Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150598 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambun, Saul M. Pardamean
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S28370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heinz Kristian Pramono
"Perkembangan teknologi renewable energy dan mobile energy storage menyebabkan peningkatan kebutuhan akan suatu media penyimpan daya dengan kualitas dan kapasitas tinggi. Selain kualitas dari media penyimpan daya, dibutuhkan juga suatu sistem manajemen daya untuk memonitor penggunaan daya baterai. Untuk memonitor penggunaan daya baterai tersebut, diperlukan suatu metoda pembacaan level kapasitas baterai yang akurat dan keandalan tinggi. Hambatan dalam baterai merupakan sebuah sifat resistif dalam baterai yang dapat digunakan untuk menentukan level kapasitas baterai. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang korelasi pengukuran hambatan dalam baterai dengan level kapasitas daya tersisa pada baterai, kemudian korelasi antara pengukuran hambatan dalam baterai dengan level kapasitas daya dinyatakan dalam bentuk grafik state of charge vs hambatan dalam baterai, dimana besar nilai hambatan dalam baterai per sel adalah 10 milliOhm ketika SoC 100 dan 330 miliohm ketika SoC 61,5 , grafik korelasi dapat dilihat pada bab 4. Mengacu pada grafik hasil penelitian, ditemukan setiap peningkatan nilai hambatan dalam baterai akan berkorelasi terhadap penurunan level kapasitas daya baterai yang tersisa.

By the advancement of renewable energies and mobile energy storages, the needs of high quality and high capacity batteries are increasing. Simultaneously, the improvement of battery management systems is inevitable, hence to improve the quality of battery management system, the accuracy of power capacity measurement is required. Battery internal resistance measurement is a new method to measure battery rsquo s power capacity. This thesis will discuss about the correlation of battery internal resistance and the power capacity, also the accuracy of the measurement. The correlation between battery internal resistance and the battery capacity shown in state of charge vs internal resistance line graphic, where the battery rsquo s cell internal resistance measured are 10 milliOhms for SoC 100 and 330 milliOhms for SoC 61,5 , the correlation are shown on the graphic at chapter 4. Based on the experiments, for every increment of battery rsquo s internal resistance correlates with the reduction of Battery rsquo s State of Charge values."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA1254
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Trimurti Parnomo
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian: Uji hambatan hemaglutinasi (HH) merupakan salah satu uji serologi yang secara luas dipakai untuk mendeteksi antibodi terhadap virus dengue baik sebagai konfirmasi diagnosis atau untuk tujuan serosurvei. Mengingat bahwa penyediaan antigen baku yang dipakai untuk uji ini secara teknis tidak mudah dilakukan dan memerlukan waktu yang cukup lama, maka dicoba. untuk mencari sumber antigen alternatif dari media biakan sel yang diinfeksi virus dengue tipe 2 (DV-2). Penelitian ini dilakukan terhadap 3 macam biakan sel yaitu sel BHK klon 21, sel Aedes albopictus klon C6/36 (C6/36) dan sel Aedes pseudascutella ris klon 61 (AP61). Untuk meningkatkan titer antigen yang terbentuk, maka dicoba menambahkan deksametason dan DMSO ke dalam media, disamping itu dilakukan juga presipitasi dengan PEG 6000. Selanjutnya reaktifitas dari antigen alternatif tersebut dibandingkan dengan antigen baku terhadap 62 pasang serum tersangka penderita demam berdarah dengue (DBD) dan 30 serum normal secara uji HH.
Hasil dan kesimpulan : Antigen (hemaglutinin) yang diproduksi oleh biakan eel AP61 dan C6/36 mempunyai titer yang lama tinggi. Penambahan deksametason 10-5M ke dalam media tanpa serum dapat meningkatkan titer hemaglutinin yang secara statistik tidak berbeda bila dibandingkan dengan titer yang berasal dari media yang mengandung serum dengan atau tanpa deksametason. Hasil uji HH menunjukkan, bahwa titer antibodi terhadap antigen alternatif yang telah dipresipitasi dengan PEG 6000 tidak berbeda bila dibandingkan dengan titer antibodi terhadap antigen baku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antigen alternatif dapat dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue secara uji HH.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Prihandoko
"Komposit elektrolit dibuat dalam bentuk plat sebagai komponen sel baterai lithium. Komposit elektrolit ini bermatrik soda lime silica atau windows glasses dan menggunakan filler LTAP ( Lithium Titanium Aluminum Phosphate ). Tetapi tahap pertama dilakukan pembuatan gelas konduktif dengan mencampurkan soda lime silica dan Li2O dalam variasi penambahan. Kemudian komposit dibuat dengan menvariasikan filler LTAP dari 0%wt sampai 80%wt.
Pembuatan plat komposit dilakukan dengan metoda sheet cating atau press yang menggunakan hydraulic press. Sampel dibuat pada ukuran 2cmx2cm dengan tebal hamper 1 mm. Sampel selanjutkan dipanaskan pada suhu di atas Tg soda lime silica, yaitu 6000C selama 1 jam, sehingga matrik melembek dan berfungsi sebagai perekat. Plat komposit kemudian didinginkan cepat ( quenching ) dengan nitrogen cair pada suhu -1000C. Sampel dikarakterisasi dengan XRD, SEM-EDX, konduktifitas, mikro hardness, porositas dan densitas.
Komposisi matrik terbaik adalah 92,5%wt soda lime silica dan 7,5%wt Li2O. Dan komposisi komposit terbaik adalah 75%wt LTAP dan 25%wt soda lime silica. Porositasnya mencapai 40%. Analisa SEM menunjukan bahwa soda lime silica dapat berfungsi sebagai lem. Analisa XRD menyatakan bahwa LTAP tidak bereaksi dan soda lime silica tidak berubah dan tetap berstruktur amorf. Konduktifitas ioniknya berada di sekitar 10-7 S/cm akibat banyaknya pori. Pada pengujian performance, komposit memberikan respon yang baik dengan bahan elektroda grafit dan LiMn2O4 dalam pengujian impedansi EIS. Komposit LTAP dan soda lime silica dapat digunakan sebagai lembaran elektrolit.

The composite electrolyte materials had make in the plat form as a component of lithium battery. The composite has a matrix of soda lime silica ( window glasses ) and a filler of (Lithium Titanium Aluminum Phosphate ). But the first step is to make conductive glasses with a mixing material of soda lime silica and variation composition Li2O. Then the composition of composite has a variation of LTAP filler from 0% wt to 80% wt.
Composite plate had form with press method of sheet casting or hydraulic press. Then plate sample has sinter on the temperature above Tg, namely 6000C, so that the matrix can use as glue. After sintering of 1 hour plate quenched with nitrogen liquid on temperature of ? 1000C. The samples are 2 cm x 2 cm with thickness of 1 mm. The samples have analyzer with XRD, SEM-EDX, EIS, micro hardness, porosity and density.
The best composition of conductive glasses is 92.5%wt of soda lime silica and 7.5% wt of Li2O. And the best composition of composite is 75%wt LTAP and 25%wt soda lime silica. The porosity of plat composite is ca. 40%. SEM analysis has that soda lime silica can to function as glue on the composite. XRD analysis has that LTAP don?t react with soda lime silica and soda lime silica don?t change and has the same structure as amorphous. The ionic conductivity of plat composite is ca.10-7 S/cm. In the test of electrolyte performance, the composite give a good respond with the electrode materials of graphite and LiMn2O4 in the EIS test. The composite can a good function as electrolyte.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
D1214
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajun Hariono
"Indonesia termasuk dalam wilayah yang sangat rawan bencana gempa bumi. Gempa-gempa tersebut telah menyebabkan ribuan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan infrastruktur, serta dana triliunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Pencegahan kerusakan akibat gerakan tanah dapat dilakukan melalui proses perencanaan struktur dan konstruksi yang baik. Salah satu jenis sistem struktur yang banyak digunakan pada bangunan rumah di Indonesia adalah sistem confined masonry. Berdasarkan pengalaman kegempaan, daktilitas struktur merupakan salah satu parameter yang sangat penting dalam menjamin keamanan struktur bangunan. Hasil penelitian ini nantinya bisa digunakan sebagai alternatif teknologi struktur perkuatan daktilitas confine masonry dalam tahap perencanaan struktur. Metodologi penelitian adalah pengujian eksperimental dan analisis numerik. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian eksperimental lateral siklik skala penuh. Aspek yang dianalisa dari hasil pengujian adalah: kekuatan, kekakuan dan daktilitas. Benda uji yang dibuat sebanyak 3 buah yaitu: model konvensional (K), model perkuatan horizontal (H), dan model perkuatan diagonal (D). Dari hasil pengujian dan analisa data diketahui bahwa kinerja aspek kekuatan, kekakuan dan daktilitas Model H lebih superior dari model lainnya."
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016
728 JUPKIM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Yulius Surya Panca Putra
"ABSTRAK
Sintesis dengan metode pendinginan cepat (rapid quenching) dan karakterisasi bahan konduktor superionik berbasis gelas (AgBr)x(LiP03)1-x dengan variasi penambahan AgBr (x) = 0,0; 0,3; 0,5 dan 1 ,0 telah dilakukan. Hasil y~ng diperoleh pada komposisi AgBr (x) = 0,0 berupa bahan substrat gelas LiP03 transparan (bening) dan tidak berwarna, untuk x = 0,3 dan 0,5 diperoleh produk yang masing-masing terdiri dari dua komponen dengan warna berbeda yaitu hijau sebagai komponen AgBr dan merah muda bercampur putih sebagai komponen LiP03 dan untuk x = 1,0 diperoleh padatan AgBr berwarna hijau sebagai garam terlelehkan (molten salt). Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan bahwa substrat gelas LiP03 dan komponen-komponen berwarna merah muda bercampur putih merupakan bahan gelas bersifat amort, sedangkan garam terlelehkan AgBr dan komponen-komponen berwarna hijau merupakan bahan yang masih memiliki sifat kristalin dengan perubahan struktur ke arah amort. Karakterisasi morfologi dan komposisi unsur pada komponen LiP03 dengan SEM-EDS memperlihatkan adanya pertumbuhan presipitat AgBr di dalam matriks gelas yang semakin jelas dengan persen berat yang meningkat dengan semakin besarnya komposisi AgBr. Sementara pada komponen AgBr, mortologinya tidak jauh berbeda untuk semua komposisi AgBr. Penambahan AgBr dengan komposisi x = 0,5 akan menurunkan persen berat total dari Ag dan Br di dalam komponen. Pengukuran densitas terhadap komponen LiP03menunjukkan bahwa komposisi AgBr yang semakin besar meningkatkan
densitas komponen LiP03 dan sebaliknya akan menurunkan densitas komponen AgBr. Secara umum, densitas komponen LiP03Iebih rendah daripada komponen AgBr. Kekerasan Vickers komponen gelas tertinggi diperoleh pada komposisi AgBr (x) = 0, 5 sedangkan pada komposisi yang lain kekerasannya lebih rendah. Sementara itu, komposisi AgBr yang semakin besar secara konsisten menurunkan kekerasan komponen AgBr. Karakterisasi sifat termal dengan DSC menunjukkan temperatur transisi gelas {Tg) komponen LiP03 turun pada komposisi AgBr (x) = 0,3 dan kembali naik pada x = 0,5 sebagai akibat kristalisasi dan presipitasi AgBr di dalam matriks gelas. Sementara itu, komposisi AgBr yang semakin besar secara konsisten akan meningkatkan Tg dari komponen AgBr. Pengukuran konduktifitas ionic dengan LCR-meter menunjukkan bahwa peningkatan komposisi AgBr akan meningkatkan konduktifitas komponen LiP03. Konduktifitas komponen LiP03 tertinggi pada temperatur ruang dan frekuensi 1 Hz adalah 2,3736 X 1 o-7 S/cm pada komposisi AgBr (x) = 0,5. Konduktifitas komponen AgBr turun pada x = 0,5 akibat adanya presipitasi AgBr dan mencapai maksimum pada x = 1,0 yaitu 3,8949 x 1 o-7 S/cm. Secara umum komponen AgBr memiliki konduktifitas yang lebih tinggi daripada komponen LiP03."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, ], [2006, 2006]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika
"Sintesis dengan menggunakan metode indirect (pembuatan substrat gelas terlebih dahulu), metode pendinginan cepat (rapid quenching) dan metode milling telah dilakukan serta karakterisasi bahan konduktor superionik berbasis gelas (AgI)x(LiPO3)1-x dengan variasi penambahan AgI (x) = 0,0; 0,3; 0,5 dan 1,0. Hasil yang diperoleh pada komposisi AgI (x) = 0,0 berupa bahan substrat gelas LiPO3 transparan (bening), untuk x = 0,3 dan 0,5 diperoleh produk yang masing-masing terdiri dari dua komponen yaitu hijau kekuningan sebagai komponen dominan AgI dan bening transparan kekuningan sebagai komponen dominan LiPO3 dan untuk x = 1,0 diperoleh padatan AgI berwarna hijau kekuningan sebagai garam terlelehkan (molten salt). Sedangkan bahan yang telah mengalami proses milling (after milling) berupa serbuk berwarna kuning untuk komponen dominan AgI dan berupa serbuk berwarna coklat untuk komponen dominan LiPO3.
Karakterisasi difraksi sinar-X menunjukkan bahwa substrat gelas LiPO3 dan komponen-komponen bening kekuningan merupakan bahan gelas bersifat amorf, sedangkan garam terlelehkan AgI dan komponen-komponen berwarna hijau kekuningan merupakan bahan yang masih memiliki sifat kristalin. Untuk bahan after milling baik komponen dominan AgI dan komponen dominan LiPO3 pola difraksi sinar-X menunjukkan perubahan ke arah yang lebih amorf.
Pengukuran konduktifitas ionik dengan LCR-meter menunjukkan bahwa peningkatan komposisi AgI akan meningkatkan konduktifitas komponen dominan LiPO3. Adanya proses milling akan meningkatkan nilai konduktifitas karena selain memperkecil ukuran partikel juga memperbesar luas permukaan, memperbanyak kontak partikel, mengurangi porositas sehingga memudahkan proses difusi ion-ion dan membentuk jejak konduksi yang lebih baik. Konduktifitas komponen dominan LiPO3 tertinggi pada temperatur ruang dan frekuensi 1 Hz adalah 6,639 x 10-7 S/cm pada komposisi AgI (x) = 0,3 meningkat menjadi 2,040 x 10-6 S/cm setelah dimilling. Konduktifitas komponen dominan AgI pada x = 0,3 adalah 1,138 x 10-5 S/cm meningkat menjadi 7,049 x 10-5 S/cm setelah dimilling. Konduktifitas komponen dominan AgI pada x = 0,5 adalah 3,942 x 10-5 S/cm meningkat menjadi 1,298 x 10-4 S/cm setelah dimilling. Secara umum komponen dominan AgI memiliki konduktifitas yang lebih tinggi daripada komponen dominan LiPO3.
Karakterisasi sifat termal dengan DTA (Diffential Thermal Analysis) menunjukkan temperatur transisi gelas (Tg) komponen dominan LiPO3 turun pada komposisi AgI x = 0,3 yaitu 2330C bila dibandingkan dengan komponen dominan LiPO3 pada komposisi AgI x = 0,0 yaitu 240,50C. Sementara itu, komposisi AgI yang semakin besar secara konsisten akan meningkatkan Tg dari komponen dominan AgI. Temperatur transisi gelas akan mengalami penurunan pada masing-masing bahan yang telah mengalami proses milling. Bahan AgI murni tidak memiliki temperatur transisi gelas.
Kekerasan Vickers komponen LiPO3 tertinggi diperoleh pada komposisi AgI x = 0, 0 sedangkan pada komposisi yang lain kekerasannya lebih rendah. Sementara itu, kekerasan komponen AgI terendah diperoleh pada x = 1,0, sedangkan pada komposisi lain kekerasannya lebih tinggi. Pengukuran densitas terhadap komponen LiPO3 menunjukkan bahwa komposisi AgI yang semakin besar meningkatkan densitas komponen LiPO3 serta akan menaikkan densitas komponen AgI. Secara umum, densitas komponen LiPO3 lebih rendah daripada komponen AgI.Konsistensi ini terdapat pula pada bahan yang telah mengalami proses milling."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Purnawan
"Menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan bisnis yang cepat diperlukan organisasi yang peka, tanggap dan cepat beradaptasi. Sifat-sifat organisasi ini terbentuk oleh budaya perusahaan yang berkembang dari perjalanan sejarahnya, yang tumbuh secara alamiah atau pun yang dikembangkan dari hasil rekayasa. Budaya perusahaan merupakan suatu _penjabaran nilai-nilai yang diberlakukan dalam suatu perusahaan (core value) yang diturunkan dari visi dan misi yang ditetapkan oleh manajemen. Budaya perusahaan pada perusahaan-perusahaan unggul sengaja dikembangkan dan diperlihara selama bertahun-tahun, bahkan tidak jarang banyak perusahaan mengadakan perombakan dan menggantinya menggantinya dengan budaya baru, sehingga selaras dengan tantangan dan perubahan lingkungan yang dihadapi.
Berbagai cara diberlakukan oleh manajemen perusahaan untuk menumbuhkan budaya perusahaan, antara lain melalui pelatihan yang terprogram dan terstruktur, di mana dalam program tersebut disusun berbagai materi yang terkait dengan budaya perusahaan yang akan akan dintemalisasikan. Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan pelatihan untuk mengembangkan budaya perusahaannya adalah PT Telkomsel, melalui pelatihan Basic Telkomsel. Seluruh karyawan berkesempatan mengikuti pelatihan tersebut dan di dalamnya ditanamkan nilai-nilai perilaku Tiga Pilar Budaya Telkomsel, yang terdiri dari Customer Intimacy, Profesionalisme dan Teamwork. Masing-masing pilar budaya tersebut dijabarkan menjadi perilaku spesifik yang menjadi kompetensi dasar bagi karyawan Telkomsel dalam bekerja. Pasca pelatihan, karyawan Telkomsel diharapkan mampu menjiwai dan mengaplikasikan nilainilai budaya perusahannya.
Melalui penelitian ini ingin diketahui, apakah pelatihan mampu menjadi sarana membangun budaya organisasi perusahaan secara efektif di PT Telkomsel dan alternatif-alternatif apa saja yang dapat mendukung terbentuknya budaya perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tinjauan pustaka dan penarikan data melalui kuesioner, observasi dan wawancara. Data tersebut diolah dan dianalisis menggunakan perhitungan statistik inferensial berupa perhitungan frekuensi, prosentase, mean, t-test dan korelasi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh perilaku yang tercakup dalam kompetensi-kompetensi Tiga Pilar Budaya Telkomsel telah ditampilkan oleh sebagian besar karyawan dalam frekuensi yang cukup tinggi. Karyawan Telkomsel juga menganggap bahwa pelatihan berperan paling penting dalam pembentukan perilaku nilai budaya Telkomsel. Sedangkan hal-hal yang dipandang potensial menjadi kendala untuk mempertahankan perilaku nilai budaya Telkomsel secara urut dari yang paling dianggap menghambat adalah sikap dan perilaku atasan, sikap dan perilaku rekan kerja, kebijakan manajemen yang kurang mendukung, kurangnya sarana dan prasarana dan pelatihan yang dianggap masih kurang memadai bagi sebagian karyawan.
Mengacu pada tingkatan evaluasi pelatihan dari Kirkpatrick (behavior level), kemunculan serta dipertahankannya perilaku hasil belajar merupakan indikasi keberhasilan sebuah pelati.han yang telah dijalankan. Dengan kata lain, terbentuknya serta ditampilkannya perilaku nilai budaya Telkomsel merupakan indikasi keberhasilan pelatihan Basic Telkomsel yang telah dijalankan selama ini. Manajemen Telkomsel dan khususnya Departemen Pengenibangan Sumber Daya Manusia menyadari bahwa masih ada kendala-kendala dan berupaya menekan sekecil hambatan yang mungkin timbul dalam pembentukan budaya perusahaan.
Telkomsel perlu secara senus menangani hal-hal yang menghambat pengembangan perilaku nilai budaya Telkomsel terutama yang berpotensi menjadi besar dan mengganggu proses pertumbuhan budaya perusahaan yang sudah baik. Proses seleksi masuk karyawan sedapat mungkin menghasilkan kandidat yang memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan perilaku nilai budaya Telkomsel. Proses promosi dan suksesi perlu diperketat, agar diperoleh calon manajer yang kapasitas dan kapabilitasnya teruji.
Manjemen Telkomsel juga perlu untuk mempertimbangkan kelanjutan dan pengembangan program Basic Telkomsel. Materi program, metode pelatihan, metode evaluasi, tindak lanjut pelatihan dan monitoring, perlu dikaji secara berkesinambungan agar modifikasi program yang dilakukan tidak membuat pelatihan Basic Telkomsel mengarah pada hal-hal yang kontra produktif. Misalnya saja, membebani pelatihan Basic Telkomsel dengan muatan yang terlalu luas, ataupun ingin menjadikan pelatihan Basic Telkomsel sebagai "obat segala penyakit".
Bagi mereka yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang hubungan antara harapan karyawan terhadap nilai perilaku budaya Telkomsel yang ditampilkan para atasannya (Supervisor dan Manajer). Penelitian serupa juga dapat dilakukan pada kantor-kantor regional Telkomsel untuk mendapatkan gambaran dan perbandingan mengenai hal yang sama atau berbeda agar didapat gambaran yang lebih luas mengenai budaya perusahaan Telkomsel, dan dapat dilihat pula bagaimana pengaruh nilai-nilai budaya perusahaan tersebut terhadap jalannya organisasi selama ini. Perbaikan alat penelitian, baik dengan cara menambah item maupun membuat alat sendiri yang lebih menggambarkan perilaku nilai budaya Telkomsel, juga masih dimungkinkan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T11619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>