Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan sediaan
mengapung dari kombinasi kitosan, gelatin ikan nila dan beberapa derivat
selulosa, seperti etil selulosa, metil selulosa dan CMC-Na, serta
mengevaluasi mutu dan profil pelepasan obat dari sediaan tersebut. Pada
penelitian ini, tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan
menggunakan diltiazem HCl sebagai model obat. Formulasi tablet
mengapung dibuat dengan mengubah komposisi kitosan, gelatin ikan nila
dan derivat selulosa. Daya mengembang dan keterapungan tablet
mengapung dievaluasi. Pelepasan obat dari tablet mengapung diteliti dan
dianalisa dengan menggunakan beberapa model persamaan kinetika. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa formula yang mengandung gelatin ikan nila
dan etil selulosa dengan perbandingan 1:18 merupakan formula yang terbaik
dengan daya mengembang sebesar 16,4% dan waktu mengapung 61 menit.
Formula tersebut juga menunjukkan profil pelepasan obat yang terkendali
dan mendekati model kinetika Higuchi serta mekanisme difusi Fickian."
Universitas Indonesia, 2007
S32624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Jesse Rajabosi
"Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan air tawar yang banyak terdapat di Indonesia. Kolagen dari kulit ikan ini dapat diolah menjadi gelatin yang dapat digunakan pada produk ?produk farmasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji karakteristik dari gelatin dari kulit ikan nila agar dapat digunakan sebagai eksipien, khususnya bahan pengikat, di bidang farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik gelatin dari kulit ikan nila dan menggunakannya sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi basah. Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis proksimat, sifat fungsional, kandungan logam berat, analisis asam amino dan kandungan mikrobiologi. Formula tablet yang dibuat terdiri dari lima formula tablet plasebo. Tiga formula menggunakan gelatin dari kulit ikan nila, sedangkan dua formula lain menggunakan gelatin komersial dan muscilago amilii sebagai pembanding. Semua formula tablet tersebut dilakukan evaluasi, terhadap uji visual, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan dan waktu hancur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gelatin dari kulit ikan nila dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet secara granulasi basah dan memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi III dan Farmakope Indonesia Edisi IV."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gelatin kulit ikan nila merupakan hasil hidrolisis dari kolagen yang berasal dari kulit ikan nila yang kini sedang dikembangkan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang dapat menambah nilai guna dari gelatin kulit ikan nila tersebut, salah satunya dalam bidang farmasi. Telah diteliti penggunaan gelatin kulit ikan nila yang dikombinasikan dengan derivat selulosa yaitu HPMC (Metolose 90SH-4000SR) dan CMCNa (CMC Daichi Japan) sebagai granul mukoadhesif. Granul dibuat secara granulasi basah dengan 5 formula berbeda. Daya lekat granul diteliti dengan uji bioadhesif in vitro dan uji wash off pada lambung dan usus kelinci. Hasil menunjukkan bahwa semua formula masih melekat pada mukosa lambung dan usus setelah 10 menit pada uji bioadhesif in vitro. Uji wash off pada usus, formula granul yang mengandung HPMC dan gelatin kulit ikan nila (7:3) menunjukkan hasil paling baik yaitu masih menempel sebanyak 85%±1% pada menit ke-120. Uji wash off pada lambung tidak ada perbedaan signifikan dari tiap formula, empat formula hanya bertahan menempel di lambung hingga menit ke-30 saja, sedangkan formula granul pembanding positif (HPMC 100%) masih menempel di lambung pada menit ke-60 sebanyak 62%±2%."
Universitas Indonesia, 2007
S32591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditta Meisafitri
"ABSTRAK
Kombinasi eksipien secara fisika lebih menguntungkan dibandingkan dengan kombinasi secara kimia karena lebih praktis dan memerlukan lebih sedikit persyaratan uji dalam proses pengembangan produk. Koproses merupakan salah satu metode kombinasi eksipien secara fisika untuk meningkatkan sifat fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi eksipien hasil koproses antara kitosan dengan sodium starch glycolate (SSG) dan mengaplikasikannya pada sediaan tablet mengapung. Eksipien koproses dibuat dengan mencampur kitosan 5% b/v dalam asam asetat 0,5 N dan SSG 5% b/v dalam akuades suhu 70°C dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:3. Campuran dikeringkan dengan double drum dryer. Eksipien koproses digunakan sebagai matriks pada tablet mengapung yang dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan sistem effervescent. Tablet mengapung juga dibuat dengan matriks kombinasi campuran fisik eksipien koproses dan HPMC dengan perbandingan 1:1, 2:1, dan 3:1. Hasilnya menunjukkan bahwa eksipien koproses kitosan-SSG memiliki daya mengembang yang lebih besar dari masing-masing maupun campuran fisik eksipien penyusunnya. Tablet dengan matriks eksipien koproses memiliki kemampuan menahan pelepasan obat selama 10 jam dan dapat mengapung selama 12 jam. Penambahan HPMC dapat meningkatkan kemampuan menahan pelepasan obat hingga 20 jam dan meningkatkan kemampuan mengapung tablet hingga lebih dari 24 jam.

ABSTRACT
Physical combination ofexcipients is more benefit than chemical one because it is more practical and needs less stages of regulatory during the development phase Co-processing is one of physical combination method to improve the functional characteristics of excipients. The aims of this research were to characterize excipient resulted from co processing chitosan with sodium starch glycolate (SSG) and to apply the excipient on floating tablet. The co-processed excipientwas made by mixing chitosan 5% w/v in acetic acid 0,5 N with SSG 5% w/v in 7o°C aquadest. The mixture was dried by double drum dryer. The co-processedexcipient was used as matrix in floating tablet prepared by wet granulation method and effervescent system. The floating tablet was also made with matrix of physical mixture combination of the co-processed excipient and HPMC in ratio 1:1, 2:1, and 3:1. The result showed that the co-processed excipient has greaterswelling capacity compared with both its individual and physical mixture of the comprising materials. The tablet with co-processed excipient matrix has ability to retard drug release for 10 hours and could float for 12 hours long. HPMC notonly could improve the ability to retard drug release for 2o hours but also improve+hofioat nti124h "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadiah Bayu Adlina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Sediaan mengapung dirancang untuk meningkatkan bioavailabilitas
obat melalui perpanjangan waktu tinggal sediaan di lambung (dekat dengan
loka absorpsi) dan memperpanjang pelepasan obat dengan mengendalikan
laju pelepasannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh formula
tablet mengapung dengan menggunakan kombinasi pragelatinisasi pati
singkong propionat (PPSP) dan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) sebagai
matriks. Penelitian ini menerapkan granulasi basah sebagai metode
pembuatan tablet dengan teofilin sebagai model obat. Semua formula, yang
dibuat dengan memvariasikan komposisi polimer penyusun matriks,
menunjukkan periode mengapung diatas 8 jam pada asam klorida 0,1N 370C.
Uji keterapungan, daya mengembang, dan kinetika pelepasan obat
merupakan parameter penting tablet mengapung. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa formula dengan matriks PPSP:HPMC=1:1 merupakan
formula terbaik yang paling mendekati formula pembanding dengan matriks
HPMC 100% dengan kinetika pelepasan mengikuti persamaan Higuchi dan
mekanisme difusi non-Fickian."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sa`diah
"Chitosan is a natural cationic polymer that is non toxic,
biodegradabel and biocompatibel. This polymer is also able to form
hydrogel in aqueous medium but is only soluble in acidic medium and is
not soluble in basic medium. Therefore why chitosan is not suitable as a
matrix for sustained release dosage form. Chitosan can be modified
phisically and chemically to obtain its optimum useful as a matrix for
sustained release. It is preassumed that cationic properties of chitosan can
form a polyelectrolyte complex with other anionic polymers.
The aim of this study was to make polyelectrolyte complex of
chitosan – sodium carboxymethylcellulose as tablet matrix for prolonged
drug release system with atenolol as drug model.
The polyelectrolyte was made by mixing 4% w/v chitosan solution in
acetic acid 1% and 4% sodium carboxymethylcellulose solution, with mixing speed is 5000 rpm for 15 minuted, centrifuge (15.000 rpm, 15
minuted) and then dried (50oC, 24 hours), grinded and sieved with 100
mesh sieving analyzer. Then It was evaluated using FTIR
spectrophotometer, SEM analyser, DSC analyser, swelling index and
dissolution test.
The results showed that the characteristic of chitosan – sodium
carboxymethil cellulose polyelectrolyte complex change physically and
chemically compared to chitosan and sodium carboxymethylcellulose. The
swelling index of chitosan – sodium carboxymethylcellulose polyelectrolyte
complex was better than chitosan.
Futher study was subjected to obtain optimum chitosan – sodium
carboxymethylcellulose polyelectrolyte complex concentration as a matrix
of sustained release dosage form. The study was done by making four (4)
tablet formulas with the chitosan – sodium carboxymethylcellulose
polyelectrolyte complex matrix concentration 40%, 50%, 60% and 70%.
The method of tablet preparation is wet granulation. The effect of various
formulation process veriables, such as pollyelectrolyte complex content,
harness of tablet and drug release from these tablet was examined. Drug
release studies were conducted in 37oC hydrochloric acid solution pH 1,2
(2 hours) and buffer phosphat pH 7,4 (6 hours), with UV
spectrophotometer.
Dissolution profiles showed that higher concentration matrix caused
more prolonged atenolol release. The mechanisms released were
diffusional and erosional. The 70% matrix polyelectrolyte chitosan sodium carboxymethylcellulose concentration released atenolol 49,21% in
8 hours, so it could prolong atenolol release for 16 hours"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozi Fadjri
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan kompleks polielektrolit kitosan-xanthan (KPKX) dan menggunakannya sebagai matriks dalam tablet lepas terkendali dengan sistem mengapung. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa kitosan, yang bermuatan positif pada suasana asam, dan xanthan, yang bemuatan negatif, dapat membentuk kompleks polielektrolit yang memiliki daya mengembang yang baik untuk sediaan dengan pelepasan terkendali. KPKX dibuat dengan cara melarutkan kitosan (1,0% b/v) dan xanthan (1,0% b/v) di dalam medium masing-masing kemudian mencampurkan keduanya pada pH 4,3-4,5 dengan perbandingan 1:1. Hasil yang diperoleh dikarakterisasi secara fisik, kimia, dan fungsional. Selanjutnya, KPKX digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet mengapung dengan 2 variasi jumlah polimer pembentuk matriks (35,71% dan 57,14%). Asam sitrat dan natrium bikarbonat digunakan sebagai gas forming dalam 2 variasi (14,29% dan 21,43%). Kitosan, xanthan, dan campuran fisik keduanya digunakan sebagai polimer matriks pada formula pembanding. Diltiazem HCl digunakan sebagai model obat. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dikempa menjadi tablet 700 mg. Seluruh tablet mengapung yang dihasilkan memenuhi persyaratan fisik yang tertera di Farmakope Indonesia. Tablet mengapung F3 yang mengandung 57,14% KPKX dan 21,43% gas forming menunjukkan karakteristik yang terbaik dengan floating lag time 39,33 ± 1,53 menit dan dapat mengapung hingga 12 jam. Tablet F3 juga terbukti dapat menahan pelepasans obat hingga 12 jam dan menunjukkan profil pelepasan obat yang sesuai dengan kinetika orde nol.

The aim of this study was to investigate the ability of chisotan-xanthan polyelectrolyte complex (CXPC) and use it as matrix of controlled release tablet with floating system. The previous study has shown that chitosan, which have positive charge in acid condition, and xanthan, which have negative charge, could form polyelectrolyte complex which have good swelling index for controlled release dosage forms. CXPC was prepared by dissolving chitosan (1.0% w/v) and xanthan (1.0% w/v) in their medium then mix them in pH 4.3-4.5 with a ratio of 1:1. The obtained CXPC were characterized physically, chemically, and functionally. Furthermore, CXPC was used as matrix of floating tablet in two variations (35.71% and 57.14%). Citric acid and sodium bicarbonate were used as gas forming in two variations (14.29% and 21.43%). Chitosan, xanthan, and physical mixture of both were also used as comparison formula. Diltiazem HCl was used as drug model. Tablet was formulated by wet granulation method and compressed into 700 mg tablets. All floating tablets fulfilled all the Pharmacopoeia requirements. Floating tablets containing 57.14% CXPC and 21.43% gas forming (F3) have shown the best characteristic with 39.33 ± 1.53 minutes of floating lag time and 12 hours of floating time. This formula revealed a profile of controlled drug release and appoached to zero-order kinetics model.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Lemna perpusilla adalah suatu makrofit yang hidup terapung di air, terdapat di seluruh dunia dan banyak ditemukan di air tawar yang kaya nutrien. Tumbuhan ini lebih dikenal sebagai gulma yang cenderung sulit untuk dikendalikan karena memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Penelitian untuk menganalisis kemampuan ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam memanfaatkan L. perpusilla sebagai pakan kombinasi telah dilakukan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan konsentrasi pakan 100 persen L. perpusilla + 0 persen pelet, 25 persen L. perpusilla+ 75 persen pelet, 50 persen L. perpusilla+ 50 persen pelet, 0 persen L. perpusilla+ 100 persen pelet. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan nila (O. niloticus). Padat tebar ikan 20 individu per waring dengan bobot rata-rata 20�0,01 g per individu. Ikan diberi pakan sebanyak dua kali per hari selama 50 hari. Setiap tujuh hari sekali dilakukan penimbangan bobot tubuh ikan nila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L. perpusilla dapat menggantikan pelet sebagai pakan sebesar 25 persen. Lemna tidak dapat menggantikan pakan secara keseluruhan karena terkait dengan tingginya serat yang terkandung di dalamnya yang dapat mempersingkat waktu tubuh untuk melakukan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi."
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Roswita Dewi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>