Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188238 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Makna Anggara Judsinarko
"Tanaman bambu selain memiliki nilai ekonomi juga memiliki nhlai ekologi. Nilai ekonomi
yang diperoleh dari bambu adalah sebagal bahan baku industri kerajinan bambu,
sedangkan nilai ekologinya adalah digunakan sebagai tanaman hias clan dapat
mencegah erosi bila ditanam di tepi jurang, tebing clan sungai.
Tanaman bambu merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan penting dalam
kehidupan masyarakat, khususnya di pedesaan.Menurut laporan FAQ tahun 1961
Indonesia khususnya di Pulau Jawa 80% penggunaan bambu adalah untuk bahan
bangunan dan sisanya 20% untuk keperluan Iainnya seperti industri kerajinan dli.
Besarnya konsumsi bambu di Kabupaten Klaten adalah 500.000 per tahun.Tanaman
bambu tumbuh dan tersebar di seluruh kecamatan-kecamatan Kabupaten Klaten.
Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Manisrenggo adalah dua kecamatan di Kabupaten
Kiaten yang banyak terdapat tumbuh clan tersebar jenis tanaman bambu.
Di wiiayah kedua kecamatan mi tanaman bambu digunakan untuk bahan baku bangunnan
clan kerajinan. Bambu yang paling banyak digunakan adaiah jenis bambu apus.
Bambu apus yang bermutu baik clan kurang balk untuk bangunnan dihubungkan dengan
ukuran besar clan kecilnya diameter buluh bambu.
Wilayah kedua kecamatan mi memiliki luas 7862 ha clan ketinggian yang bervariasi dan
200 m di atas permukaan laut di bagian selatannya sampai ketinggiari 2911 m di atas
permukaan laut di bagian utaranya yaitu wilayah Gunung Merapi.Wilayah mi di sebeiah
baratnya berbatasan dengan Propinsi DI Yogyakarta.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah
mengetahui persebaran jenis bambu, persebaran mutu bambu apus hubungannya
dengan ketinggian.Sehubungan dengan tujuan tersebut maka permasalahan yang akan
diajukan adalah: 1.13agaimana persebaran jenis bambu hubungannya dengan
ketinggian? dan 2.13agaimana persebaran mutu bambu apus hubungannya dengan
ketinggian?
Wilayah Rebuplik Indonesia dengan iklim tropisnya kaya akan jenis-jenis tanaman yang
dapat tumbuh subur dan dapat diusahakan.Tetapi tanaman tersebut tidak selamanya
dapat memberikan hasil yang maksimal pada setiap ketinggian clan juga memiliki jenisjenis
tanaman yang berbeda-beda pada setiap ketinggian.
Semakin tinggi tempat, semakin jarang dijumpai tumbuhan tropik.Kalaupun ada, pengusahanya
tidak lagi ekonomis, balk karena mutu ataupun karena waktu tumbuh Metode analisis yang digunakan adalah overlay peta yaitu untuk mengetahui hubungan
persebaran jenis bambu dan persebaran mutu bambu apus dengan ketinggian.Adapun
overlay peta yang dilakukan adalah antara peta persebaran jenis bambu dengan peta
ketinggian dan peta persebaran mutu bambu apus dengan peta ketinggian.
HasH pengolahan data menunjukan bahwa di wilayah penelitian ditemukan delapan jenis
tanaman bambu yaitu: bambu ater, bambu betung, bambu apus, bambu andong, bambu
hitam, bambu kuning, bambu pagar dan bambu jalur.Bambu apus yang di- temukan di
wilayah penelitian memiliki ukuran buluh yang bervariasi dan digunakan untuk bahan
baku bangunnan yang diukur dari besar dan kecilnya diameter buluh bambu.
Secara keseluruhan hasH akhir dari overlay peta menunjukan bahwa semakin tinggi
tempatnya, jenis bambu yang ada berkurang jenisnya dan semakin tinggi tempatnya,
u.kuran diameter buluh bambu apus berkurang sehingga bambu apus yang digunakan
untuk bahan baku bangunnan berkurang mutunya"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina Triana
"Penelitian terhadap pola persebaran rumah dilakukan di Kecamatan Leuwidamar yang termasuk dalam wilayah perdesaan dengan keadaan topografi dan kehidupan sosial yang beragam. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi fisik wilayah serta hubungan pola persebaran rumah dengan mobilitas penduduk, dan dilakukan dengan survey lapangan dan wawancara terhadap responden, analisis keruangan dan statistik digunakan sebagai metode analisis. Proses terbentuknya pola memanjang, mengelompok dan menyebar dipengaruhi oleh ketinggian, kemiringan lereng, jaringan jalan dan perairan darat. Hal ini menyebabkan berbagai perbedaan dan persamaan dalam hal mobilitas penduduk berkait dengan kegiatan mata pencaharian. Perbedaan paling mencolok terdapat pada intensitas dan durasi mobilitas penduduk, sedangkan persamaan terdapat pada jenis dan jarak mobilitas serta sarana transportasi penduduk.

Research about house distribution patterns was carried out in Leuwidamar which categorized in rural area with variation of topography and society life. Research purposed to knowing effect of physical characteristic and relationship of house distribution patterns with population movements, and executed by field survey and interview to respondent, spatial and statistic analysis used as analysis method. Formed process of linear, agglomerated, and disseminated pattern effected by altitude, the angle of slope, road network, and land waterworks. This is causing variety of differences and similarities in population movements in livelihood. The most conspicuous difference contained in intensity and duration of mobility, whereas similarities contained in kind and distance of mobility and citizen?s transportation. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1267
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
S33874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S33893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raguan Alaydrus
1982
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Padmodariarso Mangoendipoero
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vorega Badalamenti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S664
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Gerald P.; Nainggolan, Hotden L.; Aritonang, Johndikson; Hutapea, Mangihut
Universitas HKBP Nonmensen, 2017
VISI 25:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amran Buana
"Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berat sampai saat ini yaitu sebesar 40% (SKRT, 2001). Sembilan puluh persen anemia gizi pada ibu hamil disebabkan oleh kekurangan zat besi. Sementara upaya penanggulangan anemia pada ibu hamil sudah diperioritaskan sejak tahun tujuh puluhan namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran prevalensi dan perbedaan proporsi anemia gizi ibu hamil dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada ibu hamil di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung. Disain penelitian menggunakan metode Cross Sectional dan pengambilan sampel dengan simple random sampling. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kecamatan Abung Surakarta Tabun 2004. Sampel penelitian sebanyak 120 orang ibu hamil yang terdiri dari 60 orang ibu hamil yang anemia dan 60 orang ibu hamil yang tidak anemia. Penelitian dilakukan di Kecamatan Abung Surakarta Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung pada Bulan Maret sampai Mei 2004.
Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, usia kehamilan, paritas, jarak kelahiran, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, konsumsi hem, non hem, enhancer, inhibitor, dan pengetahuan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Pemeriksaan kadar Hb memakai metode Siamnethemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar haemoglobin lebih kecil dari 11 gr/dl dan tidak anemia bila 11 gr/dl. Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 64,1% yang terdiri dari anemia ringan 7,3%, anemia sedang 37,6% dan anemia berat 19,2%. Pada uji bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel umur, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, hem, dan pengetahuan (p 0,05). Pada uji regresi logistik dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji ini adalah umur, usia kehamilan, LILA, pendidikan, ANC, suplementasi tablet besi, hem, enhancer, inhibitor dan pengetahuan. Dan seluruh variabel yang dimasukkan dalam pemodelan, umur, usia kehamilan, LILA, pendidikan dan ANC yang dominan berhubungan dengan terjadinya anemia pads ibu hamil dan variabel yang paling dominan berhubungan dengan status anemia adalah pemeriksaan kehamilan (ANC).
Disarankan kepada pelaksana gizi puskesmas di wilayah Kecamatan Abung Surakarta untuk dapat mengintensifkan distribusi tablet besi atau tablet tambah darah kepada ibu-ibu hamil melalui kunjungan atau pemeriksaan ibu hamil (ANC), baik di puskesmas maupun di posyandu-posyandu di wilayah kecamatan tersebut.

Nutritional Anemia and Its Related Factors Among Pregnant Mothers in Abung Surakarta Sub-district, North Lampung District, Lampung Province Year 2004Nutritional anemia is one of four major nutrition problems in Indonesia. Prevalence of nutritional anemia is very high, i.e. 40% and thus it is considered as severe public health problem (SKRT, 2001). Ninety percent of nutritional anemia is caused by iron deficiency. Although intervention to eradicate nutritional anemia have been prioritized since 1970s, satisfied result is not yet achieved.
The study aimed at describing the prevalence and related factors of nutritional anemia among pregnant mothers in Abung Surakarta Sub-district, North Lampung District, Lampung Province year 2004. Design of the study is cross-sectional with 120 pregnant mothers as subjects taken randomly using simple random sampling from all pregnant mothers in the sub-district as population. The study was conducted during March to May 2004.
Variables conceptualized to be related to Hb level were age, age of pregnancy, parity, distance between pregnancies, MUAC, education, ANC, iron supplementation, consumption of heme, non heme iron, enhancer, and inhibitor, and knowledge. Data were collected using questionnaire and physical and laboratory examination. Hb level was determined using cyanmeth method checked by spectrophotometer. Anemia was defined as Hb level <11 gr/dl. Data were analyzed in univariate, bivariate, and multivariate ways.
The univariate analysis showed that the prevalence of anemia was 64.1% consisted of mild anemia of 7.3%, moderate anemia of 37.6%, and severe anemia of 19.2%. The bivariate analysis using chi-square test showed that variables with significant relationship to Hb level were age, MUAC, education, ANC, iron supplementation, consumption of heme iron sources, and knowledge (p<0.05). Logistic regression showed that the most dominant factor was ANC.
It is recommended to nutrition worker in public health centers in Abung Surakarta sub-district to intensify the distribution of iron pills to pregnant mothers by visiting and conducting ANC in all public health centers and integrated health posts in the area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13145
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>