Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ilham Kusdinar
"Dalam tahapan ekplorasi emas, diperlukan suatu metode yang dapat mendeteksi keberadaan suatu endapan urat – urat kuarsa (vein kuarsa), dimana urat – urat tersebut berasosiasi dengan zona patahan dan zona alterasi. Metode Magnetik adalah salah satu metode Geofisika yang dapat merespon keberadaan suatu zona patahan dan zona alterasi di bawah permukaan, sehingga metode magnetik ini digunakan untuk menduga adanya suatu keberadaan urat – urat kuarsa. Dari hasil data pengukuran dilakukan KOREKSI DIURNAL dan KOREKSI IGRF, kemudian dilakukan UP WARD CONTINUATION untuk men – smoothkan grafik lintasan pengukuran, dan ketika pemodelan menggunakan metode FORWARD MODELLING untuk memperoleh gambaran awal mengenai geometri benda anomali bawah permukaan. Dari hasil pemodelan diketahui yaitu bahwa terdapat 3 lintasan yang diperkirakan berprospek untuk dilakukan pengeboran. Rekomendasi pengeborannya yaitu Lintasan GKD 1 diduga terdapat jalur vein sekitar titik -75 sampai -70 untuk itu rekomendasi titik pengeboran disekitar titik -5 dan 0 dengan kemiringan 450 arah horizontal, Lintasan GKD 2 diduga terdapat jalur vein sekitar titik -75 sampai -50 untuk itu rekomendasi titik pengeboran disekitar antara titik -6 dan -5 serta antara -3 dan -2 dengan kemiringan 450 arah horizontal, Lintasan GKD 3 diduga terdapat 3 jalur vein sekitar titik -100 sampai -75, lalu sekitar titik 0 sampai 50 dan sekitar titik 200 sampai 225, untuk itu rekomendasi titik pengeboran titik bor ditempatkan diantara titik -6 & -3, kemudian titik bor ditempatan diantaranya titik -1 & 4 dan titik bor ditempatkan diantara titik 7 & 12 dengan kemiringan 450 arah horizontal.

In Gold eksploration, need a method where it can be detect the vein of quarz, where that vein is associated with fault and alteration zone. Magnetic method are one of geophysics method where it can give response about the fault and alteration zone in under surface, so this magnetic method are use to know the vein of quarz. From the aqusition data doing the DIURNAL CORRECTION and IGRF CORRECTION, than doing UP WARD CONTINATION to smoothing the profile of magnetic, and than at modelling is use the FORWARD MODELLING to estimate the geometry of anomali in under surface. From the modelling known that from 6 line is just have 3 line prospect to do eksploration. The recomand to drilling is at line GKD 1 have a vein where the location is about point -75 until -70 and for drilling are about point -5 and 0, The recomand to drilling is at line GKD 2 have a vein where the location is about point -75 until -50 and for drilling are about point -6 and -5 and than about point -3 and -2, The recomand to drilling is at line GKD 3 have a vein where the location is about point -100 until -75, 0 and 5, 200 and 225, and for drilling are about point -6 and -3 and than about point -1 and 4, and last is about 7 and 12."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Santi Nurhandayani
"Metode terintegrasi ( Polarisasi Terimbas dan Magnetik) dapat memberikan gambaran struktur batuan bawah permukaan yang mengandung mineral sulfida (emas). Berdasarkan kondisi geologi pembentukan mineral emas, daerah prospek ”S” Banten ini termasuk dalam sistem epitermal dengan urat kuarsa (vein) yang terlokalisir di daerah struktur patahan. Pengukuran Magnetik dan IP pada tiap titik pengukuran menghasilkan perbedaan harga hasil pengukuran akibat beda sifat fisik batuan. Pengukuran Induced Polarization (IP) frekuensi domain telah dilakukan dengan spasi elektroda 20 m sebanyak 6 lintasan, dan pengukuran magnetik telah dilakukan guna mendapatkan harga intensitas magnetik total dengan reduksi Upward Continuation. Pemodelan terintegrasi 2D data IP dan Magnetik telah memberikan informasi penyebaran vein kuarsa yang berhubungan dengan deposit emas sehingga daerah prospek dapat dilokalisir. Dari hasil studi ini disimpulkan bahwa vein kuarsa terdapat pada lintasan-1, lintasan-2, dan lintasan-6 dengan kedalaman ± 50 meter. Dan penyebab adanya sumber anomali dapat diindentifikasi di lintasan-6.

Integrated methods (Induced Polarization and Magnetic) may give a glimpse of structure beneath surface which contains sulphide minerals (gold). According to geological condition which forms gold, this “S” prospect area is considered as an epithermal system with kuarsa vein that is located in the faulth structure. The result of Magnetic and IP measurement on each measuring point shows differences due to the differences of compositions of rock. Has been done measuring Induced Polarization Frequency Domain with electrode spacinng of 20m for 6 lines and Magnetic measurement has also been done to archieve total magnetic intensity with Upward Continuation reduction. 2D integrated model from IP and Magnetic data has provide information on quartz vein spreading which connected with gold deposit, in return prospect areas can be located. From this study we can summarize that quartz vein are located on line-1, line-2, and line-6 with depth approximately 50 meters. And the reason for anomaly source can be indicated on line-6."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raju Eka Candra
"Daerah X diperkirakan memiliki kandungan deposit mineral bijih besi. Survei geofisika dengan metode Resistivitas Dipole-Dipole dan metode Magnetik telah dilakukan di daerah tersebut. Metode Dipole-Dipole dilakukan pada 6 buah lintasan dengan panjang lintasan masing-masing sebesar 300 m, jarak antar elektroda 30 m dengan target kedalaman sekitar 50 m. Metode Magnetik dilakukan mengikuti lintasan yang sama dengan spasi 50 m. Pemetaan deposit dilakukan dengan interpretasi terpadu melalui hasil pemodelan 2D data Dipole-Dipole dan Magnetik, sehingga didapat batasan zona mineralisasi yang menyebar pada semua line dan Volume deposit yang terkandung.

X area indicated contens a mineral deposit of iron ore. Geophysics surveys with Resistivity Dipole-Dipole method and Magnetic method carried out to investigate in that area. Dipole-Dipole method carried out to 6 number of lines with each a length of line 300 m, range between electrode is 30 m with depth target about 50 m. Magnetic method carried out by following same line with range point is 50 m. Investigate of deposit carried out by combined Interpretation result of 2D modeling Dipole-Dipole and Magnetic date, This fact lead to estimate of mineralization zone barrier for all lines and deposit volume."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S28863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Magfiroh
"Metode Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics (CSAMT) mampu memberikan gambaran struktur batuan bawah permukaan yang diperkirakan mengandung mineral emas berdasarkan pola penyebaran dari nilai resistivitas di bawah permukaan serta berdasarkan kondisi geologi pembentukkan mineral emas di daerah prospek “X” yang termasuk dalam sistem epithermal dengan urat kuarsa (vein). Hasil dari pengukuran metode Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics (CSAMT) pada tiap line pengukuran memberikan perbedaan nilai resistivitas yang diakibatkan oleh sifat fisik batuan yang berbeda. Pengukuran metode CSAMT ini dilakukan dengan menggunakan spasi antar titik pengukuran (sounding) sebesar 25 meter. Banyaknya jumlah line pengukuran adalah 4 line, dengan jarak antar line adalah 100 meter.
Dari hasil pengukuran data CSAMT kemudian dilakukan inversi dan setelah itu dilakukan pemodelan 3D. Hasil inversi dan pemodelan 3D data CSAMT tersebut mampu memberikan informasi penyebaran vein kuarsa yang berhubungan dengan deposit emas sehingga daerah prospek emas tersebut dapat terlokalisir.

Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics Method (CSAMT) capable of providing images of rock structures under the surface of sulfide minerals (gold). Based on the geological conditions of formation of gold mineral prospects in the region “X” are included in the system with epithermal Quartz vein (vein). Results of measurement methods Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics (CSAMT) on each line measurements provide the difference in resistivity values due to the physical properties of different rocks. CSAMT method of measurement is done by using the space between the measurement points (sounding) of 25 meters. A large number of line measurement is 4 line, with line spacing is 100 meters.
From the results of measurements and then performed CSAMT data inversion and then made 3D modeling. Results of inversion and 3D modeling CSAMT data is able to provide information dissemination quartz vein related gold deposits so that the prospect of gold can be localized."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29312
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Wira Perdana
"Metode Controlled Source Audio Frequency Magnetotelluric (CSAMT) memanfaatkan sumber buatan guna mendapatkan sinyal yang stabil dengan cara menginjeksikan arus dari transmitter dan diterima oleh receiver. Menggunakan frekuensi yang telah diatur yaitu frekuensi 6400 Hz - 2 Hz dengan target kedalaman > 1 km dan lama waktu pengukuran 30 menit pada setiap titik pengukuran. Hasil pengukuran yang didapat berupa medan magnet dan medan listrik yang ditangkap oleh receiver kemudian dengan persamaan Cagniard diperoleh nilai resistivitas semu. Pengukuran dilakukan di daerah ?A? dengan sistem hidrotermal tipe epitermal. Dari data lapangan dilakukan proses editing dan smoothing menggunakan software CMTpro kemudian dilakukan inversi menggunakan Bostik Inversion pada software MTSoft2D
Penggunaan metode CSAMT ini didukung dengan metode geofisika lain seperti IP, resistivity, dan magnetik. Metode CSAMT dapat memberikan gambaran bawah permukaan dengan penetrasi yang lebih dalam zona penyebaran emas serta didukung metode IP, resistivity dan magnetik untuk mendapatkan korelasi pada kedalaman yang lebih dangkal. Hasil pengolahan ditampilkan secara 2D dengan software surfer 9 dan 3D dengan software Geoslicer-X. Terdapat korelasi hasil CSAMT dengan respon resistivitas > 350 Ohm.m pada kedalaman 400 meter serta diperkuat dari data pendukung metode resistivity dengan resistivitas > 350 Ohm.m dengan respon profil magnetik yang berundulasi, dan nilai PFE tinggi > 4%, yang merupakan zona silifikasi pada lintasan 8 dan 9.

Controlled Source Audio Frequency Magnetotelluric (CSAMT) method is using an artificial to obtain a stable signal by injecting current from the transmitter and received by the receiver. Using preset frequency is 6400 Hz frequency - 2 Hz with a target depth of> 1 km and a long measurement time of 30 minutes, in each point of measurement. The measurement results obtained a magnetic field and electric field. and then use the equation Cagniard to get an apparent resistivity values. Measurements were taken in the area ?A? with type epithermal hydrothermal system. From the field data editing and smoothing process is carried out using software CMTpro. For the inversion is using a Bostik Inversion method with MTsoft2D.
CSAMT method is supported by other geophysical methods such as IP, resistivity and megntic. CSAMT method can provide subsurface with a deeper penetration of the gold zone, supported method for distributing IP, resistivity and magnetic fields to obtain the correlation in the lower depth. The processing results is present in 2D with surfer 9 and 3D software with software Geoslicer-X. There is a correlation of results with a response CSAMT resistivity > 350 Ohm.m at a depth of 400 meters and reinforced the supporting data with the resistivity method resistivity > 350 Ohm.m with an undulation magnetic response profile, and high PFE values > 4%, which is a silicified zone on lines 8 and line 9.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1148
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Nugrahitasari
"Telah dilakukan penelitian geofisika dengan metoda magnetik di Sorolangun, Jambi, Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengindetifikasi zona mineralisasi emas sistem porfiri berdasarkan hasil pemodelan magnetik 3D. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM) dan Global Positioning System (GPS). Luas area 2000 meter x 2000 meter dengan spasi antar titik 5 meter. Pengolahan data mentah dilakukan dengan koreksi diurnal (koreksi variasi harian) dan IGRF (international geomagnetics Refrence Field) untuk mendapatkan medan anomali lokal. Kontinuasi keatas dilakukan pada ketinggian 50 meter. Turunan kedua vertikal (SVD) digunakan untuk menentukan jenis struktur pada wilayah penelitian agar mempermudah proses interpretasi.
Penggunaan Reduksi ke kutub dilakukan untuk menyederhanakan proses interpretasi, namun karena wilayah penelitian berada di ekuator maka pengaplikasian RTP ini tidak maksimal, sebagai penggantinya digunakan Sinyal Analitik untuk mempermudah penentuan letak dari tubuh anomalinya. Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisis peta anomali medan magnetik total yang telah dikontinuasi dan diturunkan dua kali secara vertical. Hasil ini dikorelasikan dengan hasil pemodelan metoda magnetik 3D dan data IP.

A geophysical studies have been conducted with the magnetic method in Sorolangun, Jambi, Sumatra. This study aims to identify the zones of gold mineralization porphyry system based on 3D magnetic modeling results. Data were collected by using a Proton Precession Magnetometer (PPM) and Global Positioning System (GPS). The area of 2000 meters x 2000 meters with a space between a point 5 meters. Raw data processing is done with diurnal correction (correction of daily variation) and IGRF (International Geomagnetics Refrence Field) to get a local anomaly field. Upward Continuation performed at a height of 50 meters. The second vertical derivative (SVD) is used to determine the type of structure in the study area in order to facilitate the process of interpretation.
Reduction to the poles conducted to simplify the process of interpretation, however, because the study area is located at the equator then the application of RTP is not optimal, as the successor of Analytical Signal used to facilitate the determination of the location of the body anomalies. Qualitative interpretation is done by analyzing the total magnetic field anomaly maps that have been in continuation and lowered vertically twice. These results will be correlated with the results of the 3D magnetic modeling methods and data IP.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Aji Pratama
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
FIS.066/09 Pra a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Aji Pratama
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S29295
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S29326
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Zanuar
"Tujuan Penelitian:
1. Mempelajari proses akuisisi data metode magnetotellurik secara langsung di lapangan
2. Mempelajari lebih dalam karakteristik objek yang mengandung potensi panasbumi
3. Mempelajari lebih dalam prosedur pemrosesan dan pemodelan data metode magnetotellurik
4. Memodelkan penampang resistivitas batuan sistem panasbumi secara 2-dimensi dengan metode magnetotellurik
5. Menggambarkan model konseptual sistem panasbumi dibantu dengan data pendukung untuk mengetahui keberadaan daerah up flow dan out flow."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29366
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>