Ditemukan 170590 dokumen yang sesuai dengan query
Margaretha Betsy Rautoy
"Tanah kering (tegalan, kebun campuran, pekarangan) mempunyai potensi untuk pemanfaatan pertanian, mengingat jumlah rumah tangga pertanian yang terlibat dalam usaha tani di pekarangan dan kebun campuran relatif besar (9,3 ,juta rumah tangga). Pekarangan dan kebun campuran di sekitar kota besar pada umumnya diusahakan untuk tanaman hortikultura. Produk dari hortikultura (khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan) yang bersifat segar dan tidak tahan lama, banyak dikonsuinsi oleh penduduk kota besar. Agar produk tersebut dapat tiba di tangan konsumen selain keadaan segar, pengusahaannya dilakukan di tempat-tempat yang tidak jauh dan pusat konsentrasi penduduk. Kemudian Sandy (1985:127) mengatakan bahwa arti ekonomi pekarangan di daerah pedesaan sekitar kota besar, ternyata sangat besar. Faktor yang menentukan besar kecilnya pendapatan petani adalah banyaknya produksi dan harga jual komoditi. Di samping itu ,jarak yang memisahkan dari konsumen akhir mempengaruhi harga, kalau jarak dari kota jauh harga akan berkurang sejalan dengan adanya tambahan ongkos transpor (Bishop & Toussant,1979:272,terj.)
Adapun masalah yang akan dibahas yaitu:
- Bagaimana keintensifan usaha pekarangan dan kebun campuran untuk tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) di sekitar Tangerang ?
- Faktor-faktor apa yang mempengaruhi derajat keintensifan tersebut?
Hipotesa yang diajukan ialah diperkirakan tingkat keintensifan usaha hortikultura dipengaruhi oleh faktor produksi, harga jual dan ongkos transpor."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
I Gusti Ayu Rai Sawitri
"Pola pekarangan masyarakat desa Pakraman di Bali, didasari atas konsep Tri Hita Karana. Konsep tersebut mengatur ruang pekarangan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia (Pawongan) dan lingkungan (Palemahan). Penelitian ekologi pekarangan dilakukan di desa Pakraman, Buleleng Bali bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman serta menggali informasi mengenai potensi pemanfaatan spesies tanaman pekarangan.
Penelitian ini mencakup keanekaragaman, persepsi dan pengetahuan pemanfaatan spesies tanaman pekarangan pada tiga lokasi altitude (h) yaitu daerah altitude rendah (h≤500 m dpl), altitude menengah (500
Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies yang ditemukan sebanyak 304 spesies dari 229 genus dan termasuk dalam 95 famili. Kekayaan spesies di daerah rendah sebanyak 227 spesies, menengah 202 spesies dan tinggi 156 spesies. Hasil perhitungan indeks keanekaragaman spesies (H?) Shannon-Wiener pada 3 kategori altitude menunjukkan penurunan keanekaragaman seriring dengan peningkatan ketinggian. Hasil analisis dengan Local User's Value Index (LUVI) diperoleh 9 kategori guna dari keseluruhan lokasi penelitian yaitu bahan makanan, hiasan atau ornamen, ritual, peneduh atau perindang, obat-obatan, penulak bala (mitos), sumber penghasilan, menyama braya (sosial) dan pewarna, namun ditemukan perbedaan persepsi fungsi pekarangan bagi masyarakat pada tiap daerah ketinggian. Spesies tanaman dengan nilai kepentingan budaya (ICS-Index of Cultural Significance tertinggi adalah nyuh biasa (Cocos nucifera) sebesar 156 dengan 14 jumlah pemanfaatan.
Balinese homegarden at Pakraman villagers in Bali, is based on the concept of Tri Hita Karana (THK). The concept of managing the yard space to create a harmonious relationship with the creator (Parahyangan), human (Pawongan) and the environment (Palemahan). Ecological research conducted in the village Pakraman homegarden, Buleleng Bali aims to find and explore the richness and diversity of plants spescies and also to get information about the potential use of plants species. This study includes diversity, perceptions and knowledge utilization homegarden plant species in three locations height (h) that is a low area (h ≤500 m asl), medium (500 < h <1000 m above sea level) and high (h ≥1000 m asl) to further grouped by extents (a) is a small yard (a ≤300 m2), medium (300 The results showed the number of species found as many as 304 species from 229 genera and included in 95 families. Lower species richness in the area as much as 227 species, 202 species of medium height and 156 species. Results of calculation of the index of species diversity (H ') Shannon-Wiener at 3 height categories showed a decline diversity with increased height. Results of the analysis by the Local User's Value Index (LUVI) gained 9 categories in order of overall research sites are foodstuffs, ornaments, ritual, shade, drugs, penulak bala (myth), source of income, menyama braya (social) and dyes, but found differences in the perception of the homegarden functions for society at every altitude. Plant species named nyuh biasa (Cocos nucifera) has highest Index of Cultural Significance (ICS) value of 156 in 14 types of utilization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43640
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library