Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24921 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tisha Ravenska Fitriani
"Natrium askorbat merupakan bentuk garam dari asam askorbat. Pada umumnya natrium askorbat dikombinasikan dengan asam askorbat karena sama-sama mempunyai kemampuan sebagai antioksidan. Untuk bahan baku asam askorbat ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar, diantaranya adalah metode volumetri seperti titrasi asam basa, iodimetri, iodometri, iodatometri dan serimetri, sedangkan untuk natrium askorbat penetapan kadar yang dapat dilakukan adalah titrasi iodimetri. Hingga saat ini prosedur penetapan kadar untuk natrium askorbat secara iodometri, iodatometri dan serimetri masih jarang digunakan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan penetapan kadar natrium askorbat secara iodimetri, iodometri, iodatometri dan serimetri yang menurut literatur dapat dilakukan. Dari data hasil perolehan kembali relatif setiap metode dilakukan uji secara statistik dengan menggunakan analisis varians dan uji t untuk mengetahui apakah keempat metode tersebut memberikan hasil yang sama atau berbeda ditinjau dari segi akurasi, sedangkan nilai koefisien variasi dibandingkan secara langsung untuk mengetahui apakah keempat metode tersebut memberikan hasil yang sama atau berbeda ditinjau dari segi presisi. Dari segi akurasi dan presisi iodimetri, iodometri, iodatometri dan serimetri memberikan hasil baik, namun berbeda ditinjau dari segi akurasi dan presisi. hal ini dapat dilihat dari nilai UPK rata-rata yang berada dalam rentang 98-102% yaitu iodometri 98,8648%, iodometri 99,2945%, iodatometri 100,2080% dan serimetri 100,7102%, dan nilai koefisien variasi dibawah 2 % yaitu iodimetri 0,0832%, iodometri 1,0643%, iodatometri 1,6690% dan serimetri 0,8963%, metode serimetri memberikan hasil yang terbaik dari segi akurasi dan presisi. karena memiliki tingkat akurasi dan presisi tertinggi dengan nilai koefisien variasi terendah yaitu 0,8963%.
Sodium ascorbate is the salt of ascorbic acid. In this time, sodium ascorbate is combined with ascorbate acid because it has same ability as antioxidants. For ascorbic acid raw material, there are some methods that is user for quantitative determination, such as acid-base titration, iodimetry, iodometry, iodatometry and serimetry, then for sodium ascorbate determination might be done by iodimetry. In this time, the use of procedure of quantitative determination for sodium ascorbate in iodometry, iodatometry and serimetry still rare to use. This research of sodium ascorbate purpose to compare quantitative determination in iodometry, iodatometry and serimetry according to literature might be done. The result of the relative recovery data from each method is tested statistically using analysis of variance test (ANOVA) and t test to know whether that four methods give the same or different result for the accuracy. While for the coefficient variation value compared directly to know whether the four methods give the same or different result for the precision, from the accuracy and precision aspects iodimetry, iodometry, iodatometry and serimetry give the good result, but is different with the accuracy dan precision aspect. It may also seen in UPK mean value at range 98-102%, for iodimetry 98,8648%, iodometry 99,2945%, Iodatometry 100,2080% and serimetry 100,7102%, and the coefficient value is above 2%, for iodimetry 0,0832%, iodometry 1,0643%, iodatometry 1,6690% and serimetry 0,8963%, serimetry methods gives the best result from the accuracy and precision, because serimetry have accuracy and precision with lowest level of coefficient variation value about 0,8963%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harianto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Harianto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina
"Efedrin hidroklorida merupakan alkaloida dari tumbuhan spesies
Ephedra sinica. Efedrin hidroklorida digunakan sebagai agen
simpatomimetik, nasal dekongestan, dan bronkodilator. Terdapat beberapa
metode penetapan kadar bahan baku efedrin hidroklorida, yaitu
spektrofotometri UV-Vis, titrasi bebas air, dan argentometri. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan metode yang memberikan hasil terbaik untuk
penetapan kadar bahan baku dan tablet tunggal efedrin hidroklorida ditinjau
dari segi akurasi dan presisi. Analisis uji varians satu arah (ANOVA)
digunakan untuk menentukan metode terbaik dari segi akurasi, sedang
presisi ditentukan dengan membandingkan koefisien variasi masing-masing
metode. Spektrofotometri UV-Vis adalah metode penetapan kadar terbaik
untuk bahan baku dan tablet tunggal efedrin hidroklorida berdasarkan hasil
akurasi dan presisinya."
Universitas Indonesia, 2007
S32623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Damayanti
"Loratadin adalah antihistamin golongan trisiklik dengan durasi panjang tanpa efek sedasi. Aktifitasnya selektif sebagai antagonis reseptor Hi perifer. Dengan semakin banyaknya jumlah sediaan loratadin, maka diperlukan suatu metode analisis yang dapat diandalkan untuk menguji bahan baku loratadin. Sampai saat ini bukubuku standar dalam bidang farmasi, seperti Farmakope Indonesia, British Pharmacopeia atau United States Pharmacopeia / National Formulary belum mencantumkan metode analisis imtuk loratadin. Penelitian ini bertujuan imtuk memperoleh metode penetapan kadar dan uji cemaran bahan baku loratadin serta keterangan validitasnya. Pada penelitian ini, penetapan kadar dan uji cemaran bahan baku loratadin dapat dilakukan sekaligus dengan sistem analisis yang sama, yaitu metode kromatografi cair kineija tinggi fase balik; kolom ODS 25 cm x 4,6 mm; fase gerak asetonitril-airamonium dihidrogen fosfat (110 ml: 150 ml; 1,5 g) ditambahkan asam fosfat 85% sampai pH 3,7; kecepatan aliran 1,5 ml/menit; detektor UV 273 nm; sensitivitas detektor 0,16. Sistem kromatografi yang dipakai selektif untuk zat yang diuji, dengan batas f deteksi 0,04 ug, dan presisi 1,52% (0,90 % - 2,03 %). Larutan loratadin dalam asam fosfat 12,5% stabil selama 1 minggu pada suhu 4°C dan selama 2 hari pada 27°C. Dari 5 konsentrasi zat antara 0,5 mg/ml sampai 4,0 mg/ml diperoleh kurva linier dengan persamaan Y = 1298,2 X - 4501,6; dengan koefisien korelasi 0,99993.

Loratadine is a long acting tricyclic antihistamine with selective peripheral Hr receptor antagonist activity without central sedative effect. The increasing number of pharmaceutical preparations of loratadine need a reliable analysis method. So far, the analytical method of loratadine is not available in pharmacy's reference books such as Farmakope Indonesia, British Pharmacopeia, or United States Pharmacopeia / National Formulary. The aim of this research is to obtain a method of quantitative assay and purity test of loratadine as standard substance followed by their validity information. In this research, the quantitative assay and purity test of loratadine could be done simultaneously by a reverse phase high performance liquid chromatography method using ODS column 25 cm x 4.6 mm id. The mobile phase consists of acetonitrilewater- ammonium dihydrogen phosphate (110 ml:150 ml'.l.S g) which is adjusted to pH 3.7 with 85% phosphoric acid. The flow rate is 1.5 ml/minute. The sensitivity of detector (UV at 273 nm) is 0.16. The chromatographic system being used is selective for the tested compound with detection limit of 0.04 ug and precision 1.52 % (0.90 % - 2.03 %). Loratadine solution in 12.5 % phosphoric acid is stable for one week at 4°C but only 2 days at 27°C. From five loratadine concentrations between 0.5 mg/ml - 4.0 mg/ml, a linear equation Y = 1298.2 X - 4501.6 gives rise to a coefficient (r) 0.99993."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Klorfeniramin maleat, atau yang lebih dikenal dengan nama CTM, merupakan obat golongan antihistamin yang terutama digunakan dalam sediaan antialergi dan antiinfluenza. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk penetapan kadar CTM secara kuantitatif, di antaranya titrasi bebas air, spektrofotometri UV, kolorimetri, dan kromatografi lapis tipis densitometri. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode-metode penetapan kadar bahan baku CTM tersebut dari segi akurasi dan presisi. Data hasil uji perolehan kembali relatif dari setiap metode untuk setiap kategori sampel diuji secara statistik dengan menggunakan analisis varians untuk mengetahui apakah keempat metode tersebut memberikan hasil yang sama atau berbeda ditinjau dari segi akurasi. Sedangkan nilai koefisien variasi dibandingkan secara langsung untuk mengetahui apakah keempat metode tersebut memberikan hasil yang sama atau berbeda ditinjau dari segi presisi. Metode yang paling baik adalah metode yang memberikan hasil dengan akurasi dan presisi tertinggi. Dari segi akurasi, metode titrasi bebas air, kolorimetri, dan KLT densitometri, memberikan hasil yang sama baiknya. Dari segi presisi, metode spektrofotometri UV memberi hasil yang terbaik. Namun, akurasinya paling rendah."
Universitas Indonesia, 2007
S32610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwijayanti Krismaya Nurhandini
"Pemanis telah lama digunakan dalam kertas rokok bagian ujung yang langsung berkontak dengan mulut perokok. Pemanis buatan yang biasa digunakan pada kertas rokok yakni natrium sakarin dan natrium siklamat. Adanya batasan penggunaan pemanis buatan, maka perlu diteliti kandungan natrium sakarin dan natrium siklamat, salah satunya yang terdapat pada kertas rokok. Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar natrium sakarin dan natrium siklamat pada kertas rokok secara kromatografi lapis tipis densitometri, menggunakan lempeng silika gel F254 sebagai fase diam dan campuran butanol-asam asetat-air (4:1:1) sebagai fase gerak. Natrium sakarin dianalisis pada panjang gelombang 276 nm, menghasilkan nilai Rf 0,61 dan natrium siklamat dianalisis pada panjang gelombang 523 nm menggunakan penampak bercak larutan brom 5% dalam diklormetan kemudian disemprot kembali dengan larutan fluorescein 0,25% dalam campuran dimetilformamida-etanol (1:1), menghasilkan nilai Rf 0,56; Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien variasi kurang dari 2% dan akurasi antara 98-102%. Kurva kalibrasi natrium sakarin dilakukan pada rentang 50- 300 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9996. Kurva kalibrasi natrium siklamat dilakukan pada rentang 600-1600 μg/mL menghasilkan linieritas 0,9990. Dari ketiga sampel kertas rokok, pemanis yang ditemukan adalah natrium sakarin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33043
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satfitri Rahayu
"Tablet vitamin C sudah digunakan secara luas dan beredar dengan berbagai macam merek dengan harga yang bervariasi. Vitamin C tidak stabil karena mudah sekali mengalami oksidasi sehingga produk tablet vitamin C memerlukan pengawasan dan pengendalian mengenai kualitas dari kadar zat berkhasiat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode penetapan kadar tablet vitamin C yang terbaik secara volumetri dan mengetahui apakah ada hubungan antara harga jual tablet vitamin C di apotik dengan terpenuhinya syarat baku kadar vitamin C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang terbaik untuk penetapan kadar Tablet vitamin C adalah metode Iodatometri dari 97 sampel Tablet vitamin C yang diperiksa ternyata hanya 3 dari 97 sampel yang tidak memenuhi syarat baku kadar. Semua Tablet vitamin C yang termasuk dalam kelompok tablet vitamin C 100 mg, 250 mg dan 500 mg dari semua kategori harga jualnya semua tablet tersebut memenuhi syarat baku kadar sedangkan Tablet vitamin C yang termasuk dalam kelompok vitamin C 50 mg ada 3 sampel ( 7.31%) yang tidak memenuhi syarat baku kadar yaitu dari kategori harga sedang dan mahal.
Vitamin C tablet is widely used in community with many variations of brand and price. The main characteristic of vitamin C is not stable, oxidized easily. Because of that, controlling the quality of vitamin C is needed. This research is proposed to know the best method volumetric for determining the quality of vitamin C. Besides that, this research is also proposed to know the relationship between the prices of vitamin C tablet at the drug store, with the standard quality of vitamin C.
The result of this research shows that the best method for determining the quality of vitamin C tablet is Iodatometry method, where from 97 samples of vitamin C tablet, only three of them do not meet the standard quality. All of the vitamin C tablets included tablets vitamin C 100 mg, 250 mg and 500 mg in the price categories fulfill the standard quality; while, there are three samples (7,31%) of vitamin C tablet included in category tablets vitamin C 50 mg do not meet the standard quality there are included in the medium and high price.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian A. L.
"Asam askorbat (vitamin C), adalah vitamin larut air yang banyak digunakan dalam sediaan kosmetik. Vitamin C tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat terutama dalam larutan. Derivat vitamin C yang terfosforilasi, Mg dan Na askorbil fosfat lebih stabil, dan banyak digunakan dalam sediaan larutan. Larutan vitamin C saat ini banyak beredar di pasaran dengan komposisi yang bermacam-macam, ada yang mengandung hanya asam askorbat saja dan ada juga yang mengandung campuran asam askorbat dan derivatnya. Penelitian ini dilakukan untuk menetapkan kadar askorbil fosfat dan asam askorbat dalam larutan topikal vitamin C secara KLT densitometri. Kondisi optimal untuk memisahkan askorbil fosfat, asam askorbat dan dehidroaskorbat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 F254 (Merck), dan kombinasi metanol-air (85:17) sebagai fase gerak. Lempeng dianalisa menggunakan Camag TLC scanner 3, menggunakan detektor uv pada panjang gelombang 244 nm. Hasil pengujian menunjukkan askorbil fosfat dan asam askorbat memiliki linearitas 0,5-3,0 μg. Batas deteksi masing-masing adalah 0,039 μg dan 0,059 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat, sedangkan batas kuantitasi masing-masing 0,130 μg dan 0,196 μg untuk askorbil fosfat dan asam askorbat. Rata-rata uji perolehan kembali untuk askorbil fosfat adalah 100,15%±1,04%, dan untuk asam askorbat adalah 100,18%±0,98%. Dari tiga sampel yang diperiksa kadarnya, hanya sampel B yang mengandung askorbil fosfat dengan kadar 0,43%. Sedangkan kadar asam askorbat dalam masing-masing sampel adalah 7,5%; 0,34% dan 0,47% untuk sampel A, B dan C."
Universitas Indonesia, 2006
S32549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donna Meyer
"Dengan semakin banyak beredarnya campuran asam asetil salisilat dan asam askorbat dalam sediaan tablet efervesen, maka perlu dikembangkan suatu metode yang sensitif dan mudah didalam menganalisis kadar sediaan tersebut. Metode yang digunakan adalah Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dengan menggunakan kolom C-18 ODS (3,9 mm x 300 mm); detektor UV-Vis (panjang gelombang 280 nm); fase gerak asetonitrildapar fosfat pH 3,5 (30:70, v/v) dengan laju alir 1,2 mL/menit.Parameterparameter analitik menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar asam asetil salisilat dan asam askorbat secara bersamaan. Pada penetapan kadar sampel diperoleh hasil kadar asam asetil salisilat 94,59 ± 1,33% dan kadar asam askorbat 104,58 ± 1,01%."
Universitas Indonesia, 2007
S32625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>