Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75549 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Woro Pertiwi
"Industri mempunyai jenis yang beranekaragam dan keanekaragamannya itu berbeda-beda pada tiap wilayah. Dalam menilai letak industri di suatu wilayah sehubungan dengan tingkat keanekaragamannya di sini akan dikaitkan dengan Teori Struk yang menqatakan bahwa di wilayah perkotaan tingkat keanekaragaman industrinya cenderung tinggi dan semakin ke arah pinggiran kota tingkat keanekaragaman industrinya semakin rendah dan tingginya tinqkat keanekaraqaman industri itu lebih ditunjang oleh adanya kemudahan sarana transportasi Jalur Jakarta-Bogor mempunyai aksesibilitas yang tinggi dan letaknya terhadap Jakarta sangat menunjang untuk pertumbuhan lokasi industri di Kotamadya Bogor. Seat ini dan pusat sampai pinggiran terlihat adanya berbagai industri di wilayah tersebut.
Sehubungan dengan itu masalah yang akan dibahas adalah Bagaimana tingkat keanekaragaman industri di Kotamadya Bogor? Bagaimana hubungan antara tingkat keanekaragaman industri dan karakteristik wilayah Kotamadya Bogor dikaitkan dengan Teoni Struk ?
Hipotesa Tingkat keanekaragaman industri di wilayah inti kota cendenunq tinqgi den semakin ke arah pinqgiran kota tinqkat keanekaragaman industrinya semakin rendah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Lucy Febriana
"yang ada dengan melihat pada kemungidnan yang dapat dikemlxmgkan. Dernikian
juga halnya dalarn pembangunan atau pengembcingan industri kecil pangan di
Kotcimadya Bandarlampung. Permasalahan yang diangkat adalah :Di mana terdapat
industri emping melinjo, keripik pisang, dan kopi bubuk cli Kotamadya Bandarlampung
tahun 1989 dan 1995? Bagaimana hubungan jumlah industri tersebut dengan produksi
bahan mentah, aksesibilitas, dan jarak pasar?
Dart penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa industri emping melinjo, keripik
pisang, dan kopi bubuk hcznya menyebar di beberapa desa dengan sifat yang
cenderung mengelompok di setiap desanya. Industri emping melinjo pada tahun 1989
berjumlah 220 unit dan menyebctr di 3 desa dan pada tahun 1995 bertambah menjadi
330 unit dan menyebar cli 5 desa. Industri keripik pisang pada tahun 1989 berjurnlah 12
unit dan menyebar di 3 desa dan pada tahun 1995 bertarnbah menjadi 33 unit yang
menyebar di 9 desa. Industri kopi bubuk pada tahun 1989 berjumlah 40 unit dun
menyebar di 9 desa dun pada tahun 1995 bertcnnbah menjadi 95 unit yang menyebar di
17 desa.
Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan bahwa hubungan jumlah industri
dengan produksi bahan mentah tidak menunjukkan hubungan yang cukup erat. Jumlah
industri yang dipengaruhi oleh bahan mentah hanya terjadi pada industri emping
melinjo dimana jumlah industri yang tinggi berada di wilayah produksi melinjo yang
tinggi. Sedangkan hubungan jumlah industri dengan aksesibilitas desa dimana industri
tersebut berada tidak menunjukkan hubungan yang erat. Dan hubungan juinlah industri
dengan jarak pasar menunjukkan bahwa semakin jauh dari pusan jumlah industri
emping melinjo semakin besar, semaldn dekat ke pusan Telukbetung jumlah industri
keripik pisang semaldn besar dan semaldn dekat ke pusan Telukbetung dan Kedaton
jumlah industri kopi bubuk semakin besar.
Sehingga disimpulkcm bahwa industri emping melinjo, keripik pisung, dan kopi bubuk
berada di wilayah produksi bahan mentah atau di sekitarnya. Jurnluh industri yang
dipengaruhi oleh produksi buhan mentah adulah industri emping melinjo. Jurnlah
industri tidak dipengaruhi oleh aksesibilitus. Jumlah industri emping melinjo semaldn
jauh dart pusan semakin bunyak, sedangkan jumlah industri keripik pisang semakin
banyuk ke arah pusan Telukbetung dan jumlah industri kopi bubuk semukin banyuk ke
arah pusan balk pusan Telukbetung maupun Keduton"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Yanti
"Munculnya suatu industri seringkalj dianggap karena faktor kebetulan, akan tetapi
sejumlah faktor ikut menentukan berdirinya indu.stri di suatu wilayah menyangkut
1aktor ekonomis, historis, politis dan geografis. Adapun faktoi-faktor geografis
berdhinya industri adalah bahan mentah, suniberdaya tenaga, suplai tenaga kerja,
pemasaran dan transportasi. Wdayah perindustnan yang ideal menyediakan empat
kebutuhan dasar seperti bahan mentah, bahan bakar, tenaga kerja dan konsumen.
Tetapi karena lokasi yang bersyarat Jarang terdapat maka dipilili salah satti
faktor yang paling niendukung berdirinya suata mdustri. Untuk itu lain ada
pengklblatan khusus ke bahan mentah pasar, suniberdaya tenaga dan tenaga
kerja.
hitdustri pengolahan tidak selanianya berorientasi ke lokasi bahan baku. Ada tipetipe
industri pengolahan yang berlokasi dekat dengan akumulasi peviduduk yang
besar dengan tujuan kemudahan suplai tenaga kerja dan dekat dengan konsumen,
don perkembangan industri erat kaitannya dengan aksessibffitas wilayah, karena
aksessibilitas dapat mengakibatkan penghematan ekonomis, sedangkan faktor lain
Yang dapat menjadi bahan pertimbangan fasifitas penunjang industri seperti
fasifitas air, saluran pembuangan, telepon, listrik don lainnya. Adakalanya juga
harus menipertimbangkan struktur pajak dan kebijaksanaan pemerintah setempat.
Daii tahun ke tahurt industri kecil di Kotamadya Padang semakin besar
jwnlalmya. Pada tahun 1994 tercatat 3202 unit usaha industri kecil, jika
dibandingkan dengan tahun 1984 yang hanya 1961 unit usaha, terhitung
pertambahannya 1236 unit usaha (63,3%), yang tersebar di sehelas kecainatan di
Kotaniadya Padang. Namun sejauh maria pertambahan industri kecil , masingmasing
kecamatan di Kotaniadya Padang dan faktor apa yang berperan dalam
pertainbahan tersebut belum diketahui secara jelas, maka untuk itulah peneitian
ini diakukan.
Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka permasalahan yang
diajukan adalah:
1.Di maria wilayah pertambahan industri keel di Kotainadya Padang tahun 1984-
1994?
2. Bagaimana hubungan antara pertambahan masing-masing industri keel dengan
pertambahan pelayanan fasilitas listrik, air mmnum dan telepon"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S33683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baidarsyah Osman
"ABSTRAK
Diketahui bahwa penyakit diare terutama pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih, keadaan gizi balita, dan penyakit infeksi yang menyertai diare, serta masalah pendidikan dan keadaan sosio-ekonomi orang tua balita. Beberapa Cara untuk penyediaan air bersih sampai kerumah-rumah ialah antara lain dengan mengadakan sumur gali, sumur pompa tangan dan perpipaan. Di Kotamadya Bogor, walaupun ada Perusahaan Daerah Air Minum yang menyediakan air bersih untuk penduduk perkotaan dengan air ledeng, namun masih banyak masyarakat menggunakan sumur gali (sebanyak 8871 buah) sebagai sumber air minumnya karena tidak perlu membayar retribusi pada pemerintah daerah. Sedangkan cakupannya baru 49,7 % . Adanya cakupan yang rendah ini menunjukan adanya masalah yang berkaitan dengan pengelolaan atau manajemen kegiatan kaporisasi.
Bila manajemen kegiatan kaporisasi ini dapat diperbaiki tentu Baja cakupan penyediaan air bersih akan dapat lebih diperluas lagi dan diharapkan akan menberikan kontribusi yang lebih bermakna dalam penekanan kasus diare di Kotamadya Bogor.
Penelitian ini menggunakan pendekatan siklus pemecahan masalah (problem solving cycle), yakni memotret kegiatan manajemen saat ini dan kemudian membandingkannya dengan manajemen yang seharusnya. Bila ada terdapat kesenjangan manajemen baik dalam komponen input, proses ataupun output, maka akan dicarikan alternatif pemecahannya untuk disarankan kepada administrator kegiatan yang dalam hal ini ialah pihak petugas Dinas Kesehatan Dati II Kotamadya Bogor.
Hasil temuan penelitian tahun 1992 yang diperoleh (cakupan sumur gall yang telah diberi kaporit) jauh lebih besar dari laporan evaluasi petugas. Namun pemahaman petugas dan masyarakat pengguna kaporit tentang manfaat kaporit masih belum optimal. Kesimpulannya ialah bahwa manajemen kegiatan kaporisasi di kotamadya Bogor masih lemah dan perlu ditingkatkan lagi.
Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti perlu mengajukan saran kepada pihak Dinas kesehatan Dati II Kotamadya Bogor untuk perbaikan sebagai berikut:
Agar kegiatan kaporisasi dapat didokumentasi dengan baik. Perlunya dilakukan pendidikan latihan sambil jalan (on the job trainning) bagi petugas yang terkait dalain pengelolaan kegiatan kaporisasi, yaitu sanitarian tingkat Dati II dan tingkat puskesmas.
Pihak dinas Kesehatan Dati II Kotamadya Bogor harus mempertahankan keadaan peran serta masyarakat yang sudah tinggi ini dengan memberikan ganjaran misalnya berupa pemberian sertifikat atau pakaian seragam sebagai penghargaan.
Pihak Dinas Kesehatan Dati II haruslah membuat fungsi pengawasan / pengendalian lebih efektif, dengan cara melakukan supervisi dan bimbingan teknis lebih sering.

ABSTRACT
One of the health problem in developing countries is diarrhea disease, especially in under-five children. This problem related to environment sanitation, water supply, under-five nutritional status, infectious diseases superimposed by diarrhea, and low education & socio-economic status. Water resources to houses can be from wells, pumps, and water pipe supply system. Although water pipe supply is exist in Kodya Bogor, but there are 6871 wells used by households in Kodya Bogor. The performance of the chlorination was only 49,7 % in 1982.
The low performance activity program is related to management of the activity. Improvement of many managerial aspects can improve the coverage of save water.
This research applied problem solving cycle approach, and to portrait current management and compare it to the actual situation. Any gap in input, process and output factors will then be discussed its problem. solving alternatives.
This study found that problem achievement in 1992 reported by health provider was much lower then proportion of households use chlorination for their wells (48,7 & versus 83 X). This can be explained that feedback mechanism need to be improved. Data showed that health center staff never reported their activities. Other possible explanation of the high coverage is the high participation of community through Posyandu activities.
Based on the results, this study proposed recommendations, as follows: Perfect documentation of chlorination activities.
District health office should provide on-the-job training to hygienist at district & sub district levels to improve their management skills & capacities.
District health office must maintain the current coverage and reach the unleash by giving the community cadres (Posyandu staff) incentives such as certificate or uniform as rewarding. District health office must do the controlling more effective by doing frequent and continuous supervisions.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
S33806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S33756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyen Maryani
"Masyarakat bahasa Sunda di Kotamadya Bogor (MBSB) adalah masyarakat dwibahasa Sunda-Indonesia. Mereka menggunakan kedua bahasa itu secara bergantian. Akan tetapi, setakat ini, tampaknya, ada kecenderungan pemilihan bahasa Indonesia oleh MBSB, khususnya generasi muda. Kecenderungan pemilihan bahasa oleh generasi muda itu tidak terjadi secara acak, melainkan muncul karena berbagai faktor, seperti faktor luar bahasa dan faktor sosial MBSB. Faktor-faktor itu diasumsikan turut mempengaruhi kecenderungan pemilihan bahasa MBSB itu. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji masalah pemilihan bahasa masyarakat bahasa Sunda di Kotamadya Bogor (MBSB) dan segi pola dan signifikansinya berdasarkan variabel sosial MBSB yang berupa , jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kelas ekonomi, dan jenis pekerjaan pada ranah keluarga dan ranah pekerjaan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Selain kuesioner sebagai teknik utama, wawancara juga dipakai sebagai teknik penunjang. Data yang diperoleh dan lapangan diolah melalui uji T-Student.Berdasarkan analisis data, dan penelitian ini diketahui bahwa MBSB menggunakan pola pemilihan bahasa yang beragam, baik pada ranah keluarga maupun ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga, MBSB cenderung menggunakan bahasa Sunda. Bahasa itu digunakan sampai pada taraf sangat dominan. Sementara itu, pada ranah pekerjaan, MBSB menggunakan pola bahasa Sunda yang digunakan sama senngnya dengan bahasa Indonesia. Pola bahasa itu digunakan sampai pada taraf sangat dominan. Dan analisis terhadap variabel sosial MBSB diketahui bahwa variabel jenis kelamin, generasi dan tingkat pendidikan berpengaruh pada pemilihan bahasa MBSB, sedangkan variabel kelas ekonomi dan jenis pekerjaan tidak berpengaruh. Vanabel jenis kelamin berpengaruh terhadap pemilihan bahasa pada ranah keluarga dan ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga penutur wanita cenderung Iebih senng menggunakan bahasa Sunda, sedangkan pada ranah pekerjaan, penutur wanita cenderung yang Iebih serimng menggunakan bahasa Indonesia. Variabel generasi berpengaruh pada pemilihan bahasa, balk pada ranah keluarga maupun pada ranah pekerjaan. Pada ranah keluarga,"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T39664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Tonny Horas
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S8525
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Basuki Indrayanto
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>