Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108863 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riri Dwi Yuniastuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeany Pangestuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S32327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Safitri
"Daun alpukat (Persea americana Mil) merupakan salah satu tanaman obat dan memiliki khasiat sebagai diuretik, antibiotik, pyorrhea, neuralgia, antihipertensi, diare, sakit tenggorokan, hemorrhage, dan antitusif. Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, menjamin mutu dan keamanannya, pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik, sehingga didapat parameter yang konstan. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak etanol daun alpukat yang berasal dari Madiun, Bogor, dan Purwokerto. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi, dari hasil penelitian terhadap ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental, berwarna hitam-kecoklatan, berbau spesifik, dan rasa pahit. Rendemen ekstrak berkisar antara 28,93 - 29,99%, kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 40,69 - 61,25%, sedangkan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar antara 25,09 - 55,70%. Susut pengeringan berkisar antara 11,66 - 13,80% dan kadar air berkisar antara 11,56 - 13,46%. Kadar abu total berkisar antara 3,77 - 5,88%, sedangkan kadar abu tidak larut asam berkisar antara 0,66 - 0,96%, dan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1%. Hasil uji golongan senyawa kimia ekstrak etanol daun alpukat menunjukkan adanya alkaloid, terpen atau steroid, gula, saponin, flavonoid dan tanin. Pola kromatogram ekstrak etanol dari 3 daerah menggunakan fase gerak kloroform-metanol-air (80:12:2) menunjukan pola yang sama yang terdiri atas 7 bercak yang berwarna hitam pada sinar UV 254 nm dengan Rf 0,05 0,13, 0,30, 0,34, 0,60, 0,78 dan 0,85. Setelah penyemprotan dengan AlCl3 dan diamati pada sinar UV 366 nm terlihat 8 bercak yang sama, yaitu : 1 bercak berfluoresensi kuning-kehijauan pada Rf 0,05, 1 bercak berfluoresensi kuning pada Rf 0,13, 1 bercak berfluoresensi kuning-lemah pada Rf 0,34, dan 5 bercak berfluoresensi putih pada Rf 0,45, 0,71, 0,76, 0,78, dan 0,85. Pengamatan dengan densitometer pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dihasilkan pola spektrum serapan yang sama. Kadar flavonoid total dalam ekstrak berkisar antara 1,29 - 3,44%.

Avocado leaves are one of medicinal plant and have the effects as diuretic, antibiotic, pyorrhoea, neuralgia, antihipertension, diarrhea, ill throat, hemorrhage, and antitusif. As the effect to develop tradisional medicine, ensure quality and safety, there should be a determination of some specific and non specific parameters, to give constant parameters, standardization was done to avocado leaves ethanolic extracts from Madiun, Bogor, and Purwokerto. The extract was made by maceration. The result of research showed that the extract is viscous, tanly, specific smelled, and bitter taste. The value of rendement is between 28.93 - 29.99%, the water soluble extract is 40.69 - 61.25%, while the ethanol soluble extract is 25.09 - 55.76%. The lost of drying is 11.66 - 13.66% and the water content is 11.56 - 13.46%. The total ash content is 3.77 - 5.88%, the acid insoluble ash is 0.66 - 0.96% and the solvent residue is less than 1%. The extract contains alkaloid, terpene (steroid), sugar, flavonoid, saponin, and tannin. The chromatograms profile from three region used mobile phase of chloroform-methanol-water (80:12:2) and showed the same 7 dark spots under UV 254 nm with Rf 0,05 0,13, 0,30, 0,34, 0,60, 0,78 dan 0,85. After sprayed with AlCl3 and observed under UV 366 nm, it showed 8 same spots of samples from those 3 regions which were 1 greenish yellow spots in Rf 0,05, 1 yellow spot in Rf 0,13, 1 pale yellow spot in Rf 0.34, and 5 white spot in Rf 0,45, 0,71, 0,76, 0,78, dan 0,85. An observation using densitometer at 254 nm and 366 nm showed the same absorption spectrum profile. Total flavonoid between 1.29 - 3.44%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33073
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadiah
"Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang daunnya memiliki khasiat sebagai kholagogik dan laksatif. Ekstrak daunnya digunakan untuk mengobati batuk, demam, reumatik, icteric jaundice, infeksi cacing, ulkus, dan insomnia. Daun yang masih muda dan bunganya digunakan untuk mengobati konstipasi, dispepsia, flatulensi, dan infeksi saluran urin. Daun asam jawa juga memiliki aktifitas antibakteri spektrum luas dan dapat digunakan pada terapi diabetes tipe-2. Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol daun asam jawa, sehingga diperoleh parameter yang konstan. Daun asam jawa dikumpulkan dari daerah Depok, Tawangmangu, dan Bekasi sebagai bahan penelitian. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 50%. Dari penelitian ini diperoleh ekstrak kental berwarna coklat-kehitaman, berbau khas dan rasanya asam. Rendemen ekstrak berkisar antara 25,27-39,12%, kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 58,68-69,55%, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar antara 51,20-52,92%. Susut pengeringan berkisar antara 16,00-25,80% dan kadar air berkisar antara 10,15-18,03%. Kadar abu total berkisar antara 4,40-4,84%, sedangkan kadar abu yang tidak larut asam berkisar antara 1,52-2,18%, dan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1%. Cemaran logam berat Pb dan Cd tidak lebih dari 0,01%, sedangkan cemaran logam berat Hg tidak lebih dari 0,001%. Identifikasi kimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, tanin, glikosida,dan saponin. Pola kromatogram ekstrak etanol secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis densitometer dengan fase gerak kloroform-metanol-air (80:12:2) memperlihatkan 4 bercak biru tua setelah disemprot dengan besi (III) klorida 10% dalam air. Kadar fenol total dalam ekstrak ditetapkan secara spektrofotometri menggunakan reagen Folin Ciocalteu pada panjang gelombang 642 nm berkisar antara 0,35-8,24% dihitung sebagai asam galat.

Tamarind (Tamarindus indica L.) is one of medicinal plants which the leaves were known having advantages as cholagogic agent and laxative. Leaves of tamarind are used to cure cough, pyretic, rheumatism, icteric jaundice, worm infection, ulcer, and insomnia. Leaves and flowers are used to cure constipation, dyspepsia, flatulence, and urinary tract infection. They also have broad spectrum antibacterial activity and able to be used in diabetes type-2 therapy. In order to develop traditional medicine and guarantee the quality and safety, determination of some specific and non specific parameters has been done to gain constant parameters. The sample materials were collected from Depok, Tawangmangu, and Bekasi. The samples were macerated by using ethanol 50%. The result of research was a thick brown to blackish extract, with specific smell and sour taste. The yield of extract was 25.27-39.12%, the water soluble extractive substances were 58.68-69.55%, while ethanol soluble extractive substances were 51.20-52.92%. Loss on drying was 16.00-25.80% and the water content was 10.15-18.03%. The total ash content was 4.40-4.84%, the acid-insoluble ash content was 1.52-2.18%, and the solvent residue was not more than 1%. Heavy metals contamination of Pb and Cd were less than 0.01% while heavy metal contamination of Hg was less than 0.001%. The chemistry identification showed that the extract contains flavonoid, tannin, glycosides, and saponin. The chromatograms profile used thin layer chromatography and densitometer thin layer chromatography in chloroform-methanol-water (80:12:2) mobile phase, gave 4 dark blue spots after sprayed with iron (III) chloride 10% in water. Total phenol content was between 0.35-8.24% determined by spectrophotometry using Folin Ciocalteu reagent at 642 nm, counted as gallic acid equivalent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Yuliana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Anung Nugraheni
"Biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) termasuk dalam suku Ranunculaceae yang memiliki efek farmakologi, seperti efek analgesik, antiinflamasi, antibakteri, anti tumor, serta anti diabetes. Untuk memelihara keseragaman mutu, keamanan, dan khasiat ekstrak biji jinten hitam yang berasal dari Madura, Tawangmangu, Dieng, dan Mesir, maka perlu dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik, sehingga didapatkan nilai parameter yang konstan. Ekstrak dibuat secara maserasi menggunakan etanol 70%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman, berbau spesifik, dan berasa pahit. Rendemen ekstrak berkisar antara 15,44%-17,40%; kadar senyawa larut dalam air 7,34%-11,59%; dan kadar senyawa larut dalam etanol 11,27%-12,92%. Susut pengeringan berkisar antara 22,98%-35,20%; kadar air 21,87%-34,66%; kadar abu total 1,48%-2,38%; kadar abu tidak larut asam 0,53%-0,86%; kadar sisa pelarut kurang dari 0,1%. Ekstrak mengandung alkaloid, terpen (sterol), gula, saponin, flavonoid, dan tanin.
Pola kromatogram dihasilkan dengan fase gerak n-butanol-asam asetat glasial-air (40:10:50) pada lempeng kromatografi lapis tipis. Setelah disemprot dengan asam sulfat 5% dalam metanol, terlihat sembilan bercak pada ekstrak Madura dan Tawangmangu, serta sepuluh bercak pada ekstrak Dieng dan Mesir dengan fluoresensi jingga hingga kuning kehijauan pada sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pengamatan dengan densitometer pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dihasilkan pola spektrum serapan yang hampir sama dengan intensitas yang berbeda. Intensitas ekstrak Madura hampir sama dengan Tawangmangu, dan ekstrak Dieng hampir sama dengan Mesir. Kadar flavonoid total dalam ekstrak berkisar antara 0,36%-0,89%.

The seeds of Nigella sativa Linn. (black cumin) is a member of Ranunculaceae family which have pharmacological effects, such as analgesic, anti-inflammatory, antibacterial, anti tumour, and anti diabetic effect. To get maintain the same quality, safety, and efficacy of black cumin extracts from Madura, Tawangmangu, Dieng, and Egypt, there should be a determination of some specific and non specific parameters, to give constant parameters. The extract was made by maceration method using ethanol 70%.
The result of research showed that the extract is viscous, tanly, specific smelled, and bitter tasted. The value of the rendement is between 15,44%-17,40%; the water soluble extract is 7,97%-12,72%; and the ethanol soluble extract is 11,27%-12,92%. The lost of drying is 22,98%-35,20%; the water content is 21,87%-34,66%; the total ash content is 1,48%-2,38%; the acid insoluble ash is 0,53%-0,86%; the solvent residue is less than 0,1%. The extract contains alkaloid, terpene (sterol), sugar, saponin, flavonoid, and tannin.
The chromatograms profile was developed using mobile phase of n-butanol-acetate glacial acid-water (40:10:50) at thin layer chromatography plate. After sprayed with sulphuric acid 5% in methanol, it showed nine spot at Madura and Tawangmangu extract, and ten spot at Dieng and Egypt with orange to greeny yellow under UV 254 nm and 366 nm. An observation using densitometer at 254 nm and 366 nm showed almost the same absorption spectrum profile in different intensity. The Madura's extract intensity is similar with Tawangmangu's, while the Dieng's extract is similar with the Egypt's. Total flavonoid between 0,36%-0,89%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ahmad Rifky
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Isnaeni Arham
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Shofianingrum
"Keladi tikus [Typhonium flagelliforme (Lodd.) Bl.] adalah salah satu tanaman yang secara empiris telah digunakan sebagai obat batuk, radang kulit, radang tenggorokan dan sebagai ekspektoran serta akhir-akhir ini tengah dikembangkan sebagai terapi alternatif untuk pengobatan kanker. Dalam rangka meningkatkan mutu obat tradisional, dilakukan upaya standardisasi simplisia dan ekstrak herbal. Pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter standar ekstrak etanol herba keladi tikus yang meliputi parameter spesifik, non spesifik dan pola kromatografi lapis tipis. Berdasarkaan hasil penelitian didapat data parameter spesifik, antara lain rendemen ekstrak dari daerah Bogor 16,76%, Yogyakarta 16,93% dan Sidoarjo 18,01%, kadar senyawa larut dalam air ekstrak dari Bogor 11,70, Yogyakarta 13,53% dan Sidoarjo 12,37%, kadar senyawa yang larut dalam etanol ekstrak dari Bogor 0,83%, Yogyakarta 0,99% dan Sidoarjo 2,00%. Untuk parameter non spesifik didapat susut pengeringan ekstrak dari Bogor 19,50%, Yogyakarta 14,21% dan Sidoarjo 16,58%, kadar abu total ekstrak dari Bogor 10,23%, Yogyakarta 11,43%, dan Sidoarjo 8,63%, kadar abu tidak larut dalam asam ekstrak dari Bogor 1,07%, Yogyakarta 0,81 dan Sidoarjo 1,32%, kadar air ekstrak dari Bogor 20,30%, Yogyakarta 11,43% dan Sidoarjo 17,03%, sisa pelarut etanol 0,21%. Pola kromatografi lapis tipis diperoleh dengan menggunakan fase gerak toluena-etil asetat (93:7) dan penampak bercak asam sulfat 5% dalam etanol. Pada kromatograf sebelum disemprot dengan penampak bercak, pada pengamatan di bawah sinar UV 365 nm terlihat bercak berfluorescensi kuning pada Rf 0,54. Setelah disemprot dengan asam sulfat 5% dalam etanol dan dipanaskan terlihat 3 bercak, bercak 1 berwarna merah muda (Rf 0,90), bercak 2 berwarna kuning oranye (Rf 0,79) dan bercak 3 berwarna ungu (Rf 0,36). Pada sinar ultraviolet panjang gelombang 254 nm dan 365 nm tampak 4 bercak yang berfluoresensi kuning (Rf 0,90, 0,79, 0,54 dan 0,36). Pengamatan kromatografi lapis tipis densitometer menghasilkan pola kromatogram pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Pola spektrum serapan yang dihasilkan dari ketiga daerah tersebut hampir sama.
Typhonium flagelliforme (Lodd.) Bl. is known as one of the herbal medicine that has been used empirically to cure cough, sore throat inflamation, pyoderma, as an expectorant and now a days as alternative therapies for cancer. To increase the quality of traditional medicine, the plant and the herbal extract should be standardized. In this research, determination of parametric standard for ethanolic extract for Typhonium flagelliforme has been done such as specific and non specific parametric , also the thin layer chromatograms. The results showed that ethanolic extract of Typhonium flagelliforme from three region of Indonesia (Bogor, Yogyakarta and Sidoarjo) consist closely parametric value. Specific parametric which had been detemined was rendement value extract from Bogor 16,76%, Yogyakarta 16,93% and Sidoarjo 18,01%, water soluble extractive extract from Bogor 11,70%, Yogyakarta 13,53% and Sidoarjo 12,37%, ethanolic soluble extractive extract from Bogor 0,83%, Yogyakarta 0,99% and Sidoarjo 2,00%. While non specific parametric showed the lost of drying extract from Bogor 19,50%, Yogyakarta 14,21% and Sidoarjo 16,58%, total ash content extract from Bogor 10,23%, Yogyakarta 11,43% and Sidoarjo 8,63%, acid insoluble ash extract from Bogor 1,07%, Yogyakarta 0,81% and Sidoarjo 1,32%, water content extract from Bogor 20,30%, Yogyakarta 19,88% and Sidoarjo 17,03%, solvent residue 0,21%. The thin layer chromatograms and the densitometer thin layer chromatograms spot was developed using mobile phase of toluene-ethylacetate (93:7) and sulfuric acid 5% in ethanolic sprayer. In observation at 365 nm UV wavelength gave spot with yellow fluorescens with Rf 0,54. Observation of the thin layer chromatograms gave three spots after the layer have been sprayed with sulfuric acid 5% in ethanol and heated, spot 1 with pink colour (Rf 0,90), spot 2 with orange colour (Rf 0,79) and spot 3 have purple colour (Rf 0,36). While observation at 254 nm and 365 nm ultraviolet wavelength gave four spots of yellow fluorescens (Rf 0,90, 0,79, 0,54 and 0,36). Observation using the densitometer 254nm and 365 nm gave chromatograms which the spectrum of absorption from three region is almost the same."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>