Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217251 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chasanatul Latifah
"Lactobacillus tergolong suatu probiotik Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Lactobacillus terhadap frekuensi dan lama diare, serta lamanya rawat inap pada penderita diare akut. Desain penelitian yang dilakukan adalah cross sectional dengan metode random stratified. Penelitian ini telah dilakukan di Departemen IKA,RSCM, periode September-Oktober 2006. Data pasien dikumpulkan dari rekam medik dan dianalisis dengan dengan menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara pemberian Lactobacillus dengan frekuensi dan lama diare, serta lamanya rawat inap.
Lactobacillus classified as a probiotics. The purpose of this research is to know the influences of Lactobacillus to frequency, period of diarrhoea and duration of hospital stay for acute diarrhoea patient. The design of this research was Cross Sectional with stratified random method. The research had done in IKA Departement, RSCM during September-Oktober 2006. The data patients were collected from medical records and analysed by chi square statistical with confidence level 95%. The result showed that there was no correlation between Lactobacillus to frequency, period of diarrhoea and duration of hospital stay."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Setiadi Dharmawan
"Diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan terjadi 1,3 milyar episode diare pada balita dengan insidens paling tinggi usia di bawah 2 tahun. Pada tahun 2003, di negara berkembang terdapat 1,87 juta anak di bawah 5 tahun meninggal akibat diare dan 80% terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Anak usia di bawah 5 tahun mengalami sekitar 3 episode diare per tahun namun di beberapa daerah terdapat 6-8 episode diare per tahun. Departemen Kesehatan RI melaporkan, di Indonesia setiap anak rata-rata mengalami diare sebanyak 1,6-2 episode per tahun.
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab diare cair maupun diare berdarah akut. Bakteri yang sering menyebabkan diare akut pada anak di negara berkembang antara lain; Escherichia coli (10-20%), ShigelIa (10-15%), CampyIobacter jejuni (5-15%), Vibrio cholera (5-10%) dan Salmonella (1-5%). Ariyani (1996-1997) menemukan E.coli 1-5 sekitar 14,1% sebagai penyebab tunggal diare terbanyak setelah infeksi tunggal rotavirus (18,8%).
Antibiotik sering digunakan dokter pada kasus diare akut tanpa indikasi yang jelas. Purnomo dkk melaporkan sebanyak 27,5% dokter umum di Puskesmas dan praktek swasta di Jakarta Timur memberikan antibiotik pada penderita balita dengan diare akut. Dwipurwantoro dkk melaporkan dari 3 rumah sakit swasta Jakarta, dari 67 pasien diare akut yang dirawat sebanyak 55 anak (82,1%) mendapat antibiotik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Hidayat
"The study was a double-blind, controlled, randomized by episode in two sub-district rural areas ± 200 km from Jakarta, in which 1,185 children under three years of age were assigned to receive 4-5 mg element zinc/kg bw/day as a daily dose in two divided doses for the consecutive days during diarrhea Children were visited at their home every week for 12 months and they also underwent oral rehydration therapy. After 12 months observation there were 2, 410 episodes, 131 were excluded due to lack of information.
Among children of zinc supplementation group there was 11% reduction (95% confidence interval, 3 to 18%) in the risk of continued diarrhea. In children with watery diarrhea there was a decreased of 12% (95% confidence interval, 3 to 21%) in the number of days in the zinc supplementation group. The reduction in the likelihood of diarrheal duration was 18% (95% confidence interval, 4 to 43%) in children who were given antibiotics before enrollment. Among children who had 3 episodes during 12 months observations there was a greater reduction in diarrheal duration (RR. in the zinc supplementation group = 0.79; 95% confidence interval, 0.64 - 0.97). Zinc supplementation in children with stunted growth was associated with 8% reduction of the risk of continued diarrhea, but statistically not significant (95% confidence interval, -9 to 21%). Children in zinc group had a lower proportion of persistent diarrhea (z 14 days) than control group zinc supplementation resulted in a 44% (95% confidence interval, 2 - 70%) reduction in the incidence of persistent diarrhea.
These findings suggest that zinc supplementation in children with acute diarrhea significantly reduced the duration of diarrhea and the risk of persistent diarrhea. Zinc supplementation may have a significant effect on childhood diarrhea-related mortality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
D151
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
"Selama ini, pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa susu rendah laktosa atau susu bebas laktosa telah digunakan secara luas dalam masyarakat tanpa melihat sebab diare, dan derajat dehidrasi. Seperti diketahui, selain harga yang relatif mahal, laktosa merupakan sumber karbohidrat pada susu yang diperlukan bagi pertumbuhan terutama pada bayi dengan susu sebagai makanan utama. Laktosa juga berfungsi menambah absorpsi kalsium. Hasil pemecahan laktosa yaitu galaktosa berperan dalam memproduksi glikoprotein dan glikolipid yang berguna dalam perkembangan otak. Perlu dilakukan penelitian apakah setiap anak dengan diare akut harus mengganti susu formula.
Walaupun penelitian meta-analisis telah dilakukan oleh Brown dkk15 namun penelitian secara langsung membandingkan susu formula yang mengandung laktosa dan susu formula yang tidak mengandung laktosa pada tata laksana diare akut tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan-sedang pada pasien rawat jalan belum ada di Indonesia.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah setiap anak usia 6 - 24 bulan dengan diare akut memerlukan penggantian susu formula lanjutan menjadi susu formula bebas laktosa?
2. Bagaimana efek susu formula bebas laktosa terhadap lama diare dibandingkan dengan susu formula lanjutan?
3. Bagaimana efek susu formula bebas laktosa terhadap frekuensi diare dibandingkan dengan susu formula lanjutan?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan umum
Untuk membandingkan efek pemberian susu formula bebas laktosa dibandingkan susu formula lanjutan terhadap perjalan klinis diare akut pada anak usia 6 - 24 bulan di Unit Rawat Jalan Departemen IKA FKUIRSCM, Jakarta dan Unit Gawat Darurat Anak RSCM, Jakarta.
Tujuan khusus
Tujuan khusus utama
Untuk membandingkan efek susu formula bebas laktosa dan susu formula lanjutan terhadap lama dan frekuensi diare akut pada anak usia 6 - 24 bulan di Unit Rawat Jalan Departemen IKA FKUI-RSCM, Jakarta dan Unit Gawat Darurat Anak RSCM, Jakarta.
Tujuan khusus tambahan
Mengetahui efek pemberian susu formula bebas laktosa dan susu formula lanjutan pada diare akut terhadap kegagalan terapi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrina Indah Pratiwi
"Penanganan diare akut primer pada anak yang tidak tepat merupakan penyebab banyaknya kasus kematian pada anak terutama usia kurang dari 5 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto sehingga dapat meminimalisir penggunaan obat yang tidak rasional. Desain studi menggunakan studi cross-sectional, hasil penelitian dijelaskan secara deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak usia 0 ndash;18 tahun yang menderita diare akut primer. Penelitian dilakukan terhadap 81 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dinyakatan dalam satuan DDD dan DDD/100 beds/hari dan analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90. Berdasarkan hasil analisis, prevalensi pasien yang menderita diare terbanyak pada pasien laki- laki, dengan rentang umur >1 bulan ndash;2 tahun. Kuantitas obat diare berdasarkan nilai DDD dan DDD/100 beds/hari didapatkan nilai DDD terbesar adalah Zink 24,54 dan nilai DDD/100 beds/hari terbesar adalah Seftazidim 41,67 . Kualitas penggunaan obat diare pada pasien anak di Perawatan Ilmu Kesehatan Anak WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto perlu lebih dikaji kembali. Penggunaan obat diarenya sudah 100 sesuai dengan Formularium Nasional.

Improper treatment of acute primary diarrhea in children is the cause of many death cases in children especially under the age of 5 years. This research aimed to know the rationality of diarrhea drug utilization in Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto so it could minimize irrational drugs utilization. The study design used a cross sectional study, the results of the study were described descriptively. Data was collected retrospectively from patient medical record data. The samples in this study were all data of pediatric patients ages 0 18 years with acute primary diarrhea. The study was conducted on 81 medical records that met the inclusion criteria. Analyses were performed quantitatively dan qualitatively. Quantitative analysis is expressed in units of DDD and DDD 100 beds day. Qualitative analysis is expressed in the DU90 segment. Based on the analysis, the most prevalence of diarrhea in male, with an age range 1 month 2 years. The largest DDD value was Zink 24.54 and the largest DDD 100beds day value was Ceftazidime 41,67. The quality of antidiarrheal drugs use in pediatric patients need more improvement. The use of antidiarrheal drugs in in Inpatient of Pediatric Healthcare Science WAT IKA RSPAD Gatot Soebroto is compliance with the national formulary 100.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Putri Andayani
"ABSTRAK
Diare pada balita menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan anak salah satunya adalah dehidrasi. Pemberian madu bermanfaat terhadap diare. Madu memiliki kandungan antibakteri, antiinflamasi, dan antivirus yang dapat melawan organismepenyebab diare. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian madu dengan ORS dan larutan madu ORS terhadap frekuensi diare dan lama rawat pada anak balita. Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol randomized controlled trial atau RCT dengan pendekatan pre and post test control group design pada 72 responden kelompok intervensi = 36 dan kelompok kontrol = 36 . Kelompok intervensi diberikan madu dengan ORS sebanyak 5 ml dan pemberian ORS setiap anak diare, sedangkan kelompok kontrol diberikan larutan madu 10 ml ditambahkan dengan ORS diberikan setiap anak diare. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan antara frekuensi diare sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p<0,001) dan kelompok kontrol (p<0,001). Lama rawat juga mengalami
perbedaan yang bermakna setelah diberikan madu dengan ORS dan larutan madu ORS
(p<0,001). Madu dapat dijadikan salah satu alternatif terapi yang dapat diterapkan oleh
perawat anak di ruang rawat inap anak untuk menurunkan frekuensi diare dan lama
rawat pada anak.
ABSTRACT

Diarrhea under five children causing adverse effects on the health of children one of them is dehydration. Honey is useful in reducing the frequency of diarrhea. Honey has antibacterial, antiinflammatory, and antiviral properties that can fight against diarrhea. This study aims to determine the effect of giving honey with ORS and ORS honey solution to the frequency of diarrhea and long treatment in children under five. This study designed was randomized controlled trial or RCT with pre and post test control group design at 72 respondens intervention group 36 and control group 36 . The intervention group was given 5 ml of ORS with ORS for each child diarrhea, while the control group was given 10 ml honey solution added with ORS given every child diarrhea. The results showed the effect of honey on the frequency of diarrhea (p<0,001)
and length of treatment (p<0,001). Honey can be one alternative therapy that can be
applied by child nurses in the inpatient room to reduce the frequency of diarrhea and
length of care in children."
Depok: 2018
T51086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartaniah Sadikin
" LATAR BELAKANG
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka kematian pada balita. Telah dilakukan usaha terus-menerus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas diare, namun masih ada dugaan bahwa belum seluruh masyarakat terutama ibu dan petugas kesehatan melakukan tatalaksana diare secara besar.
Angka kesakitan diare di Indonesia dewasa ini diperkirakan antara 120-300 kejadian per 1000 penduduk per tahun, 60-80% di antaranya terdapat pada balita. Dari sejumlah ini diperkirakan sebanyak 1% akan menderita diare dehidrasi berat dengan angka kematian sekitar 175.000 per tahun, di antaranya terdapat 135.000 bayi dan anak balita (Ditjen PPM & PLP Depkes, 1990). Di negara sedang berkembang, 45 % populasi adalah anak berumur kurang dari 15 tahun, dengan jumlah balita sebanyak 20% (BPS, 1979). Di Indonesia, pada tahun 1987 terdapat 39,4 % anak berumur kurang dari. 15 tahun, dari sejumlah ini terdapat balita sebanyak 12,6 % (Grant, 1989).
Selain itu diare jugs merupakan penyebab utama gizi kurang, yang akhirnya dapat menimbulkan kematian karena penyebab lain, misalnya infeksi saluran nafas. Sebagian besar angka kematian diare ini diduga karena kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu, mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan diare dehidrasi (Munir, 1982).
Tinggi rendahnya angka kejadian diare ini dalam masyarakat ditentukan antara lain oleh : 1). Faktor lingkungan dan 2).Faktor perilaku masyarakat. Kedua faktor ini memegang peranan yang penting dalam mencegah dan menanggulangi diare, sehingga untuk dapat menunjang program pembangunan nasional di bidang kesehatan yang bertujuan mencapai " Sehat untuk semua pada tahun 2000 ". harus mendapat perhatian yang besar ( Sunoto, 1986).
Sernboyan atau motto yang berbunyi " Pengobatan diare mulai di rumah dan penderita diare sebenarnya tidak perlu meninggal " telah dicanangkan sejak 15 tahun yang lalu. Sejak itu telah dipromosikan Oralit dan URO (Upaya Rehidrasi Oral), namun usaha tersebut belum mencapai sasaran pada seluruh lapisan masyarakat dan bahkan para petugas kesehatan pun masih banyak yang belum menggunakannya (Ismail, 1990).Hingga kini, masih saja ada masyarakat yang beranggapan bahwa (1). Diare merupakan gejala anak mau bertambah pintar, ngenteng-ngentengi "indah", dan sebagainya ;(2). Perlu menghentikan makanan dan minuman sehari-hari. tarmasuk ASI, selama diare; 3). Perlu memberikan obat. baik obat tradisional (jamu). daun jambu, popok daun-daunan. kerikan, maupun obat modern, baik yang harus dibeli dengan resep dokter, maupun yang dapat dibeli bebas di apotik atau di toko obat . Keadaan di atas kiranya sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat terhadap penyakit diare dan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. lingkungan, keadaan social ekonomi, peranan tenaga penyuluh kesehatan, dan sebagainya (Ismail. dkk., 1986)
Dalam upaya mencapai "Sehat Untuk Semua" masih dirasakan kurangnya sumber daya yaitu tenaga, dana dan sarana-prasarana.
Untuk ini perlu peran serta masyarakat, khususnya ibu, yang mempunyai perilaku yang menunjang, yang selanjutnya juga berperan sebagai 'dokter' terdekat bagi keluarga. terutama bagi anaknya. Khusus pada diare. peran ibu ini sangat penting dalam usaha pencegahan dan penanganannya.
Peran ibu ini menjadi sangat penting karena di dalam merawat anaknya, ibu seringkali berperan sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan anak, yaitu dalam hal memberi makan, memberi perawatan kesehatan dan penyakit, memberi stimulasi mental (Titi Sularyo dkk., 1984). Dengan demikian bila ibu barperilaku baik mengenai diare, ibu sebagai pelaksana dan pembuat keputusan dalam pengasuhan, diharapkan dapat memberikan pencegahan dan pertolongan pertama pada diare dengan baik.
Akhirnya penelitian mengenai seberapa jauh peran serta masyarakat terutama ibu. khususnya perilaku ibu mengenai diare pada balita dan penanganannya, perlu dilakukan, yang setahu peneliti, penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di Bagian Anak FKUI/RSCM Jakarta
"
1991
T 6593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Anna Tjandrajani
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1999
T59104
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lannywati Ghani
"Diare persisten merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Angka kematian akibat diare persisten pada balita berkisar antara 45%.
Studi ini bermaksud mengetahui faktor-faktor risiko terjadinya diare persisten. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus kontrol dengan variabel terikat adalah diare persisten dan variabel babas adalah status gizi, jenis kelamin, malabsorpsi lemak, intoleransi laktosa, tinja berlendir, tinja berdarah, penggunaan antibiotik, anemi dan penyakit penyerta. Kasus adalah anak yang menderita diare yang berlanjut lebih dari 14 hari dan kontrol adalah anak yang menderita diare yang akut dan sembuh sebelum 7 hari. Baik kasus maupun kontrol adalah penderita diare yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dari 1 Januari 1990 sampai dengan 31 Desember 1996, terkumpul 121 kasus dan 484 kontrol yang dianalisis menggunakan analisis regresi logistik multivariat.
Pada analisis regresi logistik multivariat didapatkan faktor risiko yang potensial adalah gizi kurang, pemakaian antibiotik, tinja berlendir, tinja berdarah, malabsorpsi lemak, intoleransi laktosa dan anemi. Penelitian ini menyimpulkan perlunya mempertimbangkan faktor-faktor risiko diare persisten dalam tatalaksana diare akut pada anak.

Risk Factors Of Persistent Diarrhoea In Children Hospitalized In The Departement Of Child Health, Medical Faculty, University Of Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta 1990-1996.Persistent diarrhoea is still a major health problem in children. It is mentioned that the case fatality rate of persistent diarrhoea in the under five is about 45%. This study is intended to determine risk factors which are potential to cause persistent diarrhoea.
This study is a case control study with persistent diarrhoea as dependent variable and nutritional state, sex, fat malabsorption, lactose intolerance, mucoid stool, blood stool, antibiotics use, anemia, and accompanying diseases as independent variable. Persistent diarrhoea is defined as diarrhoea occured for more than 14 days. Control groups are children with acute diarrhoea and cured before 7 days.
Both cases and controls are diarrhoea patient who were hospitalized in the Departement of Child Health Cipto Manungunkusumo Hospital from 1st of January 1996 to 31st of December 1996.
There were 121 cases and 484 controls. The statistical analysis was done using multivariate logistic regressions.The result showed that potential risk factors are malnutrition, antibiotics, mucoid stool, blood stool, fat malabsorption, lactose intolerance, and anemia.It is very important to consider those risk factors in the management of children with acute diarrhoea in order to prevent persistent diarrhoea."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Listiyaningsih
"Penelitian ini menilai peran genetik rotavirus terhadap keparahan diare pada populasi bayi dan balita di rumah sakit dan puskesmas, pada 2005?2008. Keanekaragaman genotipe rotavirus sangat tinggi; 7 variasi genotipe umum (didominasi G1P[8]) dan 52 genotipe tidak umum (didominasi G4G9P[8]). Rotavirus genotipe tidak umum terdistribusi merata di rumah sakit dan puskesmas. Terhadap genotipe umum, genotipe tidak umum mempunyai PR 1,2 pada keparahan diare. Karakter gen VP7 berperan penting/menentukan peran genotipe GP pada keparahan. Status nutrisi memodifikasi efek peran genotipe pada keparahan diare. Faktor umur dan faktor pemberian sendiri antibiotik secara independen berperan menentukan keparahan. Koinfeksi tidak signifikan merubah derajad keparahan diare infeksi yang diakibatkannya.

This study assessed the rotavirus genetic role on diarrhea severity in infants and young children population in hospitals and primary health centers, at 2005-2008. Genotype diversity of rotavirus is very high; 7 variations common genotype (dominated by G1P[8]) and 52 uncommon genotypes (predominantly G4G9P[8]). Rotavirus uncommon genotypes are distributed equally in both health centers. Against common genotypes, uncommon genotypes have a PR 1.2 in the severity of diarrhea. VP7 genes play an important character and define the role of GP genotype. Nutritional status modify the effects of genotype on the severity of diarrhea. Age and antibiotic are risk factors for severity of diarrhea, independently. Coinfection did not significantly alter the degree of severity of acute infectious diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
D1313
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>