Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida Sulastri
"ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan perbandingan mengenai pemakaian darah domba dan kuda yang telah dilisiskan pada media Mueller-Hinton dan "Diagnostic Sensitivity Test" untuk tea kepekaan pelbagai kuman Stap-hylococus liar (wild strain) terhadap obat obat Sulfa seperti: "Compoun" Sulfonamid, Sulfafurazol dan Sulfamethoxazol + Trimethoprim yang dilakukan dengan cara membandingkan besar zona hambatan yang diperoleh. Dari percobaan in vitro yang dilakukan ternyata penambahan darah domba yang telah dilisiskan pada media tersebut, memberikan hasil yang tidak memuaskan kecuali untuk Sulfamethoxazol + Trimethoprim, walaupun dibandingkan dengan penambahan darah kuda yang telah dilisiskan masih kurang baik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Septian
"Penelitian dilakukan untuk menguji aktivitas ektrak kulit buah Manggis sebagai anti Staphylococcus aureus pada agar Mueller Hinton.
Metode: Penelitian menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan 11 kelompok perlakuan. Ekstrak kulit buah Manggis dengan pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai sampel uji. Eritromisin pengenceran 10 kali, 15 kali, 20 kali, 30 kali, dan 40 kali dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol positif. Akuabides dibuat triplo dan digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil akhir diolah menggunakan SPSS versi 16.0.
Hasil: Rerata diameter zona hambat pada agar Mueller Hinton untuk ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali sebesar 32 mm, pengenceran 15 kali sebesar 31 mm, pengenceran 20 kali sebesar 27 mm, pengenceran 30 kali sebesar 21 mm, dan pengenceran 40 kali sebesar 0 mm.
Diskusi: Staphylococcus aureus bersifat sensitif terhadap pemberian ekstrak kulit buah Manggis pengenceran 10 kali, 15 kali dan 20 kali; bersifat intermediet pada pengenceran 30 kali; dan bersifat resisten pada pengenceran 40 kali.

This study was conducted to examine the activity of the extraction of mangosteen peel as anti Staphylococcus aureus on Mueller Hinton agar.
Method: This study is experimental laboratoric. Eleven treatment groups have been used in this study. The dilution of mangosteen peel extraction at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as test sample. The dilution of Erythromycin at 10 fold, 15 fold, 20 fold, 30 fold, and 40 fold have been made triplo as positive control. Aquades bidestilation has been made triplo as negative control. The outcome will be processed by SPSS version 16.0.
Results: Mean diameter of inhibition zone by Mangosteen peel extraction at 10 fold dilution, 15 fold dilution, 20 fold dilution, 30 fold dilution, 40 fold dilution respectively is 32 mm, 31 mm, 27 mm, 21 mm, and 0 mm.
Discussion: Staphylococcus aureus is sensitive at 10 fold dilution, 15 fold dilution, and 20 fold dilution; is intermediet at 30 fold dilution; and resistant at 40 fold dilution of Mangosteen peel extraction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Afida Kalisya
"ABSTRAK
Latar Belakang. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal yang hidup pada manusia. Penggunaan antibiotika diikuti dengan resistensi terhadap antibiotika mengakibatkan munculnya infeksi lain, salah satunya ialah infeksi Staphylococcus aureus resisten Metisilin (MRSA). Bakteri MRSA merupakan bakteri yang resisten terhadap antibiotika metisilin, namun seiring berkembangnya waktu juga terjadi resistensi terhadap antibiotika lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kepekaan bakteri pada infeksi MSSA dan MRSA terhadap antibiotika golongan fluorokuionolon dan vankomisin. Metode. Penelitian retrospektif potong lintang (cross-sectional) ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada Januari 2018 sampai Juni 2019 dengan menggunakan data sekunder dari WHONET 5.6. Hasil. Pada tahun 2018, terdapat 45 spesimen klinik yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dengan 43 spesimen merupakan infeksi MSSA dan 2 spesimen positif MRSA. Sementara itu, pada tahun 2019 (Januari sampai Juni 2019), terdapat 17 spesimen klinik yang terinfeksi Staphylococcus aureus, dengan 15 spesimen merupakan infeksi MSSA dan 2 spesimen positif MRSA. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, ditemukan tidak terdapat perbedaan signifikan sensitivitas MSSA terhadap antibiotika golongan fluorokuinolon dan vankomisin (p=0,34) dan tidak terdapat perbedaan sensitivitas MRSA terhadap antibiotika tersebut (p=0,39). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada MRSA dan MSSA terhadap semua golongan antibiotika yang diujikan periode Januari 2018 hingga Juni 2019.

ABSTRACT
Background. Staphylococcus aureus are commensal bacteria that live in human body. Mass use of antibiotic followed by antibiotic resistance results in infections, such as Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Like the name implies, MRSA develops resistance towards Methicillin. As time goes by, it also develops resistance towards other family of antibiotics. This research aims to compare the sensitivity of MRSA and MSSA to the family of fluoroquinolones and vancomycin. Method. This retrospective cross-sectional research was conducted in Clinical Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia using secondary data from WHONET 5.6 on January 2018 until June 2019. Results. In 2018, there were 45 specimens of Staphylococcus aureus infection collected. 43 specimens were infected by MSSA and 2 specimens were MRSA positive. Meanwhile, in 2019 (January 2019 to June 2019) there were 17 specimens of Staphylococcus aureus infection collected, with 2 specimens were MRSA positive and 15 specimens were infected by MSSA. Based on Kruskal Wallis test, it was found that the sensitivity of MSSA towards fluoroquinolones and vancomycin was not significant (p=0,34) and the sensitivity of MRSA towards fluoroquinolones and vancomycin was also not significant (p=0,39). Conclusions. There is no significant difference towards fluoroquinolones and vancomycin antibiotics to MRSA and MSSA in LMK FKUI during Janury 2018 until June 2019."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Dian Hairani Gusdiningrum
"Penelitian mengenai aktivitas antimikroba sulfadiazina, trirnetoprim dan kombinasinya (eulfadiazina-trimeto-- prim) terhadap kuman Staphylococcus aureus, Escherichia coil dan Salmonella typhi telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Farmasi, FMIPA bekerja sa ma dengan Bagian Mikrobiologi, FKUI, Jakarta. Staphylococcus aureus sebagai suatu kuman uji mewakili kuman positif-gram yang peka terhadap sulfadiazina dan trimetoprim, sedangkan Eacherichia coil dan Salmonella typhi mewakili kuman negatif-gram yang peka terhadap sulfadiazina dan trimetoprim. Tujuan penelitian mi adalah untuk mendapatkan nilai konsentrasi hambat minimum masing-masing dari sulfadiazina dan trimetoprim dan kombinasinya terhadap tiga spesies kuman tersebut di atas. Nilai konsentrasi hambat minimum (KHH) masing-masing dari sulfadiazina dan tnmetoprim dapat diperoleh dengan mudah dengan teknik pengenceran dalam tahung, sedangkan nilai KHM kombinasi sulfadiazina dan trimetopnim dapat diperoleh dengan mudah C Pula dengan metode papan catur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai KHM sulfadiazina dan trimetopnim dalam kombinasi secara bermakna lebih rendah daripada nilai KHM maeing-masing dari sulfadiazina dan trimetoprim. Hal mi ju ga menyatakan bahwa kombinasi sulfadiazina dan trimetoprini mempunyai efek sinergistik.
A research on the antimicrobial activities of sulfadiazine, trimethoprim and its combination against Staphylococcus aureus, Escherlchla coil and Salmonella typhi was carried out in the Laboratory of Microbiology, Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, in collaboration with the Department of Microbiology, Medical Faculty, University of Indonesia, Jakarta. Staphylococcus aureus as test bacteria represented the gram-positive bacteria which were sensitive to both sulfadiazine and trimethoprim, while Escherlchia coil and Salmonella typhi represented the gram-negative bacteria which were sensitive to both sulfadiazine and trimethoprim. The aim of the research was to look for the minimum inhibitory concentrations of sulfadiazine and tnmethoprim alone and in combination tested against three bacterial species mentioned above. Individual values of the minimum inhibitory concentration (MIC) of sulfadiazine and trimethoprim could be obtained by performing the tube dilution method, while valuesof the MIC of this combination could also he obtained easily by applying the checkerboard method. The results of the test showed that the values of the MIC of sulfadiazine and trimethoprim in combination were significantly lower, compared to the MIC values of sulfadiazine and trimethoprim alone. It was also obvious that the combination of sulfadiazine and trimethoprim showed a synergistic effect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nony Shilviani Masyitah
"ABSTRAK
Suatu penelitian laboratorium mengenai konsenträsi kior aktif yang didapat dari kaponit yang mexnpunyai keinampuan untuk meinatikan beberapa jenis kuinan patogen sebagai penyebab infeksi nosokoinial , telah dilaksanakan di Jurusan Farmasi, Fakultas Mateinatika dan Ilmu Pengetahuan Alain, Universitas Indonesia, Depok.
Percobaan sesungguhnya dilaksanakan untuk meneliti
aktivitas antibakterialdari konsentrasi yang tepat dari kior
aktif yang didapat dari kaporit terhadap kuman uji yang
tercarnpur dengan bahan protein seperti darah sebagai limbah
bahan darah yang diainbil dari penderita yang diperiksa untuk
tujuan diagnostik laboratorium.
Tes dilaksanakan dengan memaparkan kuinan uji yang
disuspensikan dalam air yang inengandung pelbagai konsentrasi
darah, terhadap kaporit dengan waktu kontak selama 30 inenit.
Setelah waktu kontak selama 30 menit, maka 1 sengkelit
campuran kuman uji dan kaporit diinokulasikan dalam
kaldu nutrien yang keinudian diinkubasikan pada 37°C selama 48 jam."
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiyono W.S.
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian aktivitas antibakteri dan lendir bekicot (achatina fulica fer.) terhadap kuman StaphyLococcus aureus ATCC 2592.3 dan Pseudorrzon.as aertlei.n.osa ATCC 27853 dengan menggunakan metode difusi cara silinder. Dalam penelitian ini digunakan lendir bekicot yang segar, dengan ukuran cangkang antara 5-6 cm dan dengan berat badan antara 19-27 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lendir bekicot (achatina fulica fer.) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap kuman Pseudorronas czerugnosa ATCC 27853 tetapi tidak terhadap kuman Staphylococcus aureus ATCC 25923."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Rias Prasetya B
"Telah dilakukan peneiltian aktifitas antibakteri
in vitro dari ekstrak kulit buah Punica granatum L. tenhadap
pelbagai kuman standard dan kurnan liar yang diasin.
gkan dari pendenita, Penentuan aktifitas ekstrak tersebut
menggunakan 2 cara, yaitu dengan penen;tuan konsentrasi
hambatan minimum (MIC) dan pemerik,saan lebar zona
hambatan yang dibentuk .disekelilinq cakram yang mengan -
dung ekstrak kulit buah Punica granatum L.
Penentuan aktifitas antibateni ekstrak kulit buah
Punica gran atum L. yang, didasarkan atas besarnya NIC
menggunakan metoda " Agar dilution " mernbenikan hasil
Konsentrasi hambatan minimum terhadap kuman-kuman standard
Eschenichia coil ATCC 25922, Kiebsiella pneumoniae
ATCC 13883, Pseudomonas aerugiriosa ATCC 27853, Salmonella
typhimuriurn ATCC 14028, Shigelia flexneni ATCC 12022,
Shigella sonnel ATCC 25931, dan Stapylococcus aureus
ATCC 25923 berturut-turut adalah 625,00 mcg/ml, 312950
mcg/ml, 312,50 mcg/ml, 625,00 mcg/ml, 16,2 mcg/ml,
312,50 mcg/ml, dan 78 1,13 mcg/ml.
Bendasarkan lebar zona hambat.an yang terbentuk di
sekeliling . cakrani yang mengandung. ekstrak kulit buah
nica granatum L. dapat diambil kesimpulan : Aktifitas a n.
tibakteni dari ekst.rak kulit. buah Pun ica granatum L. ter
baik terhadap kuman Staphylococcus aureus, menyusul benturu.
t-turut terhadap Shige1l flexneni, Pseudomonas aeru-Qinosa, Kiebsiella pneumoniae, Shigel.la sonnei, Escheri
chia coil, dan Salmonella typhimurium.

A study' of the in'., vitro antibacterial activity of
Punica granatum L. rind extracts has been carried out
against, several standard bacterial strains and wild
strains isolated from patients applying two methods, i.e.
the determination, of the minimum inhibitory concentration.
(N1c) and the determination of the inhibition zone formed
around the disc containing extracts of Punica granatum L.
ri:nd.
The determination of the antibacterial activity of
extracts of Punica granatum L. rind using the agar dilu -
t'.ion method show the following' results (MIC/mi), respec -
t.ively : Minimum inhibitory concentration (L!c) on Es'cherichia
coil ATCC 25922 9 Kiebsiella pn;eumoniae ATCC 138.83,
Pseudomonas aerug'i'nosa ATCC 27853 9 Salmonella ty'phimurium
ATCC 14028 9 Shigella f'lexnerl A1TCC 12022 9 Shigella sonnel
ATCC 25931, and Staphylococcus aureus ATCC 25923 were
625,00 mcg/ml, 312 9 50 rncg/mi, 312,50 mcg/ml, 625,00 mcg/
ml, 156 9 25 mcg/ml, 312,50 m'cg/ml, an.d 78.,13 mcg/ml.
Based' on the size of' the inhibition zone formed
around the disc. containing, extracts of Punica Qranatum L.
rind, the following,-conclusion-could b:e drawn : The antibacterial
activity of Punica granatum L. rind extracts on
Staphy-lococcus aureus is' considered to be the best follow
ed respectively' by, Sh.lqella flexneri, Pseudomonas aeruginosa,
Klebsiella pneumoniae, Shigella sonnei, Escheric.hia
coli, and Salmonella typhimurium.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Djamaludin A.
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian daya antibakteri infus 20 % dari beberapa simplisia tanaman yang diduga mempunyai khasiat sebagai antibakteri menggunakan 'Disc Diffusion Method'. Penentuan KHM (Konsentrasi Hambatan Minimum) hanya dilakukan terhadap infus yang mempunyai efek antibakteri menggunakan 'Agar Dilution Method' yang dimodifikasi. Kuman uji yang digunakan adalah Escherichia coli ATCC 25922 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daun Dysoxylum caulostachyum L. (mangir) dan Ochrosla elliptica L. tidak berkhasiat sebagai antibakteri, sedangkan daun Loranthus pentandrus L. (benalu jambu); daun, batang, dan bunga Loranthus pentandrus L. (benalu teh); daun Melia azedarachta L. (midi besar); dan daun Melia azedarach L. (mmdi kecil) berkhasiat sebagai antibakteri dengan nilal KHM terhadap masing-masing kuman uji sebesar 15 mg/ml."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Soemiati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>