Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pamela Premono
"Tanaman. Tebu (Saccharum officinarum ) merupakan tanaman tropis yang sangat penting sebagai sumber bahan baku dalam pembuatan kristal gula. Selama pertumbuhan, tanaman tebu membutuhkan banyak air. Kebutuhan akan air terus bertarabah setelah umur 4 bulan. Menjelang tebu masak untuk dipanen, dikehendaki keadaan kering tidak ada hujan, sehingga pertumbuhan veg'etatifnya terhenti. Jatuhnya musim hujan, datangnya musim kemarau dan besarnya jumlah curah hujan antara beberapa tempat yang agak berjauhan letaknya antara satu sama lain terjadi perbedaan.
Tujuan penelitian ialah ingin mengetahui waktu tanam tebu, waktu panen tebu dan tingkat produktivitas kristal gula sehubungan dengan pola umum curah hujan di Jawa Tengah. Sesuai dengan tujuan tersebut maka analisa terbatas pada masalah : Bagairaana pola umum curah hujan di Jawa Tengah ? Kapan waktu tanam tebu ? Kapan waktu panen tebu ? Di mana produktivitas kristal gula tinggi ?
Hipotesa dari masalah tersebut ialah adanya perbedaan datangnya musim hujan maupun musim kemarau menimbulkan peibedaaii waktu tanam tebu dan waktu panen tebu, perbedaan jumlah curah hujan menyebabkan ada perbedaan produktivitas kristal gula.
Dalam tulisan ini awal musim hujan dan awal musim kemarau ditentukan berdasarkan kriteria dari H.J. de Boer, yaitu dikatakan musim hujan bila dalam 1 dekade (lU hari) jumlan curah hujan lebih besar 50 milimeter, dan dikatakan musim kemarau bila jumlah curah hujan dalam 1 dekade lebih kecil dari oO milimeter. Awal musim hujan dan awal musim kemarau didapat dari data curah hujan 10 harian sesuai dengan ketentuan H.J. deBoer. Perkebunan tebu ialah perkebunan tebu rakyat intensifikasi yang ditanam di sawah bergilir dengan tanaman padi dan palawija. Produktivitas kristal gula ialah produksi kristal gula per satuan luas tanaman tebu.
Untuk menjawab masalah, digunakan daerah sampel (5 kabupaten sampel) yang menghasilkan kristal gula yaitu kabupaten Banyumas, Brebes, klaten, Pati dan Sukoharjo. Selanjutnya dilakukan korelasi peta, scatter diagram, korelasi Pearson serta koefisien penentu. Hasil analisa menunjukan bahwa waktu tanam tebu dilakukan sebeium musim hujan tiba, yaitu : di kabupaten Klaten, Pati dan Sukoharjo pada bulan Mei dekade II dan di kabuisaten Banyumas pada bulan Juni dekade I. Waktu panen tebu dilakukan 20 hari menjelang datangnya musim kemarau, yaitu : di kabupaten Banyumas pada bulan Juni dekade I, di'kabupaten Brebes pada bulan Mei dekade III, dan di kabupaten Klaten, Pati serta Sukoharjo pada bulan Mei dekade II. Sedangkan tingkat produktivitas kristal gula tinggi terdapat di kabupaten Klaten dan Sukoharjo dengan jumlah curah hujan kurang dari 2.000 milimeter per tahun. Tingkat produktivitas kristal gula sedang terdapat di kabupaten Pati dan Brebes dengan jumlah curah hujan antara 2.000 sampai 2.500 milimeter per tahun. Sedangkan tingkat produktivitas kristal gula rendah terdapat di kabupaten Banyumas dengan jumlah curah hujan lebih besar dari 2.500 milimeter per tahun.
Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakan scatter diagram' dan korelasi Pearson diket^hui bahwa hubungan antara jumlah curah hujan dengan produktivitas kristal gula adalah kuat dan negatif (r = 0,94). Dapat diartikan bahwa jumlah curah hujan rendah mempunyai peranah terhadap tingkat produKtivitas kristal gula tinggi dan sebaliknya. Adapun besarnya peranan jumlah curah hujan terhadap produktivitas gula adalah 88 prosen (KP = koefisien penentu = 0,88)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S33361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2002
S33782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Theodorus Agus HR
"ABSTRAK
Fenomena sekala global ENSO dapat mempengaruhi fenomena cuaca lain seperti pada
sekala regional( monsun) dan sekala lokal. Interaksi antar sekala fenomena inilah yang
sangat penting datam membentuk cuaca maupun iklim di wilayah Indonesia dan
fenomena yang paling dominanlah yang tentunya memiliki peran utama.
Pengaruh El Nino dibeberapa tempat di Indonesia memang cukup jelas dengan adanya
kekeringan yang panjang dan kebakaran hutan yang lebih hebat. Dalam penelitian ini
bermaksud mengidentifikasi pengaruh El Nino tahun 1997 terhadap jumlah curah hujan,
lama bulan kering , lama bulan tanpa curah hujan, awal musim kemarau dan panjang
musim kemarau di Jawa bagian barat.
Hasil penelitian menunjukkan teijadi penurunan jumlah curah hujan tahunan
antara 150 mm - 2500 mm atau antara 10 % - 70 % dari normalnya dan penurunan
curah hujan kumulatif Maret-Desember antara 250 mm- 2400 mm atau antara 30% -
80%. Lama curah hujan bulanan < 100 mm pada umumnya terjadi lebih lama dari
keadaan normalnya yaitu antara 2-10 bulan. Lama bulan tanpa curah hujan juga lebih
lama terjadi yaitu antara 1 - 6 bulan dari normalnya. Awal musim kemarau pada saat El
Nino berlangsung terjadi lebih awal antara 2-10 dasarian dari normalnya. Sedangkan
panjang musim kemarau pada saat El Nino berlangsung teijadi lebih panjang dari
normalnya yaitu antara 3-18 dasarian."
2001
S33595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Charles Barita Paska
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruminta
"Climate changes and global warming had a great impacts on rainfall patterns. The rainfall patterns
changes can influence on rainfed land cropping system. In relation to that fact, study on change of rainfall pattern
and it?s impacts on rainfed land cropping system had been carried out at the West Java. The study based on
rainfall and crop production data that was analyzsed by Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. The results
showed that the pattern of rainfall at West Java region in the last 30 years has changed and tend to decline. Long
rainy season becomes shorter and extreme rainfall (droughts or floods) has increase. Long rainy season changed
from 6-7 months to 4-6 months and led to a shorter period of growing season. Early planting changed and back
about 1-2 dasarian of early planting is usually done in 14th dasarian. In the area of West Java, production of rice
and corn trend to increase while soybean production tends to decline. Model production of food crops which were
analyzed by ANFIS very accurate and can be used for projecting the production of rice, corn, and soybeans.
Perubahan iklim dan pemanasan global sangat mempengaruhi perubahan pola curah hujan. Perubahan pola
curah hujan tersebut berdampak pada sistem pertanian tanaman pangan lahan tadah hujan. Sehubungan dengan hal
itu telah dilakukan penelitian mengenai perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap sistem pertanian
tanaman pangan lahan tadah hujan di Jawa Barat. Penelitian menggunakan data curah hujan dan produksi tanaman
pangan yang dianalisis menggunakan model Adaptive Neuro-Fazzy Inference System. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pola curah hujan di wilayah Jawa Barat pada 30 tahun terakhir mengalami perubahan dan
cenderung menurun. Lama musim hujan menjadi lebih pendek dan curah hujan ekstrim (kekeringan atau banjir)
semakin meningkat. Lama musim hujan berubah dari 6-7 bulan menjadi 4-6 bulan dan menyebabkan periode
masa tanam lebih pendek. Awal tanam mengalami perubahan dan mundur sekitar 1-2 dasarian dari awal tanam
sebelumnya yang biasa dilakukan pada dasarian ke 14. Di wilayah Jawa Barat, produksi tanaman padi dan jagung
cenderung meningkat sedangkan produksi tanaman kedelai cenderung menurun. Model produksi tanaman pangan
hasil analisis ANFIS sangat akurat dan dapat dipergunakan untuk memproyeksikan produksi padi, jagung, dan
kedelai."
Bandung: Universitas Padjadjaran. Staf Pengajar Departemen Budidaya Pertanian , 2016
630 AGRIN 20:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marlina Herawati
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S33645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrih Halil
"ABSTRAK
Penyimpangan curah hujan merupakan bagian dari gejala atmosfer yang memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor kehidupan, salah satunya sektor perkebunan. Kabupaten Malang merupakan kabupaten terbesar ketiga yang memiliki perkebunan rakyat cengkeh di Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpangan curah hujan terhadap produktivitas cengkeh di Kabupaten Malang, studi kasus di 4 Kecamatan (Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading). Variabel yang digunakan yaitu curah hujan dan produktivitas cengkeh. Data yang dibutuhkan adalah curah hujan dan produktivitas cengkeh selama 26 tahun (1990-2015). Analisis yang digunakan berupa analisis temporal dan statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpangan curah hujan dengan wilayah terdampak paling luas terjadi pada tahun 1997 dan 2010, sebaran wilayahnya berada di utara, timur, tenggara, pusat dan barat laut daerah penelitian. Selain itu penyimpangan curah hujan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas cengkeh di daerah penelitian. Periode penyimpangan curah hujan setelah bunga muncul mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan periode sebelum bunga muncul dan bunga sampai dengan panen.

ABSTRACT
Precipitation deviation is part of atmospheric indication that gives effect to various sectors, one of them is plantation sector. Malang Regency is third largest regency has folk plantation of clove in East Java. This study was conducted to determine the effect of precipitation deviation to clove productivity in Malang Regency study case in 4 sub-districts (Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, and Ampelgading). The variables used are rainfall and clove productivity. The data used are rainfall and clove productivity over 26 years (1990-2015). The analysis used temporal and statistic analysis. The results showed that precipitation deviation with the most extensive area occurred in 1997 and 2010, the distribution of the region is in the north, east, southeast, central and northwest study area. In addition, precipitation deviation have affect to clove productivity in study area. Deviation precipitation after the flower come period, have more affect then deviation precipitation before flower come and until cropping period to clove productivity in study area."
2016
S65619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1994
S33478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Kusratmoko
"Tujuan dari tulisan ini adalah terungkapnya gambaran tentang distribusi curah hujan pada wilayah pegunungan dan korelasinya dengan faktor topografi (ketinggian dan lereng). Tiga wilayah pegunungan di pulau Jawa diambil sebagai daerah penelitian meliputi, wilayah pegunungan di sekitar Dataran Tinggi Bandung (Geomer I), seluruh wilayah pegunungan pedalaman Jawa Tengah (Geomer II), dan wilayah pegunungan di sekeliling Dataran Tinggi Malang (Geomer III), yang kemudian masing- masing Geomer ini dibagi menjadi 2 wilayah analisis yaitu, wilayah lereng Utara dan wilayah lereng Selatan. Sebanyak 227 stasiun pengamat hujan di pilih dalam penelitian in, dengan perincian 73 stasiun di Geomer I, 86 stasiun di Geomer II, dan 68 stasiun di Geomer III.
Data curah hujan yang dipakai adalah data curah hujan untuk periode tahun 1912- 1942. Distribusi curah hujan yang dibahas meliputi distribusi curah hujan untuk bulan Agustus den bulan Januari, distribusi curah hujan musim hujan dan musim kering, serta distribusi cursh hujan tahunan.
Distribusi curah hujan dalam penelitian ini adalah variabel tidak bebas (variabel Y), sedangkan ketinggian, lereng, dan anus angin permukaan merupakan vaniabel bebas ( variabel x)"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S33349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>