Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1991
S28032
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Telah diadakan studi pengaruh waktu sintering terhadap kualitas superkonduktor YBCO melalui pengamatan suseptibilitas AC. Cuplikan dibuat dalam bentuk pelet dan disinter dengan variasi waktu 8 jam, 10 jam, 13 jam, 16 jam, dan 18 jam pada suhu 930 C. Hasil studi menunjukkan bahwa prosentase efek meissner meningkat denan pertambahan waktu sintering"
JURFIN 5:15 (2001)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Arviani
"Ti6Al4V merupakan material yang sangat reaktif terhadap atmosfer terutama pada temperatur tinggi. Pada saat proses sintering, reaktivitas titanium terhadap oksigen menyebabkan lapisan TiO2 kehilangan sifat proteksinya sehingga oksigen berdifusi ke dalam material. Hal tersebut dapat merugikan karena menurunkan kualitas ikatan material, menurunkan sifat mekanis, dan menyebabkan material brittle. Penelitian ini bertujuan untuk melindungi material dari pembentukan lapisan oksida (TiO2) pada permukaan paduan Ti6Al4V, melindungi dari difusi oksigen, dan mencegah difusi oksigen ke dalam material pada saat proses sintering dengan menggunakan teknologi baru yaitu Arc Plasma Sintering (APS). Teknologi sintering yang dilakukan menggunakan arus dan plasma sebagai sumber panas yang mampu melakukan proses sintering dengan waktu sangat singkat hanya dalam hitungan menit, dan konsumsi energi yang rendah. Dengan keunggulan yang dimiliki Arc Plasma Sintering (APS), diharapkan mampu melindungi Ti6Al4V dari oksidasi pada saat sintering. Sintering dilakukan pada arus 50 A dengan variasi waktu sintering selama 4 menit, 8 menit, dan12 menit. Hasil proses Arc Plasma Sintering (APS) dibandingkan dengan hasil sintering konvensional dengan atmosfer argon pada temperatur 1300oC selama 2 jam, 3 jam, dan 4 jam. Kemudian dilakukan karakterisasi material dengan menggunakan SEM-EDS dan XRD, serta pengujian densitas dan kekerasan vickers. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode Arc Plasma Sintering (APS), material memiliki densitas dan kekerasan yang lebih baik dengan nilai densitas relatif mencapai 98,40% dan kekerasan sebesar 374,719 HV, serta ketebalan lapisan permukan TiO2 yang terus berkurang dari 16,405µm hingga 12,002µm dan tidak terjadi difusi oksigen ke dalam material jika dibandingkan dengan argon sintering.

Ti6Al4V is a material that is very reactive to the atmosphere, especially at high temperatures. During the sintering process, the reactivity of titanium to oxygen causes the TiO2 layer to lose its protective properties so that oxygen diffuses into the material. This can be detrimental because it decreases the quality of material bonds, decreases mechanical properties, and causes brittle material. This study aims to protect the material from the formation of an oxide layer (TiO2) on the Ti6Al4V alloy surface, protect it from diffusion of oxygen, and prevent the diffusion of oxygen into the material during the sintering process using the new technology, Arc Plasma Sintering (APS). Sintering technology is carried out using currents and plasma as a heat source that is capable of performing the sintering process with a very short time in just minutes, and low energy consumption. With the advantages of Arc Plasma Sintering (APS), it is expected to protect Ti6Al4V from oxidation during sintering. Sintering is carried out on 50 A currents with variations in sintering time for 4 minutes, 8 minutes and 12 minutes. The results of the Arc Plasma Sintering (APS) process were compared with the results of conventional sintering with an argon atmosphere at a temperature of 1300oC for 2 hours, 3 hours and 4 hours. Then the material characterization was performed using SEM-EDS and XRD, as well as testing Vickers density and hardness. The results of this study indicate that with the Arc Plasma Sintering (APS) method, the material has better density and hardness with a relative density value of 98.40% and hardness of 374,719 HV, and the thickness of the TiO2 surface layer continues to decrease from 16.405µm to 12,002 µm and there is no diffusion of oxygen into the material when compared to argon sintering.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhimas Syahba Laudza
"

Penggunaan tembaga sebagai material penghantar listrik terkendala oleh biaya yang cukup mahal jika hanya menggunakan logam tembaga murni. Untuk mengatasi masalah tersebut, dikembangkan beberapa material komposit yang dapat menjadi substitusi penggunaan logam tembaga murni dengan nilai konduktivitas listrik hampir sama dengan tembaga murni yang salah satunya adalah material komposit berstruktur sandwich dengan tembaga sebagai material face dan aluminium sebagai material core yang menggunakan proses roll compacting-sintering dengan metode fabrikasi powder in sealed tube. Penelitian ini akan menggunakan variasi temperatur sintering 300, 400, 500°C pada saat proses sintering dalam pembuatan komposit Cu/Al/Cu dengan menggunakan metode fabrikasi powder in sealed tube. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan pengaruh temperatur sintering terhadap nilai konduktivitas listrik dan struktur mikro pada material komposit Cu/Al/Cu. Setelah sampel difabrikasi, selanjutnya sampel akan dilakukan karakterisasi struktur mikro dengan menggunakan SEM dan dilakukan pengujian pada nilai konduktivitas listrik menggunakan agilent ohmmeter. Data hasil pengujian menunjukkan adanya peningkatan nilai konduktivitas listrik akibat peningkatan temperatur sintering dengan temperatur 500°C menghasilkan nilai konduktivitas listrik terbesar dengan nilai 93,19% IACS, lalu diikuti oleh temperatur sintering 400°C dengan nilai konduktivitas listrik 91,71% IACS, dan temperatur sintering 300°C menghasilkan nilai konduktivitas listrik terendah yaitu 88,42% IACS. Terjadinya peningkatan nilai konduktivitas listrik dikarenakan densitas yang terbentuk mengalami peningkatan pada temperatur sintering yang lebih tinggi. Peningkatan densitas tersebut akan berefek pada panjang jalur yang lebih pendek yang akan dilalui aliran listrik pada spesimen dikarenakan tidak ada porositas yang menghalangi aliran listrik untuk bergerak sehingga nilai konduktivitas listrik sampel meningkat.

.....The use of copper as an electrical conductor is constrained by the high cost if only pure copper is used. To overcome this problem, several composite materials have been developed that can substitute for the use of pure copper metal with electrical conductivity values almost the same as pure copper, one of which is a sandwich structure composite material with copper as the face material and aluminum as the core material using the roll compacting process-sintering with powder in sealed tube method. This study will use variations in sintering temperatures of 300, 400, and 500°C during the sintering process in the fabrication of Cu/Al/Cu composites using powder in sealed tube method. This research was conducted to explain the effect of sintering temperature on electrical conductivity and microstructure of Cu/Al/Cu composite materials. After the sample is fabricated, the sample will be characterized using SEM and the electrical conductivity value of the sample will be measured using an Agilent ohmmeter. The test data show an increase in the electrical conductivity value due to an increase in the sintering temperature with a temperature of 500°C resulting in the most significant electrical conductivity value with a value of 93.19% IACS, then followed by a sintering temperature of 400°C with an electrical conductivity value of 91.71% IACS, and sintering temperature of 300°C resulted in the lowest electrical conductivity value, with a value of 88.42% IACS. Increasing the value of electrical conductivity occur because the density formed has increased at a higher sintering temperature. The increase in density will impact on a shorter path length that the electric current will traverse in the specimen because no porosity that prevents the flow of electricity from moving so that the electrical conductivity of the sample increases.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riezditya Andara Rachmad
"Perkembangan telmologi yang lelah dicapai saai ini membaa! mamzsia membutuhlcan material yang memililri karakrerisiik yang baik secara ekonomis. Komposit merupakan salah satu marerial yang memiliki krireria seperri rersebut diaras. Material ltomposii merupakan maferial yang memiliki dua atau lebih lcomponen berbeda yang dilcombinasikan meiyadi marerial bam dengan si/at yang lebih balk. Metal Matrikskompsit merupakan salah satu jenis komposit yang mulai dikembanglfan di dalam indusfri. Paduan Al-SIC pada AMC membual material Al-SiC memiliki si/Ez! ringan karena memilild densilas yang rendah sesuai dengan matrilfs Al, kelruatan luluh Jung relalyqebih linggi dari AL kelferasan yang ringgi, ketahanan aus yang besar, kerangguhan _vang ringgi_ dan lcerahanan korosi yang balk.
Pada penelilian pembuatan material metal matrilnr komposif Al-SiC menggunakan prioses meralurgi serbulc derzan kamposisi 82% serbuk Aluminum dan 18% Serbuk SiC dengan werllng agen! 1% Mg dan 1% Zinc .S'reara!e_ Bahan dimixing .velama 20 menit agar homogen dan dilanjutkan dengan proscs kompaksi dengan gaya relran sebesar 75000 M Kemudian dilakukan proses sinrering pada bakalan dengan remperatur simer 625°C Variabel yang digunakan adalah perbedaan waktu sintering yairu 30 menil, 60 menir, 90 menir, 120 menir, dan 150 menit. Serelah itu dilakukan pengujian swf mekanis pada marerial anrara lain pengulmran densilas dan porosiras marerial, pengujian kekerasan, pengujian lcelcuaran tekan, dan pengamaran sirukrur mikro marerial.
Hasil pcnelirian yang didapar adalah sgfar mekanis maierial Hcekerasan dan kelcuafan rekan) meninglrar dari walcru sinier 30 menit hingga 120 menir. Hal ini disebalakan densitas material yang meninglcai dan porosiras yang berlrurang. Sedangkan pada wakru sinrer 150 menit si/'al melcanis material menuran lcarena densiras menurun dan jamiah porosiras bertambah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matary Puspita Gatot
"Titanium memiliki afinitas yang tinggi terhadap oksigen untuk membentuk lapisan TiO2. Pada temperatur tinggi, lapisan TiO2 kehilangan sifat protektifnya sehingga dapat menyebabkan oksigen masuk ke dalamnya dan menyebabkan material menjadi rapuh, keras dan susah di machining . Percobaan ini bertujuan untuk meminimalisir lapisan TiO2 yang terbentuk pada saat proses sintering. Serbuk Ti-6Al-4V di kompaksi kemudian di sinter dengan teknologi baru arc plasma sintering dengan arus 40 A, 50 A, dan 60 A selama 8 menit untuk mencegah terjadinya oksidasi. Sebagai perbandingan, dilakukan pula sintering konvensional dengan atmosfer argon dengan temperatur 1100°C, 1200°C serta 1300°C selama 4 jam. Pengujian OM, SEM-EDS, XRD, densitas serta kekerasan dilakukan untuk menganalisis hasil sinter yang diperoleh. Fasa yang diperoleh dari hasil arc plasma sintering dan sintering konvensioanal adalah α dan β titanium. Lapisan TiO2 dari hasil proses arc plasma sintering lebih tipis dibandingkan dengan hasil sintering konvensional. Densitas relatif yang diperoleh pada proses arc plasma sintering untuk arus 40 A,50 A dan 60 A sebesar 89.54%, 91.87% dan 98.72% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut 296.52, 332.81 dan 378.23 HV. Pada sintering konvensional densitas yang diperoleh pada temperatur 1100°C, 1200°C dan 1300°C adalah 95.73%, 96.72% dan 98.64% dengan nilai kekerasan secara berturut-turut sebesar 413.86, 427.45 dan 468.60 HV.

Titanium has a high affinity with oxygen forming a protective layer TiO2. At elevated temperatures, the TiO2 layer loses its protective properties. It can cause oxygen diffuse into bulk material and causes the material to become brittle, hard and difficult to machining. This experiment aims to minimize the formation of TiO2 layer during the sintering process. Ti-6Al-4V powder was compacted and then sintered with new technology arc plasma sintering (APS) with a current of 40 A, 50 A, and 60 A to produce the sintered specimen which was protected from oxidation. In comparison, conventional sintering was carried out with an argon atmosphere with a temperature of 1100°C, 1200C and 1300C. OM, SEM-EDS, XRD, density and hardness tests were carried out to analyze the results of the sintered process. Phases obtained from the arc plasma sintering and conventional sintering are a and b titanium. The TiO2 layer from the result of the arc plasma sintering process is thinner than the conventional sintering results.The relative density obtained in the arc plasma sintering process for currents 40 A, 50 A and 60 A was 89.54%, 91.87% and 98.72% with hardness values of 296.52, 332.81 and 378.23 HV. In conventional sintering the density obtained at temperatures of 1100 C, 1200 C and 1300 C was 95.73%, 96.72% and 98.64% with hardness values of 413.86, 427.45 and 468.60 HV, respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Mulyawan
"Penelitian ini dilatar belakangi oleh suatu penemuan material cast iron yang memiliki sifat mekanis sangat unggul dibandingkan dengan material cast iron lainnya. Material ini dikenal di dunia logam sebagai Austemper Ductile Iron (ADI) yang merupakan hasil proses heat treatment material Besi Tuang Nodular (BTN). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik austenite sisa dalam material ADI dan sejauh mana proses mekanis mempengaruhi karakteristik austenite sisa tersebut.
Pengujian yang dilakukan adalah poses Austenisasi pada temperature 900℃ selama 90 menit dan Austemper pada temperature 400℃. yang bertujuan untuk menghasilkan material ADI. Variasi waktu tahan austemper 60, 120, dan 180 menit dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar austenite dalam ADI. Perhitungan fraksi volue fasa austenite dilakukan dengan metode point counting pengujian Metalografi dan X-Ray Difraction. Proses mekanis peregangan dengan persen elongasi 0,6%, 1,5% & 2,0% dilakukan untuk mengetahui perubahan austenite sisa menjadi fasa martensit serta pengujian mekanis kekerasan dan tarik untuk mengetahui kekuatan mekanis material ADI.
Hasil penelitian membuktikan bahwa waktu tahan austemper dari 60 hingga 180 menit mengakibatkan kadar austenite semakin berkurang dari 29,25% menjadi 17,2% dan penambahan elongasi regangan 0,65, 1,5% dan 2,0% dapat mengurangi kdar austenite sisa dalam ADI untuk tiap waktu tahan austempernya karena sebagian bertransformasi secara mekanis menjadi mariensit. Penambahan waktu tahan austemper mampu menaikkan sifat mekanis kekuatan tarik material ADI dari 103,63 menjadi 108,18 Kg/mm2 dan nilai kekerasan dari 240,48 menjadi 246,71 BHN. Perhitungan dengan menggunakan metode point counting pada pengujian ini lebih akurat dibandingkan dengan metode X-RD karena tingkat sensitifitas alat X-RD yang digunakan hanya mampu mendeteksi fasa dengan kadar di atas 10%."
2000
S41623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahimudin
"ABSTRAK
Austemper Ducrile Iron MDI) memiiiki sw! mekanis yang sangat komplek mulai dari Kekuatan tinggi, Kerangg-uhan, rahan aus, /cekuatan farik linggf dan Iain-Iain yang disebabican oleh struktur utama yang benqna malriks auwrir yang merupakan perpaduan antara austeni! karbon tinggi dan ferit.
penelitian ini dilakukan untuk mengerahuf bagaimana katakterisrik ausrenir sisa pada ADI. Ausrenit sisa adalah fasa yang sangat renran terhadap perubahan FISH, jiku diberikan beban mekanis maka ausrenit akan cendrung berubah menjadi martensir.
Material ADI hasil proses treatmen pada temperarur austenisasi 9000 C selama 90 menir dan proses austemper pada temperarur 4000C dengan 3 variabe! wahtu rahan yang berbeda 1, 2, 3 jam akan meng/zasilkan % austenit yang berbeda pula. Pengujian XRD dam Pain! Counting dilakulcan sebelum material ADI dilakukan pengzyian mekanis dan sesudah dilakukan pengzgian mekanis.
Hasil penelirian menyimpul/ran bahwa legfadi kecendnmgan penurunan kadar austenit dari [4,92% rnenjadi 11.26% seiring dengan bertambahnya wakfu rahan austemper mulai I sampai 3 jam. Penurzmnn kadar ini menyebabkan ADI mengalarni perubahan syfat mekanis akiba! terbentukrqya fasa marrensit dan karbida. Hasil pengujian raril: memperlihatkan adanya kenaikan nifai Kekuatan T arik Maksimumfl/TS)
dari 98,15 Kg/mm? pada wahlu taken I jan menjadi 108,26 Kg/mm? pada wakru tahan 3 jam. Terbentuknya fasa tersebu! akibai terjkzdinya rea/ui ausremper tahap ke 2 dimana ausienit berubah menjadi jérit dan lrarbfda dan juga di akibatlcan oleh pengzyian melcanis."
2000
S41574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses sol-gel yang dikombinasikan dengan proses hidrotermal digunakan untuk mensintesis partikel Li4Ti5O12 yang akan digunakan sebagai material anoda baterai lithium ion. Modifikasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kristalinitas Li4Ti5O12. Proses sol-gel digunakan untuk membuat xerogel TiO2 dari bakalan titanium tetrabutoksida. Polimorf anatase didapatkan dengan melakukan proses kalsinasi xerogel TiO2 pada suhu 300oC dan kemudian direaksikan dengan larutan LiOH 5M melalui proses hidrotermal pada suhu 135oC selama 15 jam untuk membentuk Li4Ti5O12. Proses sintering kemudian dilakukan pada variasi suhu 550oC, 650oC, dan 750oC untuk menentukan kualitas Li4Ti5O12 terbaik berdasarkan pengujian STA, XRD, SEM, FT-IR, dan BET. Suhu sintering yang paling tinggi memiliki intensitas dan kristalinitas yang tinggi, serta gugus organik paling sedikit, namun memiliki luas permukaan dan poros yang paling kecil serta ukuran partikel yang paling besar.
Sol-gel process which was combined with hydrothermal process was used to synthesise Li4Ti5O12 particle which was used as li-ion battery anode material. This modification was developed to increase the crystallinity of Li4Ti5O12. Sol-gel process was used to develop TiO2 xerogel from titanium tetrabutoxide precursor. Anatase polymorph was obtained by calcining the TiO2 xerogel at 300oC and then reacted with 5M LiOH aqueous by hydrothermal process at 135oC for 15 hours to form Li4Ti5O12. Sintering process was used in temperature variation at 550oC, 650oC, and 750oC to determine the best quality of Li4Ti5O12 based on STA, XRD, SEM, FT-IR, and BET characterization. High crystallinity and intensity, also the least organic compounds were found at the highest sintering temperature. So were the smallest surface area and porosity, also the highest particle size."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>