Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Heryadi
"Tujuan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui wilayah iklim basah di Jawa Barat dan hubungannya dengan penggunaan tanah.
Masalah yang dikemukakan adalah pertama dimana wilayah iklim basah di Jawa Barat ?, Bagaimana hubungannya dengan penggunaan tanahnya khususnya jenis penggunaan tanah kebun campuran ?.
Dibandingkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat mempunyai topografi yang lebih bervariasi, dimana rangkaian gununig-gununqnya membentuk lingkaran.
Sehubungan dengan itu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Wilayah iklim basah mempunyai hubunqan dengan ketinggian.
2. Ada hubungan antara wilayah iklim basah dengan jenis penggunaan tanah kebun campuran, dimana semakin basah iklimnya jenis penggunaan tanah kebun campuran akan semakin luas.
Batasan, pengertian wilayah iklim basah didasarkan kepada perbandingan jumah bulan basah dan bulan bulan kering, yaitu dengan jumlah bulan basah minimum adalah tujuh bulan, dan jumlah bulan kering maksimum adalah dua bulan. Kebun campuran adalah sebidapg tanah di luar pekarangan, dan ditumbuhi bermacam-macam tanaman secara tercampur (Sandy 1975)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ardi
"Ikliin di muka bumi berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan, bagi Indonesia pengaruhnya akan besar terutama pada bidang pertanian. Iklim sudah pernah diklasifikasikan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah Schmidt-Fergusson dan Morh. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahul wilayáh iklim basah menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson dan Morh. Adapun masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimanakah distribusi curah hujan di Jawa bagian tengah. 2. Dimanakah wilayah iklim basah menurut Schmidt-Fergusson dan Morh di Jawa bagian tengah. Untuk dapat memberikan penilaian yang objektif tentang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian untuk menyusun angka curah hujan diambil dari Verhandelingen No 37 yang meliputi kurun waktu 1920-1910. Sedangkan variabel-variabel yang diamati adalah pola umum curah hujan baik tahünan maupun bulanan serta variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhinya, yaitu : DKAT. Arah Angin dan Ketinggian. Yang dimaksud dengan Jawa bagian tengah adalah wilayah yang ineliputi Daerah Propinsi Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan iklim yang dirnaksudkan dalam tulisan ini adalah hasil klasifikasi rnenurut Schmidt-Fergusson dan Morh. Jawa bagian tengah menurut klasifikasi iklim Morh mempunyai wilayah iklim antara kelas. II sampai dengan kelas yb. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh iklim kelas III, umumnya terdapat di bagian tiinur dari Jawa bagian tengah. Iklim kelas II luasnya relatif sempit, terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian thur dari Jawa bagian tengah. Pada bagian barat dan daerah pedalaman iklimnya adalah kelas IV, Va dan Vb. Menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson, Jawa bagian tengah mempunyai tipe iklim antara tipe A sampai dengan tipe D. Sebagian besar wilayah Jawa bagian tengah didominasi oleh tipe ik1im..C, umumnya terdapat di bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe ilim D luasnya relatif sempit, umumnya terdapat di pesisir utara dan pesisir selatan bagian timur dari Jawa bagian tengah. Tipe iklim A dan B umumnya terdapat di bagian barat dan daerah pedalaman. Dari hasil super impose kedua tipe iklim tersebut, maka didapatkan 2 wilayah iklim, yaitu iklim sangat basah dan iklim basah. Iklim sangat basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian barat dan selatan Purwokerto bagian utara dan tengah, Purbalingga bagian barat, Banjarnegara bagian utara dan tengah, Pekalongan bagian selatan, dan Batang bagian barat. Iklim basah meliputi kabupaten : Cilacap bagian tengah dan timur, Purwokerto, Purbalingga bagian timur, Banjarnegara, Kebumen, Wonosobo, Temanggung, Pemalang bagian selatan, Pekalongan bagian tengah, Batang bagian tengah, Kendal bagian barat, Magelang dan Ungaran. "
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sus Irianingsih
"Peninqkatan produksi padi 1 tahun ditentukan oleh unsur agrokulmat, yakni iklim.. Unsur-unsur iklim yang dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi adalah suhu udara (maksimum dan minimum), sinar matahari dan curah hujan. Bila kita perhatikan, luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas wilayah iklim basah. Walaupun demikian, wilayah iklim kering di Jawa Barat ini dapat ditanami padi sawah maupun padi gogo, dengan produktivitas sangat memuaskan (rata-rata peningkatan produktivitas padi 10,04 7. pada tahun 1979-1983). Tujuan penulisan ini ingin mengetahui hubungan antara unsur-unsur iklim dengan produktivitas padi (sawah dan gogo) di wilayah iklim kering Jawa Barat. Sehubungan dengan tujuan, maka masalahnya adalah: bagaimana pola iklim kering (Oldeman) di Jawa Barat ? bagaimana hubungan antara unsur-unsur ik].im dengan produktivitas padi di wilayah iklim kering Jawa Barat ? Batasan yang digunakan adalah: Bulan basah: dalam 1 bulan curah hujan lebih atau sama. dengan 200 mm. Bulan kering: dalam 1 bulan curah hujan kurang dari 100 mm. Produktivitas padi: hasil padi per luas panen (kwintal per hektar). Asumsi: Faktor-faktor non iklim yang dapat berpengaruh terhadap pertanian, seperti tanah dan budidaya tanaman adalah sama. Analisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu klasifikasi data curah hujan bulanan berdasarkan teori Oldeman dan metode korelasi peta dari variabel iklim (suhu udara maksimum, suhu udara minimum, lamanya penyinaran matahari dan curah hujan) dengan produktivitas padi sawah dan padi gogo. Untuk mempermudah dan memperielas analisa, digunakan daerah sampel (kecamatan). Hasil dari analisa menunjukan: 1.. Luas wilayah iklim kering di Jawa Barat jauh lebih sempit danipada luas wilayah iklim basah. Wiláyáh iklim kering digolongkan menjadi 2 region iklim, yaitu: region D3 dan E. Region D3: Region D3 termasuk dalam region kering karena memiliki jumlah bulan kering lebih banyak dari jumlah bulan basah, yaitu 5-6 bulan terjadi selama bulan Mei - Oktober, dengan maksimum pada bulan Januari.
Serta sedikitnya 5 bulan kering selama bulan Mei - November dengan minimum di bulan Agustus. Mencakup wilayah bagian utara Pesisir Utara Jaa Barat, menyebar terpisah-pisah dalam lingkungan region D3, meliputi bagian utara kabupaten Serang, Tangerang, Bekasi, Karaang dan Subang. 2. Produktivitas padi sawah tinggi (45 - 50 k/ha) ,terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi hingga tinggi (32-33C), suhu minimum rendah (21-22C), dan lamanya penyinaran matahari sedäng (125-175 jam); terutama terdapat pada musim tanam II. Produktivitas padi sawah rendah terdapat di kecamatan-kecamatan dengan suhu maksimum agak tinggi, suhu minimum sedang dan lamanya penyinaran matahariagak tinggi;terdapat pada musim tanam I. Produktivitas padi gogo tinggi terdapat di kecamatan-kecamatan dengan curah hujan tinggi (dalam region D3). Dengan demikian dapat diringkaskan, produktivitas padi saah banyak dipengaruhi oleh penyinaran matahari dan suhu udara (maksimum dan minimum), dengan demikian pada keadaan produktivitas padi sawah mencapai optimum pada keadaan suhu maksimum agak tinggi sampai tinggi (32-33C), suhu minimum (kurang dan 22C) dan lamanya penyinaran matahani sedang (125-175 jam). Sedangkan padi gogo banyak dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan selama masa hidupnya atau pertumbuhannya."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Daruati
"Penelitian ini mengkaji kekeringan pertanian lahan sawah di Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebaran wilayah dan pola kekeringan pertanian lahan sawah yang terjadi di Propinsi Jawa Barat dan untuk mengetahui hubungan kekeringan pertanian lahan sawah dengan karakteristik fisik lahannya. Kekeringan pertanian diperoleh meggunakan model TVI (Thermal Vegetation Index) dari pengolahan citra satelit MODIS Terra tahun 2000-2011. TVI merupakan rasio antara LST (Land Surface Temperature) dan EVI (Enhanced Vegetation Index). Faktor fisik yang dikaji adalah, curah hujan, kemiringan lereng, geomorfologi, drainase tanah, dan wilayah irigasi. Hasil yang didapatkan adalah kekeringan sangat berat tertinggi terjadi pada bulan September 2006 seluas 806.564 ha yang meliputi hampir seluruh Propinsi Jawa Barat karena pengaruh El Nino, sedangkan terendah terjadi pada bulan September 2010 seluas 101.959 ha yang sebagian besar berada di Kabupaten Subang dan Indramayu karena pengaruh La Nina. Sebaran kekeringan pada tahun 2000-2011 memiliki pola yang sama yaitu pada awal musim kering (Mei) kekeringan terjadi di bagian utara (sepanjang pantura) kemudian bertambah luas ke arah timur/selatan pada pertengahan musim kering (Juli-Agustus) lalu bertambah lagi ke arah barat pada akhir musim kering (September). Kejadian kekeringan ada hubungannya dengan kondisi fisik wilayah tetapi yang paling berpengaruh adalah curah hujan berdasarkan uji ststistik Chisquare.

This study examines agricultural drought paddy fields in West Java. The aims of this research are to know the pattern and distribution of paddy field drought in West Java and the correlation between drought and the physical characteristics. The agricultural drought is obtained from TVI (Thermal Vegetation Index) model. TVI is derived from MODIS Terra satellite image which is the ratio between the LST (Land Surface Temperature) and EVI (Enhanced Vegetation Index). Physical factors studied are rainfall slope, geomorphology, soil drainage, and irrigation areas. The most severe drought occurred in September 2006 because of El Nino, covering 806,564 ha, distributed in almost all West Java Province while the lowest occurred in September 2010 because of La Nina, covering 101,959 ha, mostly distributed in Subang and Indramayu district. Spatial distribution of drought in 2000-2011 have the same pattern at the start of the dry season (May) drought occurred in the north (along the coast) then expanded to the east / south in the middle of the dry season (July-August) and then increased further to the west at the end of the dry season (September). Incidence of drought has correlation with the physical condition of the area, but the most influential is the rainfall based on Chi-square test.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T32612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1995
S33509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnawati
"Oldeman membuat penggolongan iklim dengan tujuan membantu
usaha pertanian. Klasifikasi Oldeman ditujukan terutama
untuk tanaman padi.
Tujuan penelitian in i adalah untuk mengetahui klasif ikasi
iklim menurut Oldeman di Jawa Barat.
Sedangkan masalah yang diajukan adalah :
1). Bagaimana klasif ikasi iklim menurut Oldeman di
Jawa Barat ? ,/
2). Bagaimana kaitan antara klasif ikasi tersebut dengan
vegetasi ?
3). Bagaimana perbandingan (persamaan dan perbedaan)
antara klasif ikasi tersebut dengan klas if ikas i yang
telah dibuat oleh Oldeman ?
Klas if ikas i 'iklim Oldeman pada wilayah penelitian (Jawa
Barat) didominasi oleh tipe iklim B1 (pada bagian barat,
tengah dan selatan Jawa Barat).
Kaitan antara klasif ikasi iklim Oldeman (agroklimat
Oldeman hasil penelitian) dengan vegetasi (tumbuhan)
adalah pada tipe iklim 0Ideman seperti "ini" dimungkinkan/
ditemukan adanya tumbuhan seperti "itu" .
Persamaan antara klas if ikas i iklim 0Ideman has i1 peneli
tian dengan klasifikasi iklim Oldeman (Penulis yang lalu)
adalah sebagian besar wilayah Jawa Barat didominasi oleh
tipe iklim B1, dari selatan ke utara, mempunyai pola tipe
iklim B,C,D dan E, dari barat ke timur, mempunyai pola
tipe iklim A, B, C dan D, sedangkan perbedaan yang terjadi
disebabkan karena data yang digunakan berbeda dan
sifat keberurutan dari buIan basah dan buIan kering yang
menghasiIkan tipe iklim, berbeda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Zulfan
"ABSTRAK
Tanaman kopl membutuhkan .persyaratan tertentu di dalam pertijimbuhannya.
Juimlah maupun mutu basil dari tanaman kopi
dipengaruhi oleb berbagai faktor, salab eatu di antaranya
adalab iklim.
Tanaman kopi Jenis robusta dapat tumbub baik pada curab bujan
2000-3000 mm per tabun, lama bulan kering 3-4 bulan, dan snbu
udara tahunan 21-24*^ atau pada ketinggian 400-800 meter dpi,
sedangkan pada Jenis arabika tumbub baik pada curab bujan
2000-3000 mm per tabun, lama bulan kering 2-3 bulan, dan subu
udara tabunan 17-21° atau pada ketinggian 800-1500 dpi.
Masalab yang dibabas adalab: 1. Berdasarkan syarat tumbubnya,
di mana wilayab kesesuaian iklim untuk tanaman kopi di
propinsi Jawa Timur ? 2. Bagaimana tingkat produktifitas,
tanaman kopi pada wilayab kesesuaian iklim ?
Metode penelitian berupa korelasi peta dan korelasi statistik.
Tujuan penelitian ini adalab untuk mengetabui tingkat
produktifitas tanaman kopi pada wilayab kesesuaian iklim
tanaman kopi di propinsi Jawa Timur.
Ringkasan yang diperoleb dari basil penelitian adalab :
Wilayab sesuai berdasarkan iklim untuk tanaman kopi robusta
menyebar pada kabupaten-kabupaten Bodonegoro, Lamongan,
Ngawi, Paditan, Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Nganduk, Kediri,
Tulung Agung, Malang, Bondowoso, Pasuruan, Mojokerto,
Jember, Jombang, Situbondo, Probolinggo, Blitar, Lumajang,
dan Banyuwangi. Wilayab tidak sesuai meliputi kabupatenkabupaten
Tuban, Gresik, Sldoarjo, Lamongan, Magetan, Madiun,
Nganduk, Kediri, Tulung Agung, Probolinggo, Lumajang, Situ
bondo, Banyuwangi, Modokerto, Ponorogo, Jember, Bodonegoro,
Ngawi, Pacitan, Pasuruan, Malang, dan Bondowoso.
Wilayab sesuai berdasarkan iklim untuk tanaman kopi arabika
menyebar pada kabupaten-kabupaten Ngawi, Magetan, Pacitan,
Bodonegoro, Malang, Lamongan, Nganduk, Ponorogo, Trenggalek,
Tulung Agung, Kediri, Blitar, Jombang, Modokerto, Pasuruan,
Probolinggo, Lumadang, Jember, Sitxibondo, Bondowoso, dan
Banyuwangi. Wilayab tidak sesuai meliputi kabupaten-kabupaten
Tuban, Gresik, Sidoardo, Madiun, Lamongan, Nganduk, Magetan,
Kediri, Tulung Agung, Probolinggo, Lumadang, Situbondo,
Banyuwangi, Modokerto, Bodonegoro, Ponorogo, Jember, Ngawi,
Pacitan, Pasuruan, Malang, dan Bondowoso.
Wilayab curab hudan sesuai untuk tanaman kopi robusta tingkat
produktifitas rata-rata sedang, wilayab curab budan tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendab. Pada wilayab
lama bulan kering sesuai tingkat produktifitas rata-rata
rendab, wilayab lama bulan kering tidak sesuai tingkat pro
duktifitas rata-rata sedang. Wilayab ketinggian sesuai ting
kat produktifitas rata-rata sedang bingga rendab, wilayab
ketinggian tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah.
Wllayah iklim yang sesuai -unt-uk tanaman kopl robusta tingkat
produktlfitas rata-rata sedang, pada wllayah iklim yang tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah.
Wllayah curah hujan sesuai untuk tanaman kopi arabika tingkat
produktifitas rata-rata sedang, pada wllayah curah hudan
tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah. Pada
wllayah lama bulan kering sesuai tingkat produktifitas ratarata
tinggi, pada wllayah lama bulan kering tidak sesuai,
tingkat produktifitas rata-rata rendah. Wllayah ketinggian
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah, pada wllayah
ketinggian tidak sesuai tingkat produktifitas rata-rata
rendah.
Wllayah iklim yang sesuai bagi tanaman kopi arabika tingkat
produktifitas rata-rata sedang, wllayah iklim yang tidak
sesuai tingkat produktifitas rata-rata rendah."
1995
S33551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Suprayitno
"ABSTRAK
Kentang (Solanwn tuberoum L) merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu 1 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas tanaman kentang adalah varietas.tanaman cara bertanam, ikljrn dan jenis tanah. Menurut Suwandi, keadaan iklim dan tanah merupakan dua hal yang penting untuk diperhatikan dalam bercocok tanam kentang. Sedangkan Asandhi menyatakan bahwa masalah utama yang dihadapi didalam budidaya tanaman kentang di Indonesia adalah faktor iklim. Diantara beberapa unsur iklim 1 yang paling berpengaruh selama pertumbuhan kentang adalah temperatur udara cL(rah huian dan penyinaran matahari. Pengaruh unsur-unsur iklirn tersebut erat kaitannya dengan keaciaan lingkungan fisik akar tanaman yang dapat mengendalikan pertumbuhan perkembangan dan produksi umbi, kentang.
Syarat iklim tumbuhnya tanaman kentang adalah Curah huian antara 200 - 300 mm tiap bulan atau rata-rata 1000 mm selama masa pertumbuhan suhu optimum yang relati-f rendah yaitu antara 16,5 - 17,8 00 dengan lama penyinaran matahari sedang . Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah yang subur, bersolum dalam, mempunyai drainase yang baik, dengan pH berkisar antara 5 - 6,5 dan cukup mengandung bahan organik.
Propinsi Jawa Barat memiliki luas areal tanaman kentang terbesar (BPS 1983) yaitu 8.921 ha. diikuti Jawa Timur 5.930 ha. dan Jambi 3.425 ha. Dengan variasi bentuk wilayah yang cukup beragam, mengakibatkan perbedaan ikuim dari satu tempat ke tempat lain. Penelitian mi hendak mengungkapkan pengaruh unsurunsur iklim terhadap produktifitas tanaman kentang yang ada di Ja,a Barat dengan faktor fisik .ienis tanah dan lereng sebagai pengontrol. Tanaman .kentang yang diteliti adalah tanaman kentang yang ditanam dari bibit yang berupa Ltmbi dengan varietas Cipanas. Cara bertanam kentang diasumsikan sama yaitu sistem guludan setinggi lebih kurang 30 cm dan jarak tanam 70 cm antar bans dan 25 - 30 cm dalam bans dengan kebutuhan bibit rata-rata 1,2 ton/hek tar.
Masalah yang dibahas dalam tulisan mi adalah : Bagaimana pengaruh unsur-unsur iklim terhadap produktifitas tanacnan kentang di Jawa Barat ?
Prsalisa yang dilakukan meliputi
1. Metoda Korelasi Peta
2. Analisa Statistik (Program Paket Statistik Microstat), terdiri dan : Scatter Plot, Korelasi Matrik dan Analisa Regresi.
Dari hasil analisa peta dan statistik didapatkan bahwa; Produktjfjtas tanaman kentang akan tinggi pada wilayah dengan suhu rata-rata dan lama penyinaran matahari yang rendah dan curah hujan yang tinggi, tetapipada batas lama penyinaran matahari kurang 25 7. dan curah hujan lebih 1200 mm selama musim tanam produktifjtas tanaman kentang menurun."
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Adriyani
"ABSTRAK
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
terjadinya dan penyebaran penyakit chikungunya, baik lingkungan fisik maupun
biologis. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi dan
akan meningkatkan risiko penularan. Penyebaran penyakit ini biasanya terjadi
pada daerah endemis Demam Berdarah. Sekalipun tidak menimbulkan kematian,
namun akibat yang ditimbulkan dari aspek kesehatan masyarakat cukup
merugikan, apalagi jika sampai penderita mengalami kelumpuhan dan
berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, produktivitas
kerja dan akvititas sehari-hari praktis terhenti. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian penyakit chikungunya
di wilayah Jawa Barat tahun 2002-2010. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah studi ekologi menurut waktu. Data yang digunakan adalah data sekunder
dari hasil rekapitulasi jumlah penderita chikungunya perbulan selama 2002-2010
di Jawa Barat. Hasil penelitian hubungan prevalensi chikungunya dari tahun
2002-2010 dengan iklim di wilayah Jawa Barat ini menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan kecepatan angin (p=0,018) dan tidak mempunyai hubungan
yang signifikan dengan suhu udara (p=0,828), curah hujan (p=0,507) dan
kelembaban udara (p=0,778). Saran yang dapat diberikan adalah diperlukan
tindakan preventif dari semua lapisan masyarakat dalam mengantisipasi kejadian
penyakit chikungunya tentang pentingnya menjaga kebersihan, terutama program
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Upaya pencegahan dititikberatkan pada
pemberantasan nyamuk penular, dengan membasmi jentik nyamuk penular di
tempat perindukannya. Salah satu cara untuk memutus rantai penularan nyamuk
Aedes aegypti sebagai penyebar penyakit. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
kimiawi, biologis, fisik dan perlindungan diri.

Abstract
Environment is one of the most important factor in occurance and
distribution of chikungunya, both of phisycs and biologic environment. Climate
change can influence to infection disease pattern and will increase spreading risk.
The spread of this disease usually occurs in endemic areas of dengue fever. Even
if no cause of death, but the impact of public health aspects quite detrimental,
especially when it comes to people with paralysis and lasts for weeks to months,
work productivity and daily activity practically stopped. The objective of this
research is to know correlation chikungunya cases and climate factors in west java
2002-2010. This research uses the design of ecological time trend study. Data was
used secondary data from result of summary of amount chikungunya patient
during year 2002-2010 in west java. Number of chikungunya prevalance were
used the results indicate that chikungunya prevalance have significant related to
wind?s speed (p=0,018) and didn?t have significant related to temperature
(p=0,828), precipitation (p=0,507) and humidity (p=0,778). Advice can be given
preventive action is required from all walks of life in anticipation of the incidence
of chikungunya disease on the importance of maintaining cleanliness, especially
the mosquito nest eradication program (PSN). Prevention efforts focused on the
eradication of mosquito-borne, to eradicate the mosquito-borne larvae in breeding.
One way to break the chain of transmission of the mosquito Aedes aegypti as a
spreader of disease. These efforts can be done by means of chemical, biological,
physical and self-protection."
2012
T31605
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Affandi
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>