotspring, didapat rentang nilai daya 2,1 kWe - 61,3 kWe dan nilai LCOE 99,4 /kWh -15.9 /kWh. Lokasi hotspring APSGA 2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 dan Sajau 2 berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki nilai LCOE lebih rendah dari pembangkit diesel termurah.

Hotsprings have the potential to generate power, especially in off grid areas of PLN. There are two binary cycles that can be used to generate power from low temperature heat source, Kalina Cycle and ORC. The working fluids used are Propane, Propene, R1234yf and R407a for ORC and Ammonia 85 for Kalina Cycle. The simulation of each cycle for each working fluid is done by using UNISIM software to produce efficiency and LCOE values by changing turbine inlet pressur, heat source temperature and heat source flow rate. Efficiency value trends are inversely proportional to the trend of LCOE values on the influence of turbine inlet pressure. The best value of efficiency differs depending on the temperature of the heat source. R1234yf and Propena with ORC basic configuration produce the best efficiency for hoto temperature range 60oC 99oC. From the simulation data, regression equation can be formed to mapping from each hot springs location. From the hotspring location, there is a range of power values of 2.1 kWe 61.3 kWe and a LCOE value of 99.4 kWh 15.9 kWh. The hotspring locations of APSGA 2, Losseng 2, Beang, Sirung Crater, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 and Sajau 2 have the potential to be developed in the future as they have lower LCOE value than the cheapest diesel generators.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67681
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kudus is one of sub province in central Java with have the fresh water availability problem. Condition of insufficiency "Standard water" has been regoinezed in some part of regional area, those are Karangrowo area, Undaan District...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Azalya Permata
"Mata air yang merupakan lokasi pemusatan keluarnya air tanah yang muncul di permukaan tanah akibat perpotongan lintasan air tanah oleh fenomena alam. Mata air dapat berpotensi apabila ditinjau berdasarkan kualitas dan kuantitas, pemanfaatan secara aktual serta potensial untuk melayani. Penilaian sumber mata air pada suatu wilayah diketahui dari karakteristik dengan melakukan perhitungan kuantitas maupun kualitas, pemanfaatan secara aktual maupun potensinya untuk dapat dikelola secara berkelanjutan. Mata air yang di desa ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, tetapi pengelolaan pemanfaatnya perlu ditinjau agar dapat dikelola lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik mata air berdasarkan indikator kualitas dan kuantitas air, wilayah aktual maupun potensial pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan analisis spasial. Karakteristik didapat dari hasil pemgukuran debit dan pengujian parameter berupa pH, TDS, DHL Senyawa Nitrat, Sulfat, dan Fosfat.  Lokasi mata air, ketinggian, debit, serta Daerah aliran sungai digunakan untuk mengetahui wilayah potensial pemanfaatan yang terbentuk dari tiap mata air. Kemudian untuk loaksi mata air, jarak menuju daerah layanan dan penggunaan tanah digunakan untuk mengetahui wilayah aktual yang terlayani oleh mata air. Diketahui bahwa mata air di Desa Pelat terletak pada ketinggian 99 mdpl hinga 303 mdpl dengan kisaran debit 0,25 l/s hingga 2,5 l/s. Wilayah aktual yang terbentuk dari tiap mata air berada pada penggunaan tanah berjenis perkebunan, dan permukiman. Adapun wilayah potensial pemanfaatan yang terbentuk pada ketinggian 100-300 mdpl dengan luas yang beragam. Didapat hasil bahwa luasan wilayah potensial tidak semuanya sesuai dengan wilayah aktual pemanfaatanya. Terdapat beberapa lokasi mata air yang memiliki wilayah aktual yang lebih kecil dibandingkan dengan wilayah potensialnya sehingga perlu pengelolaan secara optimal agar semua mata air di Desa Pelat dapat dimanfaatkan dengan baik.

Springs which are locations for concentrating the discharge of groundwater that appear on the surface of the ground due to the intersection of groundwater passages by natural phenomena. Springs can have potential when viewed based on quality and quantity, actual utilization and potential to serve. Assessment of springs in an area is known from the characteristics by calculating the quantity and quality, actual utilization and potential for sustainable management. The springs in this village have been used by the surrounding community, but the management of the beneficiaries needs to be reviewed so that they can be managed better. This study aims to analyze the characteristics of springs based on indicators of water quality and quantity, actual and potential use areas. The method used in this research is quantitative descriptive and spatial analysis. Characteristics are obtained from the results of measurement of discharge and parameter testing in the form of pH, TDS, DHL of Nitrate, Sulfate and Phosphate compounds. The location of the springs, elevation, discharge, and watersheds are used to determine the potential
utilization areas formed from each spring. Then for the location of the springs, the distance to the service area and land use are used to determine the actual area served by the springs. It is known that the springs in Pelat Village are located at an altitude of 99 to 303 meters above sea level with a discharge range of 0.25 l/s to 2.5 l/s. The actual area formed from each spring is in the use of plantations and settlements. The potential utilization areas are formed at an altitude of 100-300 meters above sea level with various areas. The result shows that the area of ​​the potential area is not all in accordance with the actual area of ​​utilization. There are several locations of springs that have an actual area that is smaller
than the potential area so that optimal management is needed so that all springs in Pelat Village can be utilized properly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"demakmis one of regency are placed at north beach, Central Java. Some part of this area espicially tlogorejo Site karangawen have the problem of fresh water avability...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Russel, Fhillipo
"Gunung Karang merupakan gunung api yang belum pernah meletus. Skripsi ini membahas mengenai wilayah potensi panas bumi berdasarkan karakteristik fisik wilayah di Gunung Karang. Metode yang digunakan adalah geokimia dengan mengambil sampel mata air dan metode SIG dalam mengolah penentuan spasial dalam wilayah potensi panas bumi di Gunung Karang. Wilayah potensi panas bumi di Gunung Karang terbagi menjadi tiga yaitu tinggi, sedang dan rendah. Wilayah potensi panas bumi dengan kelas tinggi memiliki luas wilayah 24.16 Km2 dan berada di wilayah mata air panas Cisolong dan Banjar 2. Karakteristik fisik yang mempengaruhi potensi panas bumi dalam penelitian ini adalah kerapatan patahan.

Gunung Karang is a volcano, but never being erupted. This research about geothermal potential based on characteristics of region on Gunung Karang. Method used in this research is geochemistry by take a sample of hot springs combined with GIS for the determination of its territory. Region of Gunung Karang there are three is a high potential, normal potential and low potential. Region of high geothermal potential has an area 24.16 Km2 and where its on Cisolong rsquo s hot spring and Banjar 2 hot spring. Kawah rsquo s hot spring has a normal potential. Physical characteristics significant to geothermal is index of the fault.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Spenyel, Womsiwor
"Air Bersih merupakan Kebutuhan dasar (Basic Need) yang sangat perlu bagi manusia. Sebagian besar tubuh manusia memperoleh sumbangan paling besar dari air untuk kehidupannya. Terpenuhinya kebutuhan air bersih dapat memberikan kesehatan dasar pada manusia, baik untuk minum, memasak makanan dan keperluan sehari-harinya. Kesehatan manusia ini dapat menunjang kegiatan manusia sebagai pelaku pembangunan.
Kabupaten Daerah Tingkat II Grobogan Jawa Tengah, memang dijuluki sebagai daerah gersang, yang tidak tanpa alasan. Kualitas dan kuantitas air yang belum memadai menyebabkan banyaknya penyakit yang berhubungan dengan hal itu berjangkit. Upaya penanggulangan sering dilak.ukan, namun masih sukar untuk menurunk.an jumlah penderita, bahkan dalam lima tahun terakhir ini, prioritas perhatian terhadap penyakit masyarakat masih cenderung didominasi oleh penyakit yang mempunyai hubungan dengan air yang kurang memadai. Hasil upaya mengurangi berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut merupakan upaya memperbaiki komponen penting yang ikut menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu cara yang dapat diperaunakan untuk: menanggulangi berjangkit secara luasnya penyakit tersebut yaitu dengan meningkatkan kuantitas penggunaan air, walaupun segi kualitasnya masih belum memenuhi standar. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian Saunders dan Was-ford pada tahun 1976 dengan hasil yang menunjukkan kemajuan pesat di bidang ini. Oleh karena itu, kualitas air yang nampaknya masih sukar diperbaiki dapat segera ditanggulangi dengan upaya mencapai target kuantitas.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa pencapaian target penyediaan air bersih yang dilaporkan oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Grobogan tidak sesuai dengan kenyataan lapangan dan bahwa aspek kelembagaan implementasi merupakan pokok penting yang hasus diperbaiki, sehingga dapat menunjang program air bersih mencapai target riil. Pencapaian target tersebut mendorong perbaikan derajat kesehatan dengan menurunnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kuantitas dan kualitas air yang tidak memadai. Segi kelembagaan merupakan kelemahan dalam implementasi program pembangunan yang dimotori oleh pernerintah dalam upaya mensukseskan program air bersih. Kelemahan penelitian ini ada pada penggunaan teori implementasi yang lebih cenderung bagi model penelitian kasus. Selain itu, kendala paling berat adalah model penelitian survey dengan waktu dan tenaga yang tidak memadai sehingga banyak hal yang nampak, diselesaikan tergesa-gesa.
Faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan seperti: Komunikasi, Sumberdaya, Sikap/Watak dan Struktur Dirokrasi dalam kelembagaan implementasi program dapat memberikan sumbangan besar untuk perbaikan program, terutama pencapaian target kuantitas secara riil. Kelemahan kelembagaan pada faktor-faktor tersebut merupakan salah satu kunci pokok upaya mencapai target kuantitas air bersih yang dapat mendorong perbaikan kualitas harus benar terwujud dalam implementasi program air bersih. Dengan wujud nyata kelembagaan impiementasi yang baik dalam program-program pembangunan, maka sekaligus proses Administrasi Negara dapat menyentuh bidang kesehatan sebagai bagian pelayanan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Energi, merupakan suatu kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Semakin maju suatu negara, semakin besar energi yang dibutuhkan. Bila ditinjau dari sumber, energi listrik yang berasal dari batu bara dan mesin diesel dengan bahan bakar solar, tidak layak karena menimbulkan polusi udara, dan sumbernya bukanlah yang dapat diperbaharui dalam waktu singkat, sumber energi tersebut pada suatu saat akan habis. Salah satu cam yang dianggap cukup efektif dalam pengelolaan Iingkungan secara terintegrasi adalah dengan menggunakan pendekatan pengelolaan ekosistem.
PLTA Maninjau mulai beroperasi pada bulan September tahun 1983 dengan lokasi sebelah Barat daya Danau Maninjau pada posisi 20' Lintang Utara dan 100° 10' Bujur Timur ± 125 km sebelah Utara Kota Padang, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam dengan, jumlah 4 (empat) unit turbin. Pengoperasian PLTA Maninjau merupakan pembangkit tenaga air yang sumber utamanya adalah Danau Maninjau.
Menurunnya debit air Danau Maninjau ini dapat diakibatkan oleh 2 (dua) hat, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam mengakibatkan menurunnya debit -karena perubahan Iklim baik dari musim kemarau ataupun musim penghujan. Sedangkan faktor manusia turut berpartisipasi dalam mengakibatkan penurunan debit yaitu dalam hat pengurangan daerah resapan dengan pembukaan lahan untuk kegiatan pertanlan maupun keglatan Iainnya terutama di sekitar Danau Maninjau, yang berakibat berkurangnya jumlah air tanah yang diserap Danau Maninjau.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengindentifikasi penggunaan lahan terhadap besamya neraca air (inflow dan outflow) yang masuk ke Danau Maninjau sejak PLTA Maninjau beroperasi; (2) Seberapa besar erosi dan sedimentasi yang terjadi di kawasan Danau Maninjau; (3) Sejauhmana PLTA Maninjau dalam pengoperasian untuk menghasilkan energi listrik sesuai dengan ketentuan tentang pemanfaatan sumber air.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan tidak tertutup kemungkinan menggunakan data kualitatif. Penelitian kuantitatif biasanya bersifat empiris. Berdasarkan sifat dasar penelitian, penelitian ini tergolong penelitian ex post facto (berdasarkan data dan fakta yang terjadi).
Lokasi penelitian Lokasi penelitian bertempat di Danau Maninjau Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa wilayah Danau Maninjau secara klimatologis berdasarkan Schmid dan Fergusson sangat basah dan berdasarkan Klasifikasi Mohrtermasuk wilayah basah dengan rata-rata 3.214 mm/tahun. Penggunaan lahan yaitu hutan sebesar 47,57% telah terjadi perubahan selam kurun waktu 23 tahun yaitu dari tahun 1981 s/d 2004 berdasarkan data yang diperoleh sebesar 13,38%, perubahan ini menjadi persawahan sebesar 1,33%, pemukiman 1,54%, kebun 3,34%, tegalan 8,09%. Daya dukung Danau Maninjau untuk budidaya K]A adalah 1.696 petak. inflow maksimum yang masuk ke Danau Maninjau pada tahun 1984 sebesar 162,23 juts m3/bulan terjadi pada bulan Nopember dengan curah hujan sebesar 811 mm. Laju predeksi erosi aktual sebesar 0.067 ton/ha/thn, sedangkan sedimen yang terangkut ke Danau Maninjau sebesar 104,125 ton/thn. pengopersian PLTA Maninjau dalam batas yang ditetap yaitu dengan elavasi maksimum 464,52 Masi dan elevasl minimum 461,22 Masi.
Berdasarkan hasil dan pembahasan diketahui bahwa: (1) Penggunaan Air untuk pengoperasian ALTA Maninjau dengan inflow maksimum sebesar 991,01 juta m3/tahun dan Outflow dimanfaatkan oleh PLTA sebesar 712,77 juta m3/tahun, selama tahun 1983-2005 terjadi perbedaan antara Inflow dengan outflow yaitu 278,83 juta m3/tahun - 122,43 juta m3/tahun neraca air semakin berkurang ini disebabkan adanya perubahan penggunaan lahan telah mengurangi daerah moron air; (2) Laju erosi, sedimentasi, dan perkembangan K]A menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dengan laju erosi setiap tahunnya sebesar 0.067 ton/ha/tahun yang terjadi di kawasan Maninjau, sedangkan sedimen yang terangkut ke danau sebesar 104,12 ton/tahun, sedimen dari sisa pakan ikan yang terakumulasi ke Danau sebesar 81.765 ton; (3) Pengoperasian PLTA Maninjau untuk menghasilkan energi iistrik dalam pemanfaatan air telah sesuai ketentuan batasan operasi PLTA antara 464 Masi merupakan elevasi maksimum dan operasi minimum pada elevasi 461,5 Masi.
Saran dan penelitian ini Program water managemen pengoperasian PLTA Maninjau untuk menjaga keseimbangan antara produksi Iistrik dengan ketersediaan air danau, ha! ini ketika danau mengalami deficit yaitu perbandingan antara i/Tow dan outflow negatif periu tindakan pengendalian operasional secara konsisten; Perin adanya Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur keberadaan K]A di Danau Maninjau sesuai dengan daya dukung danau agar tidak terjadi degradasi lingkungan.

Energy is one of the major necessities in human life. The more advance a country is, the more energy it needs. Viewed from energy sources, the electrical .energy which is derived from coal and solar fueled diesel machines is not feasible as it causes air contamination. In addition, the energy which derives from non-renewable source will be? eventually used up. One of the effective ways in the integrated environmental management is the application of the ecosystem approach.
PLTA Maninjau which started its operation in September 1983 is located at the southwest of Lake Maninjau at 20' North Latitude and 100° 10' East Longitudinal or approximately 125 km at the north of Padang Municipality, precisely at Tanjung Raya Sub-District , Agam Regency. It has a total of 4 units of turbines. The main water source for the operation of PLTA Maninjau comes from Lake Maninjau.
The decrease of the water volume at Lake Maninjau is caused by two (2) factors, namely natural and human. The natural condition has caused the decrease of water volume resulting from the change of climate from rainy season to dry. Human activities has attributed to the decrease of the water volume at the lake due to the decreasing size of the area for the water absorption through the opening of new areas both for agricultural purpose and other activities at the vicinity of Lake Maninjau. This conversion of land functions has caused the decrease of volume of soil water as absorbed by Lake Maninjau.
The objective of this research is to identify- : (1) the use of land against the volume of the water inflow to and outflow from Lake Maninjau since the operation of PLTA Maninjau; (2) how the erosion and sedimentation occur at Lake Maninjau, (3) how far the operation of PLTA Maninjau in generating electrical power comply with terms and conditions on the water source utilization.
This research is conducted by applying quantitative approach and however it is not unlikely to apply the qualitative data. The quantitative research usually has empirical characteristics. On the basis of the basic characteristics of this research,' this research can be classified as an ex post fact (based on the data and facts). The location of the research is at Lake Maninjau, Agam Regency, and West Sumatra Province.
The results of the research indicate that the area at the vicinity of Lake Maninjau based on Schmid and Fergusson is dimatologicalky very wet and based Mohr Classification, the area is wet with an average of 3.214 mm/year. The land comprises 47.57% of forest which has experienced a thange within a period of 23 years, from 1981 to 2004. Based on the available data, 13.38% of the area has changed to be lice field, 1.33% to be housing area, 1.64% to be plantation and 8.09% to be dry area. The support for 10A cultivation is 1.696 plots. The maximum water inflow to the Lake Maninjau in 1984 was 162.23 million/ m3/month occurred in November with the rainfall of 811 mm. The actual erosion rate is 0.067 ton/year. The operation of PLTA Maninjau is specified with the range of maximum elevation of 464.52 Masi and minimum elevation of 461.22 Masi With reference to the results of the research and discussion, it is identified that (1) the utilization of water for the operation of PLTA Maninjau with maximum inflow of 991.01 millions m3/year and the outflow of water used by PLTA Maninjau of 712.77 million m3/year for the period from 1983 to 2005, there is a difference between the inflow and outflow of water, namely 278.83 million m3/year to 122.43 million m3/year. The decrease of the water volume is caused by the change of the land utilization resulting in the deceased of the size of the land for the water absorption; (2) the erosion, sedimentation and development of the K]A have caused the environmental degradation, with annual erosion rate at the vicinity of Lake Maninjau is 0.067 ton/hectare/year. While the sediment transported to the lake reaches 104,125 ton/year, and the sediment from the fish feed waste transported to the lake is 81,765 ton; (3) the operation of PLTA Maninjau to generate the electrical power by using water has complied with the specified operation range of PLTA operation between 464 Masi as the maximum elevation and minimum operation at the elevation of 464.5 Masi.
This research suggests that a water management program be applied in the operation of PLTA Maninjau. The purpose of the program is to maintain a balance between the electrical power generation and the lake water availability. This program is particularly necessary when the lake water is insufficient, when the comparison of the inflow and outflow of waters is negative, and therefore operational control is consistently needed. Local government regulation needs to be established which provides for the existence of K]A at lake Maninjau in accordance with the supports of the fake so as to avoid the degradation of the environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>