Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Supanti
"Telah dibuat alat untuk mengukur temperatur dan kelembaban ruangan. Alat tersebut terdiri dari unit sensor temperatur, sensor kelembaban, rangkaian pengkondisi sinyal dan mikrokontroler AVR Atmega8535, sedangkan untuk perangkat lunak menggunakan pemrograman AVR Bascom yang berfungsi untuk mengambil data, mengolah dan menampilkan ke LCD. Sensor temperatur yang digunakan adalah LM35 dan sensor kelembaban yang digunakan adalah 808H5V5. Dalam unjuk kerja alat, keluaran dari sensor temperatur dan kelembaban akan dikondisikan oleh rangkaian pengkondisi sinyal agar dapat diproses oleh ADC pada mikrokontroler. Nilai temperatur dan kelembaban yang terukur akan ditampilkan melalui LCD. Dari hasil pegukuran diperoleh karakteristik sensor temperatur sebelum penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0098T + 0.0027 dengan kelinearannya R2=0.9988 sedangkan karakteristik sensor temperatur setelah penguatan memiliki daerah linier dengan persamaan: V=0.0193T + 0.0097 dengan kelinearannya R2=0.9998 . Untuk sensor kelembaban sebelum pengkondisi sinyal memiliki daerah linear dengan persamaan: V=0.0595RH + 2.3315 dengan kelinearannya R2 =0.9937, dan untuk karakteristik sensor kelembaban setelah pengkondisi sinyal memiliki daerah linier dengan persamaan: V= 0.0299RH + 0.768 dengan kelinearannya R2=0.9878. Dari hasil pengukuran perubahan temperatur terhadap kelembaban memiliki daerah linier RH=9.3T+42 dengan kelinearannya R2=0.9767.

Have been made an instrument to measure temperature and humidity of room. The instrument consist of unit sensor temperature, sensor humidity, signal conditioning and microcontroller AVR Atmega 8535, while for software using AVR Bascom programming to take data, process and present to LCD. Sensor temperature the used is LM35 and humidity sensor is 808H5V5. In work appliance, output of temperature sensor and humidity will be condition by signal conditioning circuit so that can be processed by ADC at microcontroller. Temperature value and measured humidity will be presented through LCD. From result of measuring obtained by characteristic sensor temperature before reinforcement have linear area with equation: V=0.0098T + 0.0027 with its linearity of R2 = 0.9988 while characteristic sensor temperature after reinforcement have linear area with equation: V=0.0193T + 0.0097 with its linearity of R2=0.9998. For the sensor of humidity before signal conditioning has linear area with equation: V= 0.0595RH + 2.3315 with its linearity of R2=0.9937. For characteristic sensor humidity after signal conditioning have linear areas with equation: V=0.0299RH + 0.768 with its linearity of R2=0.9878. From result of measurement changes temperature to humidity have linear area of RH=9.3T+42 with its linearity of R2=0.9767."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S29252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricsia
"Latar belakang: Proporsi lansia diperkirakan akan terus meningkat. Salah satu masalah utama pada kesehatan kulit lansia adalah xerosis cutis atau kekeringan kulit. Tata laksana xerosis cutis yang tidak adekuat dapat menimbulkan komplikasi dan menurunkan kualitas hidup lansia. Pelembap merupakan tata laksana utama xerosis cutis. Jarak waktu pemakaian ulang yang tepat berbagai jenis pelembap perlu diketahui dasar ilmiahnya.
Tujuan: Mengetahui status hidrasi dan sawar kulit setelah aplikasi tunggal vaselin album, lanolin 7,5% dalam vaselin album, krim urea 10%, dan krim pelembap yang mengandung seramid pada lansia dengan xerosis cutis.
Metode: Sebuah penelitian dengan pre dan post-experimental design, tersamar ganda pada lansia dengan xerosis cutis. Jumlah SP adalah 15 orang dan pemilihan SP dilakukan secara berurutan (consecutive sampling). Satu SP mendapat empat perlakuan, dua pelembap dioleskan di tungkai bawah kanan dan dua pelembap di tungkai bawah kiri. Penentuan lokasi pengolesan pelembap menggunakan metode randomisasi sederhana. Penilaian status hidrasi dan sawar kulit dinilai menggunakan skor SRRC sebelum dan 12 jam setelah pengolesan pelembap, sedangkan nilai SCap dan TEWL diperiksa setiap 3 jam selama 12 jam.
Hasil: Terdapat penurunan skor SRRC yang bermakna 12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 3 jam setelah pengolesan vaselin album sebesar 12 AU (p<0,001) dan lanolin 7,5% dalam vaselin album sebesar 13,96 AU (p<0,001). Peningkatan tertinggi nilai SCap pada 6 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 14,43 AU (p<0,001) dan krim yang mengandung seramid sebesar 7,57 AU (p=0,002). Terdapat peningkatan nilai SCap yang bermakna sejak pada 3-12 jam pada seluruh kelompok pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10% sebesar 1,44 g/h/m2 (p=0,006).
Kesimpulan: Terdapat perbaikan skor SRRC yang bermakna pada seluruh kelompok pelembap. Terdapat perbaikan nilai SCap yang bermakna sejak 3-12 jam setelah pengolesan keempat jenis pelembap. Penurunan bermakna nilai TEWL hanya terdapat pada 3 jam setelah pengolesan krim urea 10%. Berdasarkan hasil penelitian ini, jarak waktu ideal pemakaian ulang vaselin album dan lanolin 7,5% dalam vaselin album adalah setiap 3 jam, sedangkan jarak waktu ideal pemakaian ulang krim urea 10% dan krim yang mengandung seramid adalah setiap 6 jam. Dengan mempertimbangkan biaya dan efektivitas pelembap dalam meningkatkan hidrasi kulit, pengulangan pemakaian pelembap masih dapat dilakukan setiap 12 jam.

Background: The proportion of elderly is expected to increase continuously. One of the main problems in elderly skin health is xerosis cutis. Inadequate management of xerosis cutis in the elderly can cause complications and reduce the quality of life. Moisturizers is the main management of xerosis cutis. The evidences base of the interval reapplication time in various types of moisturizers need to be known.
Objectives: To determine the hydration and skin barrier status after a single application of vaseline albumin, lanolin 7.5% in vaseline album, urea 10% cream, and ceramide cream in elderly with xerosis cutis.
Methods: This was a study with a pre and post-experimental design, double-blinded. A total of 15 elderly subjects with xerosis cutis were choosen with consecutive sampling. Every subject received four treatments, two moisturizers on the right leg and two moisturizers on the left leg. The location of moisturizers application was determined by using a simple randomization method. Assessment of hydration and skin barrier status was assessed using the SRRC score before and 12 hours after application, while the SCap and TEWL value were examined every 3 hours for 12 hours.
Results: There was a significant decrease in SRRC scores 12 hours after application of all types moisturizers (p<0.001). The highest increase in SCap at 3 hours after the application of vaseline album was 12 AU (p<0.001) and lanolin 7.5% in vaseline album was 13.96 AU (p<0.001). The highest increase in SCap at 6 hours after the application of urea 10% cream was 14.43 AU (p<0.001) and ceramide cream was 7.57 AU (p=0.002). There was a significant increase of SCap from 3 to 12 hours in all four types moisturizers. The significant decrease in TEWL only at three hours after the use of urea 10% cream was 1.44 g/h/m2 (p=0.006).
Conclusion: There was a significant decrease in SRRC scores in all four types of moisturizers. There was a significant increase in the value of SCap from 3 to 12 hours after application of all moisturizers. The significant decrease in TEWL was only 3 hours after application of urea 10% cream. Based on the results, the ideal reapplication time of vaseline album and lanolin 7.5% in vaseline album is every 3 hours, while for urea 10% cream and ceramide cream is every 6 hours. Considering the cost and effectiveness of moisturizers in hydrating the skin, reapplication of moisturizers every 12 hours still would be effective.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Proses perlakuan terhadap udara dengan mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, pengaluran kecepatan, dan penyisihan partikel dari uap beracun telah dimanfaatkan manusia baik untuk kenyamanan (comfort) maupun untuk keperluan industri. Terdapat beberapa metode atau cara yang dikenai dalam pengkondisian udara, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan sistem pendinginan evaporatif (evaporative cooling). Dengan metode pendinginan evaporatif udara dikondisikan agar temperatur yang berupa kalor sensibel diturunkan suhunya dengan menaikan kelernbaban dalam bentuk kalor iaten (kandungan uap air).
Untuk menurunkan temperatur dan menaikkan kelembaban udara maka diperlukan media yang dapat memberikan perpindahan kalor dan massa dari udara dengan media tersebut. Pada pendinginan evaporatif air pengisi disirkulasikan oleh suatu pompa sehingga media evaporatif (wet-pad) menjadi basah atau mengandung air. Pada saat udara dialirkan maka terjadi kontak anmra aliran udara dari fan dengan air sirkulasi pada wet-pad sehingga terjadi evaporasi dari air ke aliran udara.
Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap suatu Direct evaporative Cooler jenis aliran silang (crossflow) buamn Munters. Data-data berupa temperatur diukur dengan menggunakan termokopel dan data acquisition control system HP 3497A. Dari hasil pengujian dan pengolahan data diperoleh bahwa pada kondisi temperatur air sirkulasi normal ( 25 °C), terjadi penurunan temperatur bola kering udara rata-rata 3.4 °C clan kenaikan rasio kelcmbaban 1,25 gr uap air/kg udara kering pada temperatur bola basah relatif konstan. Pada temperatur air sirkulasi dingin (dibawah 20 °C) teriadi penurunan temperatur bola kering 6,2 °C, temperatur bola basah 1.9 °C dan rasio kelembaban udara juga turun 0,3 gr uap air/ kg udara kering. Dan pada saat temperatur air sirkulasi dipanaskan (diatas 30 °C) maka terjadi kenaikan balk temperatur maupun kelernbaban udara. Tempcramr bola kering naik 1°C, bola basah 4 °C serta rasio kelembaban naik sebesar 6,6 gr uap air / kg udara kering."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almacho Rachmanudiputra
"Proses dehumidifikasi udara dan mikroenkapsulasi merupakan salah satu bagian dari proses yang terjadi dalam penggunaan alat pengering secara tidak alami. Proses dehumidifikasi dan mikroenkapsulasi dapat diaplikasikan melalui sistem pengering semprot, yang sangat bermanfaat terutama dalam bidang industri pengolahan makanan. Pada penelitian pertama, digunakan sistem pengering semprot dengan menggunakan media air, yang terdiri dari variasi kelembaban udara masuk yang diperoleh melalui temperatur evaporator (100C, 150C, 200C, dan 250C) dan variasi temperatur udara keluar (600C, 900C, 1200C). Variasi laju aliran udara masuk yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi kelembaban udara masuk dan temperatur udara keluar terhadap laju aliran material menggunakan media air pada sistem pengering semprot. Pada penelitian kedua, digunakan sistem pengering semprot dengan tekanan udara sebesar 1 bar untuk dilakukan proses mikroenkapsulasi menggunakan campuran gelatin (25 ml), maltodekstrin (75 ml), serta air (400 ml). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar ukuran hasil mikrostruktur pada penyaring siklon, dinding siklon, serta permukaan erlenmeyer dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa semakin rendah rasio kelembaban, maka laju aliran materialnya semakin tinggi dan semakin rendah temperatur udara keluar yang digunakan, maka laju aliran material yang dicapai juga semakin rendah, begitupun sebaliknya. Kemudian, dari hasil penelitian kedua diperoleh ukuran mikrostruktur pada penyaring siklon dan permukaan erlenmeyer sebesar 10 μm, serta pada dinding siklon yang memiliki ukuran sebesar 20 μm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa alat pengering mampu menjalankan proses mikroenkapsulasi dengan menggunakan tekanan udara sebesar 1 bar.

The process of air dehumidification and microencapsulation is one part of the process that occurs in the use of dryers unnaturally. Dehumidification and microencapsulation processes can be applied through a spray dryer system, which is very useful especially in the field of food processing industry. In the first study, a spray dryer system was used using water media, which consisted of variations in intake air humidity obtained through evaporator temperatures (100C, 150C, 200C, and 250C) and variations in outgoing air temperatures (600C, 900C, 1200C). Variations in the rate of air flow used in this study consisted of 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm. This study aims to determine the influence of variations in air humidity out and air temperature out to the flow rate of materials using water media in the spray dryer system. In the second study, a spray dryer system with an air pressure of 1 bar was used to microencapsulate using a mixture of gelatin (25 ml), maltodextrin (75 ml), and water (400 ml). This study aims to find out the size of microstructure results in cyclone filter, erlenmeyer wall, and erlenmeyer surface by using air pressure of 1 bar. The results of the first study showed that the lower the humidity ratio, the higher the flow rate of the material and the lower the outtake air temperature used, the lower the flow rate of the material, and vice versa. Then, from the results of the second study obtained the size of microstructures on cyclone filters and erlenmeyer surfaces of 10 μm, as well as on the wall of cyclones that has the size of 20 μm. The results showed that the dryer is able to run the microencapsulation process using an air pressure of 1 bar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandirizki Naufal Winardi Abubakar
"Kehadiran globalisasi membawa pengaruh pada kehidupan kita khususnya pada teknologi. Teknologi akan terus berkembang seiring berjalan nya waktu. Salah satu contoh nya pada teknologi di bidang pengeringan. Proses pengeringan sangatlah diperlukan pada negara Indonesia karena merupakan negara tropis yang memiliki kelembaban udara yang tinggi menyesuaikan pada dua musim yang ada di negara ini yaitu musim hujan dan musim kemarau. Untuk itu dalam penelitian ini agar mengetahui bagaimana solusi yang diberikan agar udara yang lembab dapat dikonversikan menjadi udara yang kering agar dapat digunakan untuk proses pengeringan. Proses pengeringan yang ingin dikembangkan yaitu pada alat packed bed dryer menggunakan sistem dehumidifikasi udara dengan memanfaatkan silica gel sebagai desiccant nya. Untuk mengetahui bagaimana sistem tersebut dapat berjalan dengan efisien maka dilakukan simulasi menggunakan software Ms. Excel. Dalam penelitian ini dilakukan variasi terhadap dimensi pada desiccant dan temperatur udara masuk dengan mengasumsikan kecepatan aliran massa udara, kelembaban udara relatif konstan pada setiap simulasi. Hasil yang didapat dalam total 40 variasi temperatur udara masuk (Tai) dan dimensi desiccant silica gel menghasilkan rata - rata kenaikan moisture content dan penurunan temperatur udara keluar (Tao) tiap diameter desiccant. Untuk Tai 27oC sebesar 1,07682 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,67806oC, Tai 28oC sebesar 1,11054 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,80604oC, Tai 29oC sebesar 1,14503 x 10-8 kg/kg dengan Tao 29,9342oC, Tai 30oC sebesar 1,18029 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,0626oC, Tai 31oC sebesar 1,2148 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,1910oC, Tai 32oC sebesar 1,25318 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,32oC, Tai 33oC sebesar 1,29082 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,4491oC, dan Tai 34oC sebesar 1,32927 x 10-8 kg/kg dengan Tao 30,5784oC per 1 milidetik sampai 10 detik.

The presence of globalization has an influence on our lives specifically in technology. Technology will continue to develop over time. One of the example of this technology is drying. The drying process is very necessary in Indonesia because Indonesia is a tropical country that has high humidity which is it will adjust based on the two seasons in this country such as rainy season and dry season. For this reason in this study to find out how the solution provided for moist air can be convered into dry air so it can be used for the drying process. The drying process to be developed in a packed bed dryer using an air dehumidification system using silica gel at its desiccant. To find out how the system can run efficiently, simulation is done using Ms. Excel. In this research, variations in the dimmension of desiccants and air inlet temperature are carried out by assuming the air mass flow velocity, relative humidity is assumed to be constant in each simulation. The results obtained in a total of 40 variations of inlet air temperature (Tai) and the dimensions of desiccant silica gel produce an average increase in moisture content and a decrease in outlet ait temperature (Tao) per desiccant diameter. For Tai 27oC, the average moisture content is 1,07682 x 10-8 kg/kg with Tao 29,67806oC, Tai 28oC, the average moisture content is 1,11054 x 10-8 kg/kg with Tao 29,80604oC, Tai 29oC the average moisture content is 1,14503 x 10-8 kg/kg with Tao 29,9342 oC, Tai 30oC the average moisture content is 1,18029 x 10-8 kg/kg with Tao 30,0626oC, Tai 31oC the average moisture content is 1,2148 x 10-8 kg/kg with Tao 30,1910oC, Tai 32oC the average moisture content is 1,25318 x 10-8 kg/kg with Tao 30,32oC, Tai 33oC the average moisture content is 1,29082 x 10-8 kg/kg with Tao Tao 30,4491oC, Tai 34oC the average moisture content is 1,32927 x 10-8 kg/kg with Tao 30,5784oC per one milisecond until ten seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Budiman Yusuf
"Sistem pengendalian temperatur dan kelembaban merupakan bagian dari sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) yang merupakan salah satu contoh sistem pengendalian yang banyak digunakan dalam berbagai sektor industri. Pengaturan temperatur dan kelembaban tersebut mempengaruhi kondisi ruangan yang umumnya dalam sektor industri digunakan sebagai tempat penyimpanan. Pengendalian temperatur dan kelembaban yang baik akan menjaga kualitas dari objek yang disimpan. Namun penggunaan sistem HVAC juga memberikan tanggungan biaya yang cukup besar untuk dapat beroperasi, sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mempunyai kinerja yang lebih baik dan dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian sistem. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengendalian temperatur dan kelembaban yang baik dengan menggunakan Agent Reinforcement Learning dengan algoritma Deep Determinisitic Policy Gradient (DDPG) pada perangkat lunak MATLAB dan SIMULINK serta membandingkan hasil pengendalian berupa respon transiennya terhadap pengendalian berbasis pengendali PI. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sistem HVAC dapat dikendalikan lebih baik oleh Agent RL DPPG dibandingkan dengan pengendali PI yang ditandai dengan respon transien seperti settling time yang lebih unggul 55,84% untuk pengendalian temperatur dan 96,49% untuk pengendalian kelembaban. Kemudian rise time yang lebih cepat mencapai < 3 detik untuk mencapai nilai set point temperatur dan kelembaban.

The temperature and humidity control system is a part of the HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) system, which is an example of a control system widely used in various industrial sectors. The regulation of temperature and humidity significantly affects the conditions of indoor spaces commonly utilized as storage areas in industrial settings. Proper temperature and humidity control are essential to maintain the quality of stored objects. However, the use of HVAC systems also comes with substantial operational costs, necessitating the development of a more efficient system that can minimize operational expenses. This research aims to achieve effective temperature and humidity control using the Agent Reinforcement Learning approach with the Deep Deterministic Policy Gradient (DDPG) algorithm implemented in MATLAB and SIMULINK software. The study also compares the control results, particularly the transient response, with those obtained from the Proportional-Integral (PI) controller-based system. The research findings demonstrate that the HVAC system can be better controlled by the Agent RL DPPG, as evidenced by superior transient responses, with a 55.84% improvement in settling time for temperature control and a 96.49% improvement for humidity control. Additionally, the rise time achieved is less than 3 seconds to reach the set point for both temperature and humidity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yonathan
"Penelitian ini melakukan proses simulasi pengendalian temperatur dan kelembaban pada sebuah pengendali MIMO, yang berkerja dengan mengatur temperatur air yang melewati heat-exchanger dan tingkat keaktifan humidifier untuk melakukan proses humidifikasi. Simulasi ini dilakukan menggunakan Agent Reinforcement Learninig dengan Algoritma Twin Delayed Deep Deterministic Policy Gradient Agent (TD3) pada perangkat lunak MATLAB dan Simulink. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan respon pengendalian yang lebih baik dibanding pengendali umum PI Controller dengan membandingkan respon pengendalian yang dihasilkan berupa overshoot, settling time, rise time, dan steady state error. Batasan pada penlitian ini adalah perubahan temperatur yang dihasilkan dari proses pengendalian adalah 25°C dan perubahan kelembapan berada pada rentang +21% hingga – 60%. Didapatkan hasil Agent RL TD3 yang dapat melakukan proses kontrol sistem dengan performa yang jauh lebih baik dibandingkan PI Controller berdasarkan respon pengendalian yang dilakukan.

This research conducts a simulation process of temperature and humidity control in a Multiple Input Multiple Output (MIMO) controller, which operates by regulating the temperature of water passing through a heat exchanger and the activation level of a humidifier for the humidification process. The simulation is performed using Agent Reinforcement Learning with the Twin Delayed Deep Deterministic Policy Gradient Agent (TD3) algorithm in MATLAB and Simulink software. The objective of this study is to obtain better control responses compared to the conventional PI Controller by comparing the control responses in terms of overshoot, settling time, rise time, and steady-state error. The limitations of this study include temperature changes resulting from the control process being 25°C, and humidity changes ranging from +21% to -60%. The results show that the TD3 RL agent can control the system with significantly better performance than the PI Controller based on the control responses obtained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathan Akbar Rahmani
"Penelitian dilakukan dalam bentuk simulasi sistem pengendalian temperatur dan kelembaban relatif pada central air-conditioner pabrik tekstil. Pengendalian menggunakan Reinforcement Learning (RL) dengan algoritma Proximal Policy Optimization (PPO). RL dirancang dan diambil datanya menggunakan software RL Designer ToolBox di MATLAB. Dilakukan training pada agent PPO untuk mengendalikan sistem dengan range pengendalian temperatur 18 o C – 25 o C dan kelembaban relatif 55% - 85%. Hasil training agent diukur dan dibandingkan performanya terhadap PI controller menggunakan parameter step response yang terdiri dari rise time, settling time, error steady state, dan overshoot. Berdasarkan pengujian hasil training didapatkan secara keseluruhan iterasi pengendalian temperatur dan kelembaban relatif RL memiliki rise time dan settling time dibawah 90 detik, memiliki percent overshoot dalam rentang 0% s.d 150%, dan steady state error kurang dari 1%.

The research was conducted in the form of a simulation of the temperatur and relatif humidity control system in the central air-conditioner of a textile factory. The control uses Reinforcement Learning (RL) with Proximal Policy Optimization (PPO) algorithm. RL was designed and data was collected using RL Designer ToolBox software in MATLAB. PPO agent was trained to control the system with a temperatur control range of 18oC – 25oC and relative humidity of 55% - 85%. The results of agent training are measured and compared to PI controller performance using step response parameters consisting of rise time, settling time, steady state error, and overshoot. Based on testing the training results obtained overall iteration of temperatur control and relatif humidity RL has a rise time and settling time under 90 seconds, has a percent overshoot in the range of 0% to 150%, and steady state error less than 1%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>