Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Nur Agustin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S33983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radian Nurcahyo
"Hak atas tanah pada kawasan pantai merupakan salah satu substansi yang terdapat dalam rancangan undang-undang hak tanah, rencana pengaturan hak tanah pada kawasan pantai tersebut perlu diperhatikan kawasan yang ditarik sepanjang100 (seratus) meter dari bibir pantai atau dikenal sebagai daerah sempadan pantai, hal ini dikarenakan kawasan sempadan pantai merupakan kawasan yang dilindungi dan berpotensi menentukan kelestarian atau kerusakan wilayah pantai yang di.sebabkan faktor alami atau buatan manusia, pokok permasalahan yang perlu diperhatian terhadap kawasan sempadan pantai adalah dari sisi penerapan peraturan perundang-undangan pertanahan nasional pada kawasan tersebut. Bila peraturan perundang-undangan pertanahan nasional yang mengatur mengenai hak-hak atas tanah sudah diterapkan pada kawasan pantai dan tidak terjadi masalah, tentu tanah pada kawasan pantai akan dapat dimanfaatkan dengan baik, hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian menggunakan metode studi kepustakaan dan tinjauan lapangan dengan melakukan pengamatan langsung pada lokasi obyek penelitian serta wawancara dengan respondenguna mendapatkan jawaban atas permasalahan penerapan hak-hak atas tanah yang diatur dalam ?Undang-Undang Pokok Agraria?. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Penerapan hak-hak atas tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria belum sepenuhnya efektif dilaksanakan di kawasan sempadan pantai karena di daerah sempadan pantai tersebut hanya terdapat hak menumpang di atas tanah dengan status tanah Sultan Ground. Dimana status tanah Sultan Ground tidak diakui lagi semenjak adanya Undang-Undang Pokok Agraria. Hal ini menjadi tugas bagi praktisi maupun akademisi hukum pertanahan untuk lebih berperan aktif memikirkan solusi permasalahan yang terjadi pada kawasan pantai, untuk selanjutnya dari hal tersebut dapat dilakukan reformasi pengaturan hak atas tanah pads kawasan pantai dengan penentuan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi terwujudnya kepastian hukum penguasaan hak atas tanah pada kawasan pantai, sehingga hak-hak atas tanah yang berada pada kawasan pantai akan dapat dimanfaatkan secara optimal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
T16383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Shidiq Darajat
"Kabupaten Bantul memiliki berbagai potensi wisata seperti wisata alam dan wisata budaya. Potensi wisata tersebut perlu didukung sarana dan prasarana yang baik untuk mengembangkan objek wisata sehingga menarik wisatawan. Beberapa objek wisata di Kabupaten Bantul masih membutuhkan perbaikan terhadap sarana dan prasarana. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul dan menganalisis hubungan antara tahap perkembangan objek wisata dengan jenis objek wisata dan bentuk medan Kabupaten Bantul. Variabel yang digunakan meliputi jumlah wisatawan objek wisata, fasilitas objek wisata primer, sekunder dan kondisional, aksesibilitas, komersialisasi, dan promosi. Metode yang digunakan adalah analisis spasial dan analisis statistik chi-square. Data yang telah diperoleh dari masing-masing objek wisata dikelompokkan berdasarkan tahap perkembangan objek wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap perkembangan objek wisata di Kabupaten Bantul berada pada tahap perkembangan kedua Involvement, tahap pekembangan ketiga Development dan tahap perkembangan keempat Consolidation. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis objek wisata dan bentuk medan terhadap tahap perkembangan objek wisata pada tingkat signifikansi = 0,05.

Bantul Regency has various tourism potentials such as nature tourism and cultural tourism. Tourism potential need to be supported by good facilities and infrastructure to develop tourist object so as to attract tourists. Several tourism object in Bantul Regency still need improvement on facilities and infrastructure. This study aims to analyze the development stage of tourism object, analyzing the development stage of the tourism object based on the type of tourism object and terrain of bantul regency. Variables used include the number of visitor tourism object, tourism object facilities primary, secondary and conditional , accessibility, commercialization, and promotion. The data have been obtained from each tourism object is grouped based on the development stage of tourism object. The method used are spatial analysis and statistical analysis chi square. The results showed that the stage of development of tourism object in bantul regency is in the second stage of development involvement , third development stage development and fourth stage of development consolidation . Based on statistical analysis shows no significant relationship between type of tourism object and terrain towards the development stage of the tourist object at the level of significance 0.05.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Putri Dewanti
"Tesis ini membahas tentang manfaat keberadaan desa wisata bagi kehidupan masyarakat dilihat dari dua model pengelolaan desa wisata, yang dikelola secara murni swadaya masyarakat dan yang dikelola bersama dengan pihak swasta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan di dua desa wisata di Kabupaten Bantul yakni di Desa Wisata Tembi dan Desa Wisata Candran.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sejauh ini belum tercipta sinergi yang kuat antara sektor swasta dan masyarakat setempat untuk secara bersama-sama membangun wilayah Tembi melalui kegiatan pariwisata, tercermin dari pola manajemen yang berjalan masing-masing sehingga manfaat sosial ekonomi dan sosial budaya yang dirasakan oleh masyarakat setempat belum bisa optimal.
Sementara itu dalam kondisi sebaliknya, pengelolaan desa wisata murni oleh masyarakat seperti di Desa Wisata Candran, secara positif mampu memberi ruang kepada masyarakat setempat untuk berperan aktif secara optimal dalam pembangunan desanya dengan memanfaatkan potensi yang mereka miliki dan hasil atau manfaatnya bisa benar-benar dirasakan oleh masyarakat baik manfaat ekonomi maupun non-ekonomi, meski kendala-kendala teknis seperti permodalan dan kualitas sumberdaya manusia masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu dicarikan upaya penyelesaiannya.

The research was conducted to explore the benefit of Desa Wisata for society life viewed from two model of Desa Wisata management, pure independent management of society and cooperation with private side. This qualitative research was held in two Desa Wisata. They were Desa Wisata Tembi and Desa Wisata Candran.
The result of this research shows that so far there is no strong synergy can be created between the private and the local society in Desa Wisata Tembi, as reflected in the pattern of management that runs each so that socio-economic benefits and social culture perceived local societies can not be optimal.
Meanwhile, in the other side, management Desa Wisata handling by local society as in Desa Wisata Candran positively give the space for society to take action optimally for their village development by using their own potency. The result of this perceived by society both economic and non-economic benefits although technical obstacles as capital and human resource quality become problems which is needed to be solve.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Luthfi
"Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah bahwa secara simultan, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan aktivitas manusia telah mendorong terciptanya permintaan terhadap produk lingkungan, yakni adanya udara segar, sejuk, pemandangan yang indah dan alamiah serta jauh dari berbagai problema kehidupan. Dalam hal ini pengembangan pariwisata (taman rekreasi) merupakan suatu alternatif untuk dapat memenuhi permintaan tersebut.
Sumberdaya lingkungan, seperti taman rekreasi memberikan manfaat bagi para pemakainya, tetapi karena tidak ada pungutan atau pungutannya relatif kecil atau nilai kepuasannya yang diperoleh pemakai bersifat abstrak, maka pencerminan akan nilainya tidak terlihat. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya lingkungan tanpa nilai atau hilangnya tak akan merupakan kehilangan bagi masyarakat. Analisis ekonomi merupakan suatu alternatif yang dapat membantu menilai manfaat tersebut.
Mengingat bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo tersebut milik Pemerintah, maka lebih bersifat public goods (barang publik) dibandingkan dengan aspek komersialnya (ekonomi). Di lain pihak, taman rekreasi tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi penduduk. Sebagai produk lingkungan, maka keberadaan taman rekreasi tersebut perlu dipertahankan karena mempunyai nilai.
Dari uraian tersebut timbul suatu permasalahan, khususnya berkaitan dengan nilai dari manfaat yang diperoleh masyarakat terhadap konsumsi produk lingkungan taman rekreasi, oleh karena itu perlu suatu penilaian untuk menunjukkan berapa besar manfaat dari produk tersebut (Kawasan pantai wisata Watu Ulo). Salah satu cara adalah dengan mengkuantifikasikan manfaat tersebut ke dalam nilai moneter.
Tujuan penelitian adalah : 1) untuk mengukur besarnya manfaat lingkungan yang diperoleh pengunjung; 2) untuk mengukur besarnya elastisitas kunjungan berdasarkan biaya perjalanan total; 3) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap produk lingkungan (taman rekreasi); 4) untuk mengidentifikasi perilaku konsumen dalam pemeliharaan kualitas lingkungan dan persepsi konsumen terhadap kualitas lingkungan di kawasan pantai wisata Watu Ulo.
Jenis data yang diperlukan adalah: data primer dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan teknik nonrandom sampling. Data primer diperoleh pada orang/wisatawan yang dijumpai di lapangan, sehingga teknik pengambilan data ini disebut pula sebagai incidental sampling. Besarnya sampel diperkirakan sebesar 200 responden (pengunjung tempat rekreasi).
Untuk menentukan besarnya biaya perjalanan dan tingkat kunjungan, maka responden dikelompokkan menurut zona (asal). Penentuan zona asal responden penelitian adalah berdasarkan batasan administratif, yakni tingkat Kecamatan untuk Daerah Tingkat II Kabupaten Jember (terdapat 28 kecamatan) dan tingkat Kabupaten untuk daerah di luar Kabupaten Jember (terdapat 4 Kabupaten).
Data jumlah penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal yang ada di lingkungan Kabupaten Jember (tingkat Kecamatan) diambil dari data registrasi penduduk masing-masing Kecamatan pada periode tahun 1993. Data penduduk untuk menentukan tingkat kunjungan pada zona asal di luar Kabupaten Jember (tingkat Kabupaten) diambil dari penduduk rata-rata, yakni jumlah total penduduk masing-masing Kabupaten dibagi dengan jumlah Kecamatan yang ada.
Dalam pendekatan biaya perjalanan, model dasar yang dipakai adalah menggambarkan kunjungan tiap 1000 penduduk sebagai faktor yang akan dianalisis dalam fungsi permintaan. Fungsi permintaan telah disederhanakan untuk dapat menggambarkan kurva permintaan, di mana faktor-faktor lain selain biaya perjalanan dianggap tetap (citeris paribus), sehingga dapat ditentukan besarnya surplus konsumen sebagai nilai manfaat dari produk lingkungan pantai wisata Watu Ulo. Dari fungsi ini dapat dihitung besarnya elastisitas, koeffisien korelasi dan koeffisien determinasi. Sedangkan untuk mengetahui preferensi, persepsi dan perilaku pengunjung dianalisis dengan metode deskriptif menggunakan pendekatan persentase.
Kesimpulan umum hasil penelitian ini adalah bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar bagi masyarakat. Manfaat ini akan semakin besar jika diikuti oleh menurunnya biaya perjalanan dan meningkatnya kepedulian pengunjung terhadap lingkungan serta cukup tersedianya fasilitas peinbuangan limbah (sampah).
Secara parsial dapat disimpulkan pertama, bahwa manfaat lingkungan taman rekreasi kawasan pantai wisata Watu Ulo sebesar Rp.767.688,38 per seribu penduduk dan Rp.1.637.399.489,82 untuk total penduduk; kedua, pengaruh perubahan variabel babas (biaya perjalanan) terhadap variabel terikat (tingkat kunjungan) bersifat elastis (e=-1,39), apabila terdapat kenaikan biaya perjalanan sebesar 1,00% akan berakibat menurunnya tingkat kunjungan sebesar 1,39%; ketiga, faktor utama yang menentukan preferensi pengunjung terhadap kawasan pantai wisata Watu Ulo adalah faktor pemandangan indah (59,50%), menunjukkan bahwa unsur kualitas lingkungan berperan dalam menarik pengunjung, dan memberikan kepuasan pada pengunjung; keempat, sebagian besar pengunjung menilai bahwa kawasan pantai wisata Watu Ulo cukup bersih, yakni sebesar 44,50%, sedangkan yang berpendapat kotor adalah sebesar 30,00%, sisanya menilai dengan bersih 11,00% dan kurang bersih 12,00%. Sedangkan untuk pemeliharaan fasilitas yang ada, sebagian besar pengunjung menilai cukup bersih, sebesar 43,50%, kurang bersih 21,00%, kotor 21,00% serta bersih senilai 14,50%; dan kelima, sebagian besar perilaku pengunjung pada kawasan wisata tersebut mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang "relatif rendah", hal ini terbukti bahwa terdapat sebanyak 75,50% pengunjung yang membuang sampah di sembarang tempat, hanya terdapat 15,00 % yang membuang sampah pada tempat sampah yang disediakan, sisanya dengan cara lain.
Saran yang dapat disampaikan, yakni : Mengingat bahwa manfaat yang dinikmati masyarakat (pengunjung) cukup besar, maka seyogyanyalah : 1) Pemerintah sebagai pemilik dan pengelola lebih memberikan perhatian untuk menjaga kualitas lingkungan dan bila perlu meningkatkannya, serta berusaha mengembangkan seoptimal mungkin potensi yang ada, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi pengunjung, penduduk dan Pemerintah itu sendiri; 2) Pemerintah hendaknya lebih banyak menempatkan tong-tong sampah, dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terpelihara, dengan limbah yang sedikit dan tidak menggangu keindahan pemandangan alam. Perilaku pengunjung yang sebagian besar membuang sampah sembarangan tidak terlepas dari fasilitas pembuangan sampah yang kurang.

The problems which provided the basis for this research is that the growth in population, income and human activities have simultaneously increase the demand towards the environmental product, that is, the existence of fresh, cool air and beautiful natural scenery, which is far away from all kinds of life problems. In this case the developments of tourism (recreation park) becomes an alternative to be able to meet such demand.
Environmental resource such as recreation park gives the benefit to the visitors, but since there is no. fee or the fee is relatively low, or the value of satisfaction which the visitors get is abstract, so they could not see the real value. It doesn't mean that environmental resource has no value or the absence of it means nothing for the society. The economical analysis will be an alternative that could help evaluating the benefit.
Considering that the tourism coast Watu Ulo is the Government's property so it has the quality more indicates as public goods compared with its commercial aspect. On the other hand, the recreation park gives the specific satisfaction for the residents. As a product of the environment, then the existence of recreation park ought to be maintained because of its value.
This analysis caused some problems, mainly concerning the value and benefit obtained by the society towards the consumption of environmental product of the recreation park, therefore it needs evaluation to indicate how many benefit of the product (coastal tourism area Watu Ulo). One of those ways is to quantify the benefit in the monetary value.
The aims of the research are : 1) to measure the size of the environmental benefit is obtained by the visitors; 2) to measure the size of the visit elasticity based on the total traveling cost; 3) to know the factors influenced by the consumer's demand toward the environment product (recreation park); 4) to identify the attitude of the consumers in the care of environmental quality and the consumer's perception toward the quality of environment in the coastal tourism area Watu Ulo.
The data type needed among others are primary and secondary datas. The primary data is obtained through nonrandom sampling technique. The primary data is obtained from the tourists met in the location so that the sampling technique is called the incidental sampling. The number of samples are estimated 200 respondents (the visitors of recreation park).
To determine the amount of traveling cost and visiting degree, the respondents are grouped according to the original zone. The determination of the research .respondent's zone is based on the administrative area, namely : Kecamatan level for the second level region of Jember regency (there are 28 Kecamatan) and regency-level for districts outside Jember regency (there are 4 regencies).
The total population to determine the visiting degree on the original zone in Jember regency (Kecamatan level) is taken from the data of population registration in each kecamatanin the period of 1993. The population's data to determine the visiting degree in the original zone outside Jember regency (regency level) taken from the the population average, is that the total amount of population of each regency divided with the amount of the kecamatan.
Within the travelling cost approach, the basic model which is used describes the visit of every 1000 population as the factor that will be analyzed in the function of demand. This demand's function has been simplified to describe the demand curve where the other factors besides the traveling cost are assumed constantly (citeris paribus), so that we can determine the amount of the consumer's surplus as the value of environmental benefit of the tourism cost Watu Ulo. From this function, elasticity's coefficient , correlation's coefficient and determination's coefficient can be calculated. Where as to know the preferency, the perception and the attitude of the visitors they're analyzed by the descriptive method by means of the percentage approach.
-The general conclusion of this research is that the area of coastal tourism Watu Ulo is potential and valuable environmental resources and gives a great sufficient benefit for the society. This benefit becomes bigger if it will be followed up by the decrease of traveling
cost and the increase of visitor's care toward the environment, and with available sufficient facilities for wasted disposal.
Partially the conclusion are firstly, that the environment benefit of the recreation park of coastal tourism area Watu Ulo is Rp.767.688,38 per 1000 inhabitants and Rp.l.627.399.489,82 for total population; secondly, the effect of change of independent variable (visiting degree) toward's the traveling cost are elastic (e=-1,39) when there is an increase of traveling cost is 1,00%, it will caused a decrease of the visiting degree of 1,39%; third, the main factor that determines the visitor's preference toward the coastal tourism area Watu Ulo is the beautiful scenery (59,50%), this indicates that the factor of environment quality play an important role to attract the visitors and gives satisfaction to the visitors.; fourth, the great part of visitors evaluates that the tourism coastal area Watu Ulo is 'fairly clean, viz around 44,50%, meanwhile those who evaluate it dirty is 30,00% the rest evaluates less clean, and clean 11,00% and less clean 12,00%. While for the care of facilities, most of visitors evaluate clean enough, 43,50%, less clean.21,00%, dirty on is 21,00% and clean 14,50%; and fifth, the most of visitors attitude in tourism area have a relatively low attention in the environment. This proves that there are 75,50% of the visitors who throw the waste in every place, only 15,00% of those who throw the garbage in the prepared places, the rest use an other way.
Recommendation : considering that the benefit of tourism area which is enjoyed by the great part of visitors, it is suggested that : 1) the government as the owner and the manager ought to pay more attention to take care of the environment quality and if necessary to increase the appearance and develop as much as possible the existing potency, in order to give a bigger benefit to the visitors, population and government itself; 2) It"s better if the government places more waste disposals, so that the environment quality could be taken care of and cared from less waste disposal would not polute the beautiful scenery. The attitude of careless visitors is caused of less facility.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Novelita
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S33457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlullah
"

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sukabumi, which is located between Jakarta and Bandung, is one of tourism area in West Java. The beach and mountain range, especially in South Coast Sukabumi, has been becoming a tourist attraction. Tourist can spend their time in the beach for diving, surfing, fishing, and boating. The mountain range is becoming "Suaka Margasatwa" which protecting scarce animals and tourists can see those animals closely. The abundance of Sukabumi nature sources must use for the Indonesia tourism development. In the fact, that nature sources which can become a tourist attraction, spreads in many area. Those causes the tourist attractions are not use optimally by the tourist or by the society. The government must take a serious step. One-step, which can take, is compiling those areas and after that, the government can build a good settlement. "
790 JUKIN 3:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Netiasa Adab
"Indonesia memiliki daya tarik wisata pantai yang beragam. Salah satunya di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Setiap pantai memiliki nama yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan satu pantai dari pantai yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan eksplanasi atas asal-usul serta pola penamaan dan pemaknaan nama pantai tersebut sehingga budaya dan keadaan alam setempat turut diketahui. Terdapat delapan belas nama pantai yang menjadi data penelitian, yakni pantai yang terdaftar di Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul serta pantai tambahan yang disebutkan oleh pegawai kelurahan dan masyarakat. Teori yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah teori makna praanggapan yang disampaikan oleh Nyström (2016). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan asal-usul nama pantai dan mengklasifikasikannya pada kategori makna. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah studi pustaka melalui kamus bahasa Jawa-Indonesia dan KBBI, wawancara secara daring dan luring, serta observasi. Sementara itu, metode yang digunakan untuk mengolah data adalah identifikasi dan klasifikasi untuk mengidentifikasi kecenderungan nama pada klasifikasi makna kategorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nama-nama pantai di Kabupaten Bantul didominasi oleh kategori keadaan geografis. Di samping itu, asosiasi positif yang dominan adalah asal-usul nama pantai dan hal-hal yang ada di wilayah pantai; sedangkan asosiasi negatif yang dominan adalah prostitusi. Sementara itu, emosi positif didominasi emosi biasa saja dan emosi negatif didominasi emosi kecewa

. Indonesia has a variety of coastal tourist attractions. One of them is in Bantul Regency, Yogyakarta Special Region. The name of each beach is used to identify and distinguish one beach from another. This research was conducted to provide an explanation of the origin, the naming pattern, and the meaning of the beaches' names so that the culture and local natural conditions are known. Eighteen names of beaches become the research data, namely the beaches registered in the Bantul Regency Tourism Office and additional beaches mentioned by village officials and the community. The theory used to process the data is the theory of presuppositions of meaning from Nytröm (2016). This study uses a qualitative approach to explain the origin of beach names and classify them into categories of meaning. The method used to collect data is a literature study through the Javanese-Indonesian dictionary and the KBBI, online and offline interviews, and observation. Meanwhile, the method used to process the data is identification and classification to identify the tendency of names to classify categorical meanings. The results show that the names of beaches in Bantul Regency were dominated by the category of geographical conditions. In addition, the dominant positive association is the origin of beach names and things in the coastal area; while the dominant negative association is prostitution. Meanwhile, positive emotions are dominated by ordinary emotions and negative emotions are dominated by disappointed emotions.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>