Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1996
S28245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S28246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.

Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Ulfah
"Permintaan sistem teknologi Terahertz (THz) yang efisien, mudah dipabrikasi, biaya yang terjangkau, serta dapat menanggulangi efek redaman atmosfir merupakan tantangan utama dalam mengembangkan pemanfaatan gelombang THz. Penggunaan antena lensa dielektrik sebagai sumber gelombang THz telah dikembangkan untuk aplikasi pencitraan karena memiliki karakteristik yang dapat menghasilkan hasil citra dengan resolusi tinggi.
Pada penelitian ini, dilakukan studi mengenai pengaruh reduksi ukuran lensa dan substrat dengan metode penenggelaman pada antena lensa dielektrik double-crossed bow-tie planar terhadap kinerja radiasi antena di frekuensi THz. Modifikasi cascaded-optimum matching layer juga diterapkan pada antena untuk meningkatkan kinerja gain, efisiensi radiasi, side lobe level (SLL) serta beamwidth.
Dari hasil simulasi yang dilakukan, penggunaan cascaded-optimum matching layer menghasilkan gain sebesar 34,07 dB dengan efisiensi radiasi sebesar 82,88%. Kinerja SLL serta beamwidth yang didapat juga menghasilkan peningkatan yang lebih baik. Pada reduksi ukuran lensa yang dilakukan, semakin kecil ukuran lensa maka kinerja gain dan efisiensi semakin menurun. Sedangkan penambahan reduksi dimensi substrat tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja radiasi antena. Namun dari hasil simulasi yang didapat, reduksi ukuran lensa sebesar 43% serta reduksi volume material dielektrik sebesar 20% masih memenuhi spesifikasi gain yang dibutuhkan pada aplikasi pencitraan. Kinerja SLL dan beamwidth yang dihasilkan juga seimbang untuk bidang E dan bidang H.

The demand of Terahertz (THz) technology system which are efficient, easily fabricated, affordable costs, and being able to overcome the atmospheric loss is a major challenge in extending the utilization of THz waves. The use of dielectric lens antenna as a THz wave source has been developed for imaging applications because it has characteristics that can produce high resolution images.
This research has studied the effect of lens and substrate size reduction by immersion method on double-crossed bow-tie planar dielectric lens antenna to radiation performance at THz frequency. Modifications of cascaded-optimum matching layer are also applied on the antenna to improve gain, radiation efficiency, side lobe level (SLL), and beamwidth performance.
From the simulation result, the use of cascaded-optimum matching layer obtains gain of 34,07 dB with radiation efficiency of 82,88%. The SLL and beamwidth performance also result in better improvements. In the lens size reduction, the smaller of the lens size, the gain and efficiency performance decreases. While the addition of substrate dimension reduction did not have a significant effect on the antenna radiation performance. But from the obtained simulation results, the reduction of lens size by 43% and the reduction of dielectric material volume by 20% still meets the specifications of the gain needed in the imaging application. The result of SLL and beamwidth performance are also equal for both E-plane and H-plane."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masagus Densi
"Dalam penelitian ini dilakukan pabrikasi dan karakterisasi pandu gelombang planar. Material yang digunakan sebagai sample adalah Substrat galas BK-7 dan larutan kalium nitrat KNO3 melalui proses IE ( Ion Exchange ) terjadi proses pertukaran ion K+ dan Na+ waktu yang ditetapkan dalam percobaan ini adalah 0,5 jam, 1 Jam, 1,5 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam, pada temperatur 385° C, Terhadap pandu gelombang hasil pabrikasi ini dilakukan pengukuran masing - masing sample dengan metode m-line sehingga didapat nilai indeks bias effektif dan jumlah moda pandu gelombang planar. Pada pengukuran dengan waktu pertukaran ion 0,5 jam sampai dengan 1 jam nilai indeks bias effektif tidak terukur, sedangkan untuk waktu pertukaran ion 1,5 jam sampai dengan 6 jam nilai indeks bisa efektif berkisar dari 1,5151 sampai 1,600 dan untuk sample pengukuran 12 jam sampai dengan 48 jam nilai indeks bisa efektifnya lebih besar dari 1,600. Jumlah moda yang terukur untuk 1,5 jam sampai dengan 3 jam sebanyak 1 moda, untuk 6 jam sebanyak 2 moda , untuk 12 jam sebanyak 3 moda, untuk 24 jam sebanyak 4 moda dan untuk sample 48 jam sebanyak 5 moda. Jumlah moda hasil pengukuran ini masih bersesuaian dengan jumlah moda basil pengukuran yang dilakukan oleh penelitian lain."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dedi Priadi
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Alvian
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1537
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian
"Saat ini telah banyak dikembangkan proses eliminasi Sox. Salah satu diantaranya adalah dengan sistem adsorpsi menggunakan tembaga oksida (CuO). Untuk mempertemukan SOx sebanyak mungkin dengan CuO maka luas kontak antar sesamanya perlu diperluas, sehlngga CuO perlu didispersikan pada suatu penyangga yang mempunyai luas permukaan cukup luas.
Pada penulisan ini, CuO didispersikan pada zeolit alam dari Lampung. Metode yang digunakan adalah pertukaran ion (ion exchange) dengan menggunakan H-zeolit alam sebagai senyawa perantara. Pada prosesnya, kation H+ yang terikat pada struktur zeolit alam diharapkan bertukar dengan senyawa CuO yang berasal dari reaksi Cu(NO3)2 + NH3 pekat. Kondisi larutan yang terbentuk dibuat dalam suasana basa dengan larutan Ammonium Hidroksida (pH 9). Setelah proses-proses lanjutan seperti pengeringan pada T=110°C dan kalsinasi pada T=550°C, diharapkan CuO akan terbentuk pada permukaan zeolit alam. Untuk mengetahuinya maka dilakukan karakterisasi dengan menggunakan peralatan FTIR, XRD, AAS dan BET.
Dari hasil analisis FTIR peak ion NO3 dan senyawa CuO tidak terlihat, sedangkan dengan menggunakan XRD diperlihatkan bahwa pada sampel terbentuk peak CuO yaitu pada sudut difraksi (2φ) sekitar 35º, 38º, dan 48º. Karakterisasi dengan AAs memberikan hasi loading yang sebenarnya terbentuk dalam CuO/Zeolit alam. Sementara luas permukaan adsorben didapat lebih besar dari luas permukaan CuO murni dan zeolit alam. Analisis dispersi dilakukan dengan adsorpsi isotermik pada T=350ºC dan hasil terbaik mencapai 81,61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
"Proses cementing pada pengeboran minyak bumi menggunakan semen tipe “G” atau oil well cement. Untuk mendapatkannya di lakukan penambahan aditif pada semen tipe “A”. Salah satu aditif yang bisa dipakai ialah fly ash dari pembakaran batubara. Meskipun Indonesia memiliki unit pembakaran batubara namun fly ash-nya belum memiliki kriteria sebagai aditif oil well cement karena memiliki porositas yang rendah serta densitas yang tinggi. Densitas yang tinggi dari fly ash ditandai dengan tenggelamnya fly ash dalam air. Hal ini diakibatkan oleh tingginya kadar kalsium.
Penelitian ini bertujuan membuat aditif untuk oil well cement dari fly ash dengan cara menggantikan kalsium dengan aluminium melalui metode pertukaran ion. Jari-jari atom aluminium yang lebih kecil dari kalsium dapat membuat rongga antar kristal dan meningkatkan porositas yang ditandai dengan mengapungnya fly ash. Analisa ICP dan AAS dipakai untuk menentukan kadar kalsium dan aluminium dalam fly ash. Sedangkan XRD digunakan untuk menentukan jarak antar bidang kristal fly ash.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertukaran ion ammonium karbonat berhasil menukar kalsium sebesar 1.9 µg/g fly ash. Sedangkan pertukaran aluminium nitrat berhasil menukar aluminium hingga 1885 µg/g fly ash yang juga terindikasi dengan adanya 30% fly ash yang mengapung.

Cementing process on petroleum drilling use cement type “G” or oil well cement. It can be obtained by adding additives to cement type “A”. One of the additives which can be used is fly ash from coal combustion. Although Indonesia has coal burning units, but the fly ash not a criteria as additives oil well cement due to low porosity and high density to sink in water. It is caused by high calcium levels.
This research aims to make the cavity between the crystal and increase porosity marked with floating fly ash. ICP and AAS analysis used to determine the rate of calcium and aluminium in the fly ash.
The result showed that calcium ion exchange successfully convert 1.9 µg/g fly ash with 1885 µg/g fly ash aluminium and 30% fly ash that float.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>