Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48703 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeri
"Penyalahgunaan formalin dalam makanan yang terjadi dalam dekade terakhir menjadi semakin luas. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh senyawa ini menjadi alasan perlunya dibangun suatu metode analisis untuk deteksi dan kuantitasi formaldehid. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi analisis optimum formaldehid dan memvalidasinya. Pada penelitian ini digunakan kromatografi gas dengan kolom Carbowax 20-M® 20% dalam Chromosorb® WAW DMCS berukuran 100/120 mesh, gas N2 sebagai fase gerak dengan tekanan 60 kpa, dan program suhu pada 40°C yang dipertahankan selama 20 menit, kenaikan suhu 5°C/menit sampai 80°C dan dipertahankan selama 5 menit. Deteksi menggunakan detektor ionisasi nyala (FID). Hasil validasi metode yang dilakukan memberikan nilai koefisien korelasi (r) 0,9999 pada rentang konsentrasi 0,6028 - 8,0374 μg/ml, batas deteksi dan batas kuantitasi berturut-turut 0,1031 dan 0,3438 μg/ml, hasil uji perolehan kembali antara 87,33 - 91,68% dan koefisien variasi tidak lebih dari 2%. Satu sampel mie basah yang dianalisis triplo, formaldehid diperoleh pada kadar rata-rata setelah dikoreksi 11,4620 μg/g.
Formalin misuse in some food that occur in the pass decade became widely. The adverse effect of this chemical compound has necessitated to develope an analytical method for detection and quantitation of formaldehyde. The aim of this study was to find optimum analytical condition of formaldehyde and it’s validation. The method was using gas chomatography with Carbowax 20-M® 20 % on Chromosorb® WAW DMCS 100/120 mesh as stationary phase, and N2 as carrier gas with 60 kpa pressure, and temperature program at 40°C hold for 20 minutes, program at 5°C/min to 80°C and hold for 5 minutes. Detection used flame-ionization detector (FID). The results of validation method showed coefficient of correlation (r) 0,9999 at concentration range 0,6028 - 8,0374 μg/ml, the detection and quantitation limit respectively 0,1031 dan 0,3438 μg/ml, recovery presentage was between 87,33 - 91,68% and coefficient of variation not higher than 2%. From a sample (wet noodles) that analysed triplo, formaldehyde was detected at average level after corected 11,4620 μg/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Bawono Pramudita
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32925
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lianne Cynthia Carolina Lie
"Asam valproat adalah obat antikonvulsi yang umum digunakan pada terapi epilepsi. Penggunaannya dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kegagalan hati. Analisis dengan kromatografi gas secara langsung menghasilkan kromatogram dengan puncak yang berekor besar, sehingga perlu dilakukan derivatisasi sebelum dianalisis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh baku dalam yang sesuai dan kondisi analisis optimum agar diperoleh metode yang valid yang selanjutnya digunakan untuk menetapkan kadar asam valproat dalam sampel sirup. Derivatisasi dilakukan dengan metode esterifikasi Lepage menggunakan reagen metanol-toluen 4:1 (v/v) dan katalis asetil klorida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kolom VB-wax (60 m x 0,32 mm), suhu kolom terprogram 120-180°C, kenaikkan 2°C/menit dan dipertahankan selama 5 menit. Suhu injektor dan suhu detektor masing-masing 230 dan 250°C; laju alir gas helium 1,2 ml/menit, volume penyuntikkan 1,0 μl, dan dideteksi dengan detektor ionisasi nyala. Baku dalam terpilih adalah asam nonanoat. Pada kondisi optimum waktu retensi valproat termetilasi adalah 4,2 menit dengan faktor ikutan 1,0. Waktu retensi baku dalam termetilasi adalah 5,0 menit, faktor ikutan 1,1. Metode yang diperoleh valid pada rentang konsentrasi 11,03-66,18 μg/ml, dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) 0,9999. Batas deteksi (LOD) 0,94 μg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 3,13 μg/ml. Presisi (KV) antara 0,35-1,6%, dan uji perolehan kembali 98,27-101,44%. Kadar asam valproat dalam sirup adalah 4,9 + 0,01%.

Valproic acid is an anticonvulsant drug which is commonly used in epilepsy treatment. The longterm use of valproic acid can lead to hepatic failure. Direct analysis of valproic acid by gas chromatography shows peaks with considerable tails, therefore necessary to do derivatization on valproic acid before analysis. This study aims to obtain an appropriate internal standard and the optimum analysis conditions in order to obtain a valid method which then used to determine levels of valproic acid in syrup. Derivatization was carried out with Lepage esterification method, using the reagent methanol-toluene 4:1 (v/v) and catalyst acetyl chloride. Analysis was performed using gas chromatography with VB-wax column (60 m x 0,32 mm), column temperature was programmed 120-180°C, increased by 2°C/minute and held for 5 minutes. The temperature of injector and detector were 230 and 250°C; helium gas flow rate was 1,2 ml/minute; injection volume was 1,0 μl, and detected with a flame ionization detector. The selected internal standard was nonanoic acid. At this optimum condition, retention time of methylated valproic was 4,2 minutes with tailing factor 1,0. Retention time of methylated internal standard was 5,0 minutes, tailing factor 1,1. Linearity was established for range concentration of 11,03-66,18 μg/ml with coefficient correlation (r) was 0,9999. Limit of Detection (LOD) was 0,94 μg/ml and Limit of Quantification (LOQ) was 3,13 μg/ml. Precision (CV) ranged 0,35-1,16%, and recovery ranged 98,27-101,44%. Valproic acid levels in the syrup was 4.9 + 0.01%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lely Listianingrum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eva Gustina M.
"Saat ini banyak sekali dapat kita temui produk kosmetik, salah satunya adalah antiperspirant yang mengandung zat aktif yang dapat menyerap keringat yang berlebihan sehingga badan akan terasa tetap kering dan nyaman. Namun, banyak produk kosmetik yang tidak mencantumkan secara lengkap komposisi serta kadar komponen pada kemasannya. Umumnya sediaan kosmetik mengandung etanol, maka tidak tertutup kemungkinan adanya golongan alkohol alifatik lain selain etanol dalam antiperspirant.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis golongan alkohol alifatik C1-C4 dan menentukan kadarnya dalam antiperspirant. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan kromatografi gas dengan pemrograman suhu awal kolom 30OC dipertahankan selama 10 menit, kenaikan suhu 3OC/menit sampai mencapai suhu 150OC dan dipertahankan selama 5 menit. Tekanan gas pembawa nitrogen 60 kPa. Suhu injektor dan detektor FID 150OC.
Dari 3 sampel antiperspirant yang diperiksa tidak ditemukan adanya golongan alkohol lain selain etanol, dan dua dari tiga sampel antiperspirant mengandung etanol yaitu sampel B sebesar (18,8072 ± 0,0638)% v/v dan pada sample C sebesar (49,8924 ± 0,4549)% v/v, sedangkan sampel A tidak mengandung etanol.
Nowadays, many kinds of cosmetic products that we could find, one of them is antiperspirant that can absorb and reducing the flow of perspiration and hence its volume, so can keep the body feel comfort and dry. Many cosmetic products do not attached its composition and its concentration completely on its label. Commonly, cosmetics contain ethanol, so there is a possibility that antiperspirant products can also contain another kind of aliphatic alcohol beside ethanol.
The aim of this research to determine the kind of aliphatic alcohol and its concentration in antiperspirant. The method that is used to analyse is gas chromatography using temperature programme with column temperature begin at 30OC for 10 minutes, temperature increasing 3OC/minutes until final temperature 150OC for 5 minutes. The pressure of carrier gas nitrogen is arranged at 60 kPa. The temperature of injector and detector is 150OC.
After analyse 3 samples of antiperspirant none of them contain another kind of aliphatic alcohol beside ethanol. And from 3 samples, 2 of them contain ethanol that is sample B (18,8072 ± 0,0638)% v/v and sample C (49,8924 ± 0,4549)% v/v, meanwhile sample A does not contain alcohol.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Veronica K.R. Hartohusodo
"Steror mempunyai peranan penting dalam produksi hor
mon-harmon steroid yang amat dibutuhkan dalam obat obat kontrasepsi.
Dari pustaka telah ditemukan adanya sterol-sterol -
dalam Tanda, Kelapa Sawit, tapi belum dapat diketahul jenis jenis sterolnya maupun kadarnya. Sebagal dasar. untuk.memperoleh hasil penelitian yang baik, dipenlukan cara identifikasi dan Penetapan Kadar yang cukup baik pula.
Untuk rnencapai tujuan mi dilakukan pemeniksaan Secara "Gas Liquid Chromatography", dengan memakai kolom kaca borosilikat panjang 2 m, diameter 3 mm, diisi dengan fase diam SE-30 5 % pada Chramosarb Ui-HP 80-100 mesh
Kondisi yang sesuai untuk memisahkan sterol-sterol
diperoleh dengan mengubah-ubah temperatur kolom dan kecepatan alirañ gas pembawa. Temperatur kolorn 260°C dan kecepatan aliran N 2 60 mi/menit merupakan kondisi yang dipiIih untuk identifikasi dan pemisahan campuran steron. dalam Tandan Kelapa Sawit.
11èti1 Testosteron digunakan sebagai internal standard. Tanda kelapa sawit yang dipeniksa mengandung sterol sterol yang terdini dari Kolestero]. ( 92 ppm ), Kampesteno]. C 56 ppm ), Stigmasterol ( 110 ppm ) dan Sitosterol (4SOpprn)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S32047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Aflatoksin merupakan metabolit yang diproduksi oleh kapang Aspergillus pada makanan dan pakan. Aflatoksin telah mendapatkan perhatian yang lebih besar dari mikotoksin lain karena menunjukkan efek karsinogenik pada hewan percobaan dan efek toksik akut pada manusia. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan aflatoksin yang terdapat dalam kacang tanah dan jagung secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kondisi optimum KCKT adalah dengan menggunakan kolom Supelcosil LC-18 25 cm x 4 mm ID, fase gerak metanol-asam asetat glasial-air (20:15:65) dengan laju alir 1,5 ml/menit. Analisis dilakukan dengan Shimadzu LC-6A, pemroses data Class C-R4A dan detektor Shimadzu RF-535 dengan panjang gelombang eksitasi 365 nm dan panjang gelombang emisi 425 nm. Hasil pengujian menunjukkan data kurva kalibrasi yang linear antara 10 -100 ng/ml dengan koefisien korelasi 0,9999; batas deteksi 1,913 ng/ml dan batas kuantitasi 6,379 ng/ml. Rata-rata uji perolehan kembali pada jagung 98,29% ±1,86%. Penerapan metode ini terhadap tiga sampel jagung rebus dan dua sampel jagung mentah menunjukkan tidak satupun yang tercemar AFB1."
Universitas Indonesia, 2006
S32558
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>