Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunyoto
"Daerah aliran sungai, merupakan daerah yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan, terutama apabila dilihat bahwa sungal sebagai sumber air, merupakan sumberdaya alam yang potensial. Secara alamiah tidak dapat dihindari suatu kenyataan bahwa sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah semakin bertambah. (Sandy, 1975 : 1211). Padahal sifat fisik dan luas tanah itu relatip tetap. Dengan demikian adanya campur tangan manusia itu, pada suatu saat di suatu tempat, yang mulanya merupakan daerah yang subur, akan kehilangan kesuburannya.
Atas dasar pemikiran di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya tanah kritis, dan hubungan antara kepadatan petani dengan luas kerusakan tanah yang ditimbulkannya.
Masalah yang akan dibahas yaitu
- Dimana saja dijumpai tanah kritis di daerah penelitian ?
- Bagaimana usaha pertaniannya ?
- Adakah keterkaitan hubungan antara tinggi atau rendahnya kepadatan petani dengan luas atau sempitnya kerusakan tanah yang terjadi di wilayah penelitian ?
Untuk mengarahkan jawaban permasalahan tersebut, dikemukakan hipotesa : Kerusakan tanaJi yang "luas", diduga terdapat di daerah yang kepadatan petaninya 'tinggi". Untuk mengkaji penelitian lebih lanjut, digunakan metode pendekatan faktor peubah fisik, seperti bentuk medan, ketinggian, curah hujan, jenis tanah, lereng, kedalaman efektip tanah, tekstur tanah, drainase dan erosi, serta faktor perubah kependudukan, seperti jumlah, profesi, kepadatan dan perubahan jumlah penduduknya, serta faktor peubah penggunaan tanah, seperti luas dan jenis penggunaan tanahnya dan wilayah tanah usaha."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1957
D1858
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Mutaqin
"Besarnya erosi yang terjadi pada daerah aliran sungai bagian hulu akan menyebabkan infiltrasi terbatas, terjadi degradasi lahan serta pendangkalan sungai pada badan dan muara sungai. Salah satu DAS yang telah mengalami degradasi akibat perubahan penggunaan lahan adalah DA Ci Liwung Hulu. Tingginya degradasi yang terjadi di DA Ci Liwung Hulu diindikasikan oleh semakin tingginya tingkat erosi pada wilayah tersebut terutama pada wilayah budidaya pertanian. Dalam hal ini budidaya pertanian yang dimaksud adalah lahan pertanian yang sudah diterapkan teknik konservasi. Penelitian ini dilakukakn untuk mengetahui besaran laju erosi dengan mengkaji Hidrologic Response Unit (HRU) pada lahan budidaya pertanian yang terdapat di DA Ci Liwung Hulu dengan menggunakan Soil and Water Assessment Tool (SWAT). Teknik konservasi yang diterapkan di DA Ci Liwung Hulu antara lain terassering, agroforestry dan teras gulud. Didapatkan kesimpulan bahwa teknik konservasi agroforestry menunjukkan nilai erosi paling baik (paling rendah) dibandingkan teknik konservasi lainnya dengan kontribusi erosi sebesar 25,22 ton/ha/tahun. Hasil kalibrasi antara debit model dengan debit observasi yaitu R² = 0,9014 dan NS = 0,79 menunjukan bahwa model ini dapat diterima dan layak diaplikasikan pada DA Ci Liwung Hulu.
The level of erosion that occurs in the upsteam watersheed will lead to limited infiltrattion, land degradation and river trivialisation and estuaries in the body. One of the watesheed that has been degraded caused by using land is the DA Ci Liwung Upstream. The high degradation that occurs in the DA Ci Liwung upstream is indicated by the hugher rate of erosion on the region, especially in the area of agriculture. In this case, agriculture cultivation intent to the agricultural land that has been applied conservation techniques. This study is applied to determine the quantity of erosion by reviewing Hidrologic Response Unit (HRU) in agricuktural cultivation land which is contained in DA Ci Liwung upstream by using the Soil and Water Assessmen Tool (SWAT). Conservation techniques applied are terracing, agroforestry and gulud terrace. It was concluded that agroforestry conservation techniques show the best value of erosion (lowest) compared with other conservation techniques with the contribution of erosion of 25.22 tonnes / ha / year. The results of the calibration between the discharge flow models with the observation that R² = 0.9014 and NS = 0.79 indicates that this model is acceptable and feasible applied to the Ci Liwung Hulu watershed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65257
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satia Nisa Firdhauzi
"Daerah Gunung Patuha terletak 50 km sebelah selatan Kota Bandung dan merupakan hulu dari sungai terpanjang di Jawa Barat, Sungai Citarum. Penggunaan lahan di daerah Gunung Patuha didominasi oleh perkebunan teh, sawah dan berbagai komoditas pertanian seperti kopi, jagung, daun bawang, dan kacang-kacangan. Pertanian dan perkebunan di lokasi lereng curam membutuhkan metode konservasi tanah yang tepat untuk mengurangi tingkat erosi dan menghindari ancaman tanah longsor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pola spasial dan temporal konservasi tanah diterapkan oleh petani dari 1990 hingga 2018 dan memproyeksikannya ke 2036 hingga memahami dampak yang mungkin terjadi di masa depan. Metode yang digunakan untuk memodelkan perubahan di penggunaan lahan pertanian adalah Cellular Automata - Markov Chain oleh berbagai faktor pendorong, seperti jarak dari jalan, sungai, pemukiman, hutan, dan kemiringan persen. Skenarionya
yang digunakan dalam analisis adalah skenario Business as Usual (BAU). Kemiringan dan mengemudi lainnya Faktor tersebut kemudian dikorelasikan dengan lahan pertanian untuk mengidentifikasi metode konservasi tanah dan kemudian divalidasi oleh survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan di Gunung Patuha area pada tahun 1990, 2000 dan 2018 mengalami perubahan signifikan, perkebunan dan pertanian tanah mendominasi setiap tahun. Pola spasial metode konservasi tanah dilakukan oleh masyarakat terkait erat dengan kondisi lereng dan perubahan lahan pertanian dan jenis komoditas yang ditanam oleh petani. Pertanian lereng <15% mengadopsi bahan kimia dan metode konservasi vegetatif, sedangkan lahan pertanian di lereng> 15% mengadopsi mekanik, metode konservasi vegetatif, dan kimia. Pada 2036 perkebunan dan lahan pertanian diperkirakan meningkat, sehingga lahan yang dilestarikan pada tahun 2036 juga meningkat.

The Mount Patuha area is located 50 km south of Bandung City and is upstream from the longest river in West Java, the Citarum River. Land use in the Mount Patuha area is dominated by tea plantations, rice fields and various agricultural commodities such as coffee, corn, leeks, and beans. Agriculture and plantations on steep slope locations require appropriate soil conservation methods to reduce erosion rates and avoid the threat of landslides. The purpose of this study is to identify the spatial and temporal patterns of soil conservation applied by farmers from 1990 to 2018 and project them to 2036 to understand the impacts that might occur in the future. The method used to model changes in agricultural land use is Cellular Automata - Markov Chain by various driving factors, such as distance from roads, rivers, settlements, forests, and percent slope. The scenario The analysis used is the Business as Usual (BAU) scenario. Slope and other driving factors are then correlated with agricultural land to identify soil conservation methods and then validated by field surveys. The results showed that land use in the Mount Patuha area in 1990, 2000 and 2018 underwent significant changes, plantation and agricultural land dominated every year. The spatial pattern of soil conservation methods carried out by the community is closely related to slope conditions and changes in agricultural land and the types of commodities planted by farmers. Slope farming <15% adopts chemicals and vegetative conservation methods, while slope farming> 15% adopts mechanics, vegetative conservation methods, and chemistry. In 2036 plantations and agricultural land are expected to increase, so that the land conserved in 2036 also increase.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putro Adhi Widyasa
"ABSTRAK
Penggunaan tanah Daerah Aliran DA Ci Leungsi hulu yang terdapat diKabupaten Bogor Jawa Barat selalu mengalami perkembangan dari tahun ketahun disebabkan oleh meningkatnya aktivitas manusia yang berdampak padaterjadinya degradasi lahan seperti erosi. Erosi tanah di Pulau Jawa diperkirakanmenelan kerugian US 400 juta per tahun. Penelitian ini bertujuan untukmengestimasi laju erosi dengan menggunakan persamaan Modify Universal SoilLoss Equation MUSLE yang sudah terintegrasi pada pemodelan Soil and WaterAssessment Tool SWAT . SWAT dapat memberikan hasil simulasi yang berbasispada karakteristik fisik daerah berupa Unit Respon Hidrologi URH yangmempertimbangkan parameter iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi matahari,kelembaban dan kecepatan angin. Hasil penelitian menunjukan bahwa laju erositertinggi pada wilayah hulu sub-DAS 15 Ci Janggel dengan kontribusi erosi 184ton/ha/tahun atau termasuk dalam klasifikasi erosi berat. Sedangkan rata-rata lajuerosi pada daerah penelitian termasuk ke dalam klasifikasi erosi sedang.Tingginya laju erosi terjadi pada karakteristik daerah dengan kemiringan lereng25-45 , jenis tanah clay loam, dan penggunaan tanah pertanian lahan kering.Hubungan karakteristik fisik DAS dan laju erosi ditunjukkan dengan semakinheterogen nilai URH di sub-DAS maka nilai laju erosinya cenderung semakinrendahKata Kunci: DAS, Laju Erosi, Karakteristik fisik DAS ,Pemodelan, SWAT
ABSTRACT
Land use of upper watersheds Cileungsi located in Bogor, West Java has alwaysprogressing from year to year due to increased human activities that have animpact on land degradation such as erosion. Soil erosion in Java estimated loss ofUS 400 million per year. This study aim to estimate of erosion rate by using theModify Universal Soil Loss Equation MUSLE is already integrated in themodeling Soil and Water Assessment Tool SWAT . SWAT can providesimulation results based on the physical characteristics of the HydrologicalResponse Unit HRU is considering climate parameters such as rainfall,temperature, solar radiation, humidity and wind speed. The results showed that thehighest rate of erosion on the upstream sub basin 15 Ci Janggel to contribute toerosion 184 tonnes ha year or included in the classification of heavy erosion.While the average rate of erosion in areas including research into the classificationof medium erosion. The high rate of erosion occurs on the characteristics of thearea with 25 45 of slope, clay loam soils, land use and agricultural drylands.Relationships and physical characteristics of the watershed erosion is shown bythe heterogeneous HRU value in the sub watershed erosion rate tends to be lKeowkeywords Erosion rate, Modelling, Physical characteristics of the watershed, SWAT, Watershed"
2017
S68988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Larasati
"Waduk Gajah Mungkur merupakan bendungan dari sungai Bengawan Solo. telah mengalami sedimentasi yang bersumber dari daerah tangkapan waduk Gajah Mungkur. Fenomena degradasi tanah yang terjadi jika 'flax ' Jger diatasi, maka akan menimbulkan berkurangnya usia Waduk Gajah Mungkur. ual tersebut disebabkan karena daerah tangkapan air (catchmant area) waduk umumnya memiliki Wilayah yang berlereng terjal dan berbukit-bukit. Oleh karena itu perlu penanganan lebih lanjut, salah satunya dengan cara mengetahui Wilayah-Wilayah yang prioritas untuk dilakukan konservasi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Wilayah prioritas konservasi tanah kiasaran dan pada tingkat kekritisan tanah menggunakan metode pembobotan dengan variabel yaitu erosi, vcetasi dan kelerengan. Nilai erosi didapat dengan menggunakanakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Wilayah prioritas konservasi tanah di Daerah Tangkapan Waduk terdapat empat sekala pr writas dia taranya prioritas I hingga III dan tidal; prioritas. Prioritas I terdapat Sub WAS AI ng Unggahan, Sub DAS Keduang, Sub DAS Solo Hulu, Sub DAS Temon, Su., DAS Wiromoko, Sub DAS Wuryantoro, sedangkan pada Wilayah d ngan prioritas II terdapat pada Sub DAS Alang Unggahan, Sub DAS Solo Hulu dan Sub DAS Wiromoko. Dan prioritas III terdapat pada selurh. Wilayah penelitian, kecuali pada Sub DAS Temon dan Wuryantoro.

Gajah Mungkur reseivoir is dam of Bengawan S010 river which is gt through sedimentation from the Gajah Mungkur catchment area. In case. land degradation that occurs in Gajah Mungkur resevoir must to solved, because it will cause a reduction in age of Gajah Mungkur reservoir. This phenomuon it mused by topographic characteristics of Gajah Munglalr catchm' nt al fa. Cousequently this phenomenon needs to have further handling, one of ther. is know the priority area of soil conservation. The aim of this research is to know the priority area of soil conservation based on soil critical level by using scoring method with erosion. vegetation and slope variable. The value of fusion is obtained by using USLE's method. There are four classification of priority in Gajah Mungkur catchment area. First priority are found if Alang Unggahan Watershed, Keduang Watershed, Solo Hulu Watershed, Term waerslied. W iromoko watershed, Wuryantoro Watershed. Second piority are iound in Alang Unggahan Watershed, Solo Hulu watershed and Wironoko Wat rshed. Third priority are found in the Whole of reseach area, except in Teon watershed and Wuryantoro Watershed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cholida Firdaus Muhandasa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi kelembaban tanah di Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu menggunakan pengukuran tidak langsung dari interpretasi citra Landsat 8 pada bulan April 2014 dan dilakukan validasi dengan pengukuran in situ oleh alat Soil Moisture Meter. Penelitian ini juga melihat faktor- faktor yang memengaruhi kelembaban tanah seperti kemiringan lereng, ketinggian, penggunaan tanah, dan jenis tanah. Hasil yang diperoleh, kelembaban tinggi berada di bagian Selatan DA Ci Leungsi Hulu. Penggunaan tanah hutan memiliki rata-rata kelembaban 0,77. Ketinggian lebih dari 1000 mdpl memilki rata-rata kelembaban 0.99. Berdasarkan analisis regresi linier perbedaan estimasi citra Landsat dan Soil Moisture Meter diperoleh angka 0,88 yang artinya kedua metode saling berhubungan cukup kuat.

This study purpose of this study is to estimate soil moisture in Ci Leungsi Hulu watershed using interpretation of Landsat imagery on April 2014 and then validated with in situ measurement using Soil Moisture Meter. This research also find influence factors; soil moisture slope, land use, elevation, and soil type. The high distribution soil moisture measurement generally can be found in Southern Ci Leungsi Hulu watershed. Land use highest average soil moisture can be found in forest (0,77). Elevation higher than 1000 mdpl shows average 0,99. Based on linier regression analysis, correlation value between both measurement is 0,88 which means both are significantly correlated."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is a part of the research conducted in Sedayu district, Bantul, Yogyakarta. The aim is to classify soil erosion hazard in the area, construct land capability classes and establish some of the social-economic factors that influence farmers in implementing soil conservation activities. Survey method and purposive stratified techniques of sampling were used. Social-economic factors were quantified using scoring and later analyzed using SPSS program. Results indicate that the dominant land capability class in the area was class 1 found on land units consisting of alluvial plains with slope steepness ranging from 1-3% and having wet rice and mixed gardening as major land use. They had a very low degree of erosion hazard. Land units with mixed gardening as a major land use and found on karst landforms with slope steepness ranging between 8-15% were identified as having a very high degree of oil erosion hazard. The dominant land capability classes were 1, 2, 3, while classes 7 and 8 were limited to small area. Among the social=economic factors, it is found that the education factor has the greatest influence towards the farmer’s response to conservation activities in the research area.
"
GEOUGM 30:75 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Yuliastrin
"This research was conducted by the problem of population differences bintangur in Sei
Tembesi and Bukit Tiban Protected Forest allegedly influenced by macro nutrient content in
the soil. The study was conducted using a survey method. Samples were taken by
purposive by following along a 100 m transect lines that divide the contour lines. Transect
were initiated at least 50 m from the edge of the forest that are placed propossionally and
prioritized on location around bintangur population. Soil sampling conducted on the soil
surface of ± 5 cm to a depth of ± 25 cm from the soil surface. Based on the research that
there are differences in soil organic matter content in the protected forest and macro nutrient
in the soil. Soil pH is at the same relativity value, but that value is an extreme value when
compared with the value according to criteria of Soil Chemical Properties. This soil
conditions is able to inhibit the growth of bintangur. Bintangur population in both of the
protected forest can be maintained through soil conservation biological.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan perbedaan populasi bintangur di Hutan
Lindung Sei Tembesi dan Bukit Tiban yang diduga dipengaruhi oleh kandungan hara makro
di dalam tanah. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei. Sampel diambil dengan
cara purposive dengan mengikuti jalur transek sepanjang 100 m yang membelah garis
kontur. Jalur transek tersebut dimulai minimal 50 m dari tepi hutan yang ditempatkan secara
proporsional dan diprioritaskan pada lokasi sekitar populasi bintangur. Pengambilan sampel
tanah dilakukan pada permukaan tanah ± 5 cm pada kedalaman ± 25 cm dari permukaan
tanah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan
kandungan bahan organik tanah di kedua hutan lindung tersebut dan kandungan hara
makro di dalam tanah. pH tanah berada pada nilai yang relatif sama, namun nilai tersebut
merupakan nilai yang ekstrim bila dibandingkan dengan Kriteria Penilaian Sifat Kimia
Tanah. Kondisi tanah seperti itu mampu menghambat pertumbuhan bintangur. Populasi
bintangur di kedua hutan lindung tersebut dapat dipertahankan melalui konservasi tanah
secara biologi."
2016
502 JMSTUT 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nahra Syafira Oktaviani
"

Karbon organik tanah merupakan sifat kimiawi yang penting di dalam tanah karena berperan sebagai sumber nutrisi untuk tanaman, menahan laju erosi, dan menentukan produktivitas tanah dan tanaman. Informasi kandungan karbon organik tanah pada berbagai lanskap yang berbeda di sebuah daerah aliran sungai (DAS)  dapat menjadi indikator penting proses erosi yang terjadi pada lapisan tanah. Laju erosi yang tinggi adalah isu utama di DAS Cirasea, yang merupakan bagian dari sub DAS Citarum hulu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor tekstur tanah, topografi, dan penggunaan lahan terhadap variasi kandungan karbon organik tanah. Kandungan karbon organik tanah diperoleh dari pengambilan sampel tanah terganggu pada 60 lokasi dengan menggunakan metode stratified random sampling dan uji laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan ketinggian dan fraksi clay memiliki kontribusi besar terhadap kandungan TOC, POC, dan DOC. Persebaran kandungan karbon organik tanah cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ketinggian dan menurunnya persentase lereng dan fraksi clay. Penggunaan lahan berpengaruh sebagai sumber kandungan karbon organik dalam tanah dengan persebaran kandungan karbon organik kelas tinggi sebagian besar berada pada penggunaan lahan perkebunan dan kelas rendah di tegalan dan sawah.

 


Soil organic carbon is an important chemical characteristic in the soil because it acts as a source of nutrients for plants, restrains the rate of erosion, and determines soil and plant productivity. Information on soil organic carbon content in different landscapes in a watershed (DAS) can be an important indicator of erosion in the soil. High erosion rates are the main issue in the Cirasea watershed, which is part of the upstream Citarum watershed. The purpose of this study was to analyze the effect of soil texture, topography, and land use factors on variations in soil organic carbon content. Soil organic carbon content was obtained from disturbed soil sampling at 60 locations using stratified random sampling and laboratory tests. The results showed elevation and clay fraction had a major contribution to the contents of TOC, POC, and DOC. The distribution of soil organic carbon content tends to increase with increasing elevation and decreasing slope percentage and clay fraction. Land use is influential as a source of organic carbon contents in soils with the distribution of high classes organic carbon content mostly in plantation and low classes in fields and rice fields.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>