Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95996 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Suherman
"Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh penggunaan amilum ganyong sebagai bahan pengikat terhadap laju disolusi propranolol HCl dalam sediaan tablet secara granulasi basah. Amilum ganyong terlebih dahulu diperiksa karakteristik fisiknya kemudian difungsikan sebagai pengikat dalam formulasi tablet yang mengandung bahan aktif propranolol HCl 30 mg per tablet. Penelitian ini menggunakan tiga formula A, B dan C dengan variasi persentase dari amilum ganyong yaitu 1%, 3% dan 5% dari bobot tablet. Tablet dicetak menggunakan metode granulasi basah.
Hasil dari evaluasi menunjukkan bahwa amilum ganyong memiliki kemampuan untuk membentuk gel bila berkontak dengan air sehingga dapat digunakan sebagai pengikat. Terhadap semua formula dilakukan evaluasi karakteristik fisik tablet, kandungan propranolol HCl dan laju disolusinya.
Hasil penelitian menunjukkan amilum ganyong sebagai pengikat akan memberikan nilai kekerasan dan keregasan tablet yang semakin baik dengan ditingkatkan jumlahnya menjadi 5%. Pada uji disolusi menunjukkan penambahan amilum ganyong sampai 5% memberikan efek penurunan laju disolusi terhadap tablet propranolol HCl pada medium dapar fosfat pH 7,6 sedangkan pada medium HCl pH 1 ketiga formula tablet memiliki laju disolusi yang serupa.
It has been done a research on the effect of queensland arrowroot starch on dissolution rate of propranolol HCl tablet that was produced with the wet granulation method. Queensland arrowroot starch was evaluated first on their physical characteristic then was functioned as a binder on a tablet formulation that contain active ingredient of propranolol HCl 30 mg per tablets. This research using three formulas A, B and C with variation on concentration of the queensland arrowroot starch as a binder i.e. 1%, 3% and 5% from tablet weight. The tablets were produce with wet granulation method.
The result of the evaluation shown that queensland arrowroot starch has an ability to form a gel if contact with water so it can be used as a binder. To all formulas were conducted an evaluation of characteristic of their tablet, propranolol HCl contain and dissolution rate.
The result of the evaluation shown that queensland arrowroot starch as a binder will give a good value to hardness and friability of the tablet if the amount was increased to 5%. On the dissolution test shown that the increasing amount of queensland arrowroot starch to 5% will give an effect to the decrease of the dissolution rate of the propranolol HCl tablet on medium dapar phosphate pH 7,6 but on medium HCl pH 1 the three tablet formulas has a similar rate.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Amilum ganyong adalah amilum yang didapat dari rimpang tanaman
ganyong (Canna edulis Ker). Tanaman ini telah banyak dibudidayakan di
daerah Jawa Barat, tetapi masih terbatas penggunaannya dibidang pangan.
Pada penelitian ini amilum ganyong berfungsi sebagai bahan pengisi,
pengikat dan penghancur pada pembuatan tablet secara granulasi basah.
Amilum maidis digunakan sebagai pembanding. Formula tablet yang dibuat
terdiri dari delapan formula tablet plasebo dan dua formula yang masingmasing
mengandung propranolol hidroklorida dengan kadar 30 mg dari 200
mg bobot tablet. Semua formula tablet tersebut dilakukan evaluasi, terhadap
uji visual, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan,
waktu hancur, penetapan kadar dan disolusi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar formula tablet yang menggunakan amilum ganyong
memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III dan Farmakope
Indonesia Edisi IV."
Universitas Indonesia, 2006
S32551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmaidar
"Pati ganyong berasal dari rimpang tanaman ganyong (Canna edulis Kerr.) yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Namun, pati ganyong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik pati ganyong yang lebih baik dan salah satunya adalah dengan fosforilasi pati ganyong. Fosforilasi pati ganyong dilakukan dengan mereaksikan pati dengan Na2HPO4 1% dan 3% pada pH 9 dengan penambahan NaOH 5 N, yang akan menghasilkan pati dalam bentuk ikatan esterfosfat, disebut pati ganyong fosfat (PGF). Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan menguji karakteristik PGF sebagai eksipien dalam sediaan farmasi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi Na2HPO4 meningkatkan kadar fosfor dalam pati. Peningkatan kadar fosfor mempengaruhi karakteristik kimia, fisika, dan fungsional pati. PGF memiliki karakteristik yang berbeda dengan pati ganyong. PGF 3% memiliki kekuatan gel dan kompresibilitas yang lebih baik dibandingkan PGF 1% dan pati ganyong. Penelitian ini menunjukkan PGF dapat digunakan sebagai bahan pengisi, pengikat dan bahan pengental dalam sediaan farmasi.
Queensland arrowroot starch is obtained from Queensland arrowroot rhizomes, it’s could be used as a pharmaceutical excipient. However, Queensland arrowroot starch as an excipient still has unbeneficial properties. So, many efforts done to get a better excipient from Queensland arrowroot starch and one of that is by phosphorylation of Queensland arrowroot starch. Phosphorylation of Queensland arrowroot starch is done by reacting Queensland arrowroot starch with Na2HPO4 1% and 3% under pH 9 by adding NaOH 5N, which produce starch in ester phosphate binding, who called Queensland arrowroot starch phosphate (SP). The aim of this research is the made and to test characteristics Queensland arrowroot starch phosphate (SP) as a pharmaceutical excipient. The research showed increasing Na2HPO4 concentration that increase phosphorus contents in starch. Increasing phosphorus contents are influence chemistry, physics, and functional characteristics of starch. SP have difference characteristics with Queensland arrowroot starch. SP 3% have better strong gel and compressibility than SP 1% and Queensland arrowroot starch. This research showed SP could be used as filler, binder, and thickening agent."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Pujiastuti
"Ganyong atau "Queensland arrowroot" adalah suatu tanaman liar yang mudah dibudidaya dan sudah banyak manfaatnya, namun masih terbatas pada bidang pangan. Oleh karena itu amilum ganyong dimodifikasi menjadi amilum ganyong terpregelatinasi sehingga dapat digunakan dalam sediaan tablet cetak langsung. Pada penelitian ini dilakukan empat tahapan yaitu pembuatan amilum ganyong terpregelatinasi; karakterisasi amilum yang meliputi karakterisasi kimia, fisik, dan fungsional; pembuatan tablet dengan metode cetak langsung; dan terakhir evaluasi fisik sediaan tablet. Pregelatinasi amilum ganyong dibuat dengan kadar air 55% pada suhu 80°C menggunakan alat double drum drier, kemudian digiling dan diayak dengan mesh 80. Karakterisasi amilum ganyong terpregelatinasi dibandingkan dengan starch 1500, yaitu amilum terpregelatinasi yang sudah dipakai dalam industri farmasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum ganyong terpregelatinasi memiliki nilai viskositas dan kekuatan gel yang lebih besar dari starch 1500 dan untuk karakterisasi kimia memenuhi syarat USP 26 /NF 21. Pada evaluasi tablet, semakin besar jumlah amilum ganyong terpregelatinasi, maka semakin lama waktu hancurnya, semakin berkurang keregasannya dan semakin berkurang koefisien variasi keseragaman bobotnya. Pada konsentrasi 30%, amilum ganyong terpregelatinasi optimum sebagai bahan pengikat pada tablet cetak langsung."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Riyanti
"Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh primogel terhadap pelepasan obat dalam matriks kitosan dengan menggunakan propranolol HCl sebagai model, karena propranolol memiliki waktu eliminasi yang singkat sehingga kadarnya perlu dipertahankan selama terapi. Matriks kitosan melepaskan propranolol secara terkontrol, yang melarut dalam medium asam. Primogel dapat dikombinasikan dengan kitosan dalam matriks tablet lepas terkendali. Kombinasi tersebut dapat mengontrol pelepasan propranolol dalam medium asam. Penelitian ini menggunakan 6 formula yang mengandung primogel di dalam matriks kitosan dengan kadar yang bervariasi dan satu formula tanpa penambahan primogel. Tablet diuji pelepasan propranololnya dengan alat disolusi tipe basket pada medium larutan HCl pH 1,2 selama 2 jam dan dipindahkan dalam medium dapar fosfat pH 7,5 selama 6 jam. Pelepasan propranolol HCl dari matriks yang mengandung kitosan dan primogel mengikuti mekanisme difusi. Kecepatan disolusi propranolol HCl menurun sebanding dengan peningkatan kadar primogel dalam matriks kitosan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Octarina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2003
S32358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Hamidah
"Gliklazida merupakan obat antidiabetes tipe II golongan sulfonilurea yang
berdasarkan BCS (Biopharmaceutical Classification System) termasuk ke dalam
golongan kelas II yaitu golongan yang memiliki kelarutan yang rendah dan
permeabilitas yang tinggi. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan dari
gliklazida dapat dilakukan dengan cara sistem dispersi padat. Pada penelitian ini
dispersi padat dibuat menggunakan pembawa PVP dan penambahan
superdisintegran Kollidon Cl. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan superdisintegran Kollidon Cl terhadap laju disolusi tablet gliklazida
dalam sistem dispersi padat. Dispersi padat gliklazida-PVP (formula A) dibuat
dengan perbandingan 1:1, gliklazida-PVP-kollidon Cl (formula B) 1:1:0,1 dan
campuran fisik gliklazida-PVP-kollidon Cl (Formula C) 1:1:0,1 menggunakan
metode pelarutan. Hasil menunjukkan kelarutan gliklazida dalam dispersi padat
meningkat sebesar 39,27% dibandingkan dengan gliklazida standar sedangkan
dengan adanya penambahan superdisintegran kolidon Cl kelarutan gliklazida
menurun sebesar 10,30% dibandingkan dengan gliklazida standar sedangkan pada
pengujian disolusi tablet peningkatan pelepasan gliklazida dalam dispersi padat
meningkat 50,92% dibandingkan campuran fisik dan adanya penambahan
superdisintegran kolidon Cl menurun sebesar 30,23% dari campuran fisik. Dari
hasil perhitungan disolusi terbanding formulasi tablet yang dibuat tidak
menunjukkan adanya persamaan profil disolusi dengan tablet X."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33154
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian tentang pengaruh kitosan pada laju disolusi ketoprofen, suatu senyawa obat sukar larut dalam air, telah dilakukan. Campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan (metode pelarut) dibuat dengan perban-dingan 1:1,1:3 dan 1:5. Laju disolusi sampel ditentukan dengan alat disolusi tipe I dengan menggunakan air sebagai medium. Perubahan fisik yang terjadi diamati dengan menggunakan analisis termal (DSC) dan difraksi sinar-X. Hasil uji dengan analisis termal dan difraksi sinar-X menunjukkan dispersi padat ketoprofen-kitosan berada dalam bentuk amorf sementara campuran fisik masih menunjukkan sifat kristal dari obat dan sifat amorf dari kitosan. Campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan terbukti meningkatkan laju disolusi ketoprofen dibandingkan laju disolusi ketoprofen tunggal. Peningkatan laju disolusi ketoprofen dalam campuran fisik dan dispersi padat berkorelasi positif dengan konsentrasi kitosan. Laju disolusi ketoprofen dari campuran fisik dan dispersi padat ketoprofen-kitosan 1:5 selama 120 menit 2,7 dan 2,2 kali lebih tinggi daripada laju disolusi ketoprofen tunggal."
Universitas Indonesia, 2005
S32522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Febrina
"Superdisintegran merupakan eksipien yang ditambahkan untuk membantu pecahnya tablet. Partikel obat yang telah terdisintegrasi akan terdisolusi. Disolusi merupakan proses dimana bahan obat menjadi terlarut pada medium pelarut. Sebelum dipasarkan, sebuah obat baru harus melakukan uji disolusi terbanding untuk melihat kemiripan profil disolusi dengan tablet inovator.
Penelitian ini mempunyai tujuan melihat pengaruh superdisintegran dalam tablet terhadap laju disolusinya serta melakukan uji disolusi terbanding terhadap tablet inovator. Pada penelitian ini tablet dibuat dengan metode granulasi basah.
Pengujian disolusi dilakukan menggunakan alat tipe 2 dengan medium dapar fosfat pH 5,8 dengan volume 900ml pada suhu 37 ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 50 rpm dan sampel diambil pada menit ke 60. Sedangkan pengujian disolusi terbanding menggunakan alat tipe 2, dengan 3 medium yaitu pH 1,2; pH 4,5; dan pH 6,8 dengan volume 900 ml pada suhu 37 ± 0,5°C dengan kecepatan pengadukan 50 rpm. Sampel diambil pada waktu 10, 15, 30, 45, dan 60 menit.
Perbandingan profil disolusi dihitung menggunakan parameter different factor (f1) dan similarity factor (f2). Hasil pelepasan obat F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 101,70±4,12%; 102,81±3,64%; dan 105,04±2,46%. Nilai f2 dan f1 pada pH 1,2 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 28,32% dan 32,67%; 36,99% dan 17,05%; 39,36% dan 16,80%. Nilai f1 dan f2 pada pH 4,5 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 46,03% dan 12,37%; 50,87% dan 10,42%; 47,17% dan 12,16%. Nilai f1 dan f2 pada pH 6,8 pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 58,96% dan 5,27%; 67,02% dan 3,65%; 77,42% dan 2,01%. Pada uji disolusi, F3 mempunyai pelepasan obat yang paling besar disusul F2, dan F1. Dan dari ketiga formula tersebut dinyatakan bahwa ketiganya tidak mempunyai profil disolusi yang mirip dengan tablet inovator.

Superdisintegrant are excipient which added to help disintegrated tablet. Drug particles that have disintegrated will be dissolved. Dissolution is a process a drug substance will be dissolved in the solvent medium. A new drug must fullfill a dissolutin comparison test to see the similarities of profile dissolution with innovator tablet.
The purpose of this research was to investigat the effect of addition of superdisintegrant to the dissolution rate and do dissolution test comparison using parameters f1 and f2. In this research, tablets were made by wet granulation method.
The dissolution test were performed using apparatus type 2, in pH 5,8 buffer phosphate, using 900 ml of dissolution medium at a temperatur 37 ± 0,5°C and a agitation rate of 50 rpm and sample was taken at 60 minutes. While the dissolution comparison tester were performed using apparatus type 2, with 3 medium, which is pH 1,2 buffer HCl, pH 4,5 buffer sitrat, and pH 6,8 buffer phosphate, employing 900 ml of dissolution medium at a temperatur 37 ± 0,5°C and a agitation rate of 50 rpm and samples were taken at 10, 15, 30, 45, 60 minutes.
Comparison between dissolution profiles were calculated using difference factor (f1) and similarity factor (f2). The result of drug release of F1, F2, and F3 was 101,70±4,12%; 102,81±3,64%; and 105,04±2,46%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 1,2 respectively are 28,32% and 32,67%; 36,99% and 17,05%; 39,36% and 16,80%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 4,5 respectively are 46,03% and 12,37%; 50,87% and 10,42%; 47,17% and 12,16%. The values of f1 and f2 from F1, F2, F3 in pH 6,8 respectively are 58,96% and 5,27%; 67,02% and 3,65%; 77,42% and 2,01%. In dissolution test, F3 has the greatest drug release, followed by F2 and F1. The result showed that there were no formula which have similar dissolution profile with innovator tablet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>