Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mirvat
"Tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) telah lama dikenal sebagai obat tradisional, tetapi penggunaannya masih didasarkan pada pengalaman empiris sebagai antiradang, antirematik, diuretik, dan pencahar. Khasiat dan keamanannya belum teruji sehingga perlu dilakukan penelitian tanaman, simplisia dan ekstraknya untuk menghasilkan bahan baku obat dengan mutu yang konstan dan dapat dijadikan standar. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan beberapa parameter spesifik dan non spesifik ekstrak air akar tanaman akar kucing yang digunakan sebagai obat sehingga dapat menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai parameter yang konstan dan mutu yang konsisten. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak air akar tanaman akar kucing yang berasal dari Tawangmangu, Depok dan Purwodadi. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara dekoktasi. Metode penetapan parameter spesifik dan non spesifik yang digunakan sesuai dengan yang ditetapkan dalam buku "Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat" yang diterbitkan oleh Badan POM. Hasil penelitian terhadap ekstrak dari ketiga daerah menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman, berbau khas agak manis dan rasa pahit.
Rendemen ekstrak air akar kucing berkisar antara 11,37-13,71%. Kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 9,6-14,6%, sedangkan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar 0,95-2,16%. Susut pengeringan berkisar antara 16,2-39,4% dan kadar air berkisar antara 26,3-47,1%. Kadar abu total berkisar antara 17,8-20,8%, sedangkan kadar abu tidak larut asam berkisar antara 1,12-2,73%. Uji kandungan kimia ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak air akar tanaman akar kucing mengandung triterpenoid atau saponin. Kromatogram lapis tipis dan kromatogram lapis tipis densitometer dielusi dengan kombinasi fase gerak toluena-etil asetat (85:15). Pengamatan di bawah sinar ultraviolet panjang gelombang 254 nm dan 366 nm memperlihatkan lima bercak yang berfluoresensi biru (Rf 0,08; 0,75) dan kuning (Rf 0,38; 0,86; 0,93) setelah disemprot menggunakan H2SO4/etanol dan dipanaskan. Pola kromatogram densitometer ekstrak Tawangmangu hampir mirip dengan ekstrak Depok, sedangkan ekstrak Purwodadi agak sedikit berbeda dari yang lain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurita Anggraini
"Akar tanaman Acalypha indica Linn. banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional untuk menghilangkan nyeri sendi dan menurunkan kadar asam urat dalam darah, karena itu perlu dilakukan pengujian keamanan efektivitas penggunaan akar Acalypha indica Linn. dalam pengobatan asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji toksisitas akut dan mengetahui nilai LDso serta pengaruh pemberian ekstrak air akar Acalypha indica Linn. terhadap hematologi dan histologi organ mencit. Pada penelitian ini digunakan 50 ekor mencit (25 ekor mencit betina dan 25 ekor mencit jantan). Tiap jenis kelamin dibagi di dalam 5
kelompok dengan 5 ekor mencit tiap kelompoknya. Kelompok I, II, Ill, dan IV
merupakan kelompok yang diberi ekstrak air akar Acalypha indica Linn. pada hari ke-1 dengan dosis berturut-turut 39, 78, 156, dan 312 g/kg bb mencit. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberi aquadest. Pada hari ke-0 dan hari ke-2 dilakukan pemeriksaan hematologi yang meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih, dan jumlah trombosit. Empat belas hari setelah pemberian ekstrak, dilakukan pemeriksaan hematologi dan pembedahan untuk pemeriksaan histologis organ (hati, ginjal, jantung, dan paru). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar Acalypha indica Linn. praktis tidak toksik (>15 g/kg bb). Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang bermakna antara kelompok I, II, Ill, dan IV dengan kelompok kontrol normal pada a = 0,05. Hasil pemeriksaan histologi menunjukkan pemberian ekstrak akar Acalypha indica Linn. tidak menyebabkan kerusakan jaringan ginjal, jantung, dan paru-paru. Namun, pada hati dapat menyebabkan peningkatan diameter vena sentralis hewan uji mencit."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2005
S32440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadiah
"Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang daunnya memiliki khasiat sebagai kholagogik dan laksatif. Ekstrak daunnya digunakan untuk mengobati batuk, demam, reumatik, icteric jaundice, infeksi cacing, ulkus, dan insomnia. Daun yang masih muda dan bunganya digunakan untuk mengobati konstipasi, dispepsia, flatulensi, dan infeksi saluran urin. Daun asam jawa juga memiliki aktifitas antibakteri spektrum luas dan dapat digunakan pada terapi diabetes tipe-2. Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol daun asam jawa, sehingga diperoleh parameter yang konstan. Daun asam jawa dikumpulkan dari daerah Depok, Tawangmangu, dan Bekasi sebagai bahan penelitian. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 50%. Dari penelitian ini diperoleh ekstrak kental berwarna coklat-kehitaman, berbau khas dan rasanya asam. Rendemen ekstrak berkisar antara 25,27-39,12%, kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 58,68-69,55%, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar antara 51,20-52,92%. Susut pengeringan berkisar antara 16,00-25,80% dan kadar air berkisar antara 10,15-18,03%. Kadar abu total berkisar antara 4,40-4,84%, sedangkan kadar abu yang tidak larut asam berkisar antara 1,52-2,18%, dan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1%. Cemaran logam berat Pb dan Cd tidak lebih dari 0,01%, sedangkan cemaran logam berat Hg tidak lebih dari 0,001%. Identifikasi kimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, tanin, glikosida,dan saponin. Pola kromatogram ekstrak etanol secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis densitometer dengan fase gerak kloroform-metanol-air (80:12:2) memperlihatkan 4 bercak biru tua setelah disemprot dengan besi (III) klorida 10% dalam air. Kadar fenol total dalam ekstrak ditetapkan secara spektrofotometri menggunakan reagen Folin Ciocalteu pada panjang gelombang 642 nm berkisar antara 0,35-8,24% dihitung sebagai asam galat.

Tamarind (Tamarindus indica L.) is one of medicinal plants which the leaves were known having advantages as cholagogic agent and laxative. Leaves of tamarind are used to cure cough, pyretic, rheumatism, icteric jaundice, worm infection, ulcer, and insomnia. Leaves and flowers are used to cure constipation, dyspepsia, flatulence, and urinary tract infection. They also have broad spectrum antibacterial activity and able to be used in diabetes type-2 therapy. In order to develop traditional medicine and guarantee the quality and safety, determination of some specific and non specific parameters has been done to gain constant parameters. The sample materials were collected from Depok, Tawangmangu, and Bekasi. The samples were macerated by using ethanol 50%. The result of research was a thick brown to blackish extract, with specific smell and sour taste. The yield of extract was 25.27-39.12%, the water soluble extractive substances were 58.68-69.55%, while ethanol soluble extractive substances were 51.20-52.92%. Loss on drying was 16.00-25.80% and the water content was 10.15-18.03%. The total ash content was 4.40-4.84%, the acid-insoluble ash content was 1.52-2.18%, and the solvent residue was not more than 1%. Heavy metals contamination of Pb and Cd were less than 0.01% while heavy metal contamination of Hg was less than 0.001%. The chemistry identification showed that the extract contains flavonoid, tannin, glycosides, and saponin. The chromatograms profile used thin layer chromatography and densitometer thin layer chromatography in chloroform-methanol-water (80:12:2) mobile phase, gave 4 dark blue spots after sprayed with iron (III) chloride 10% in water. Total phenol content was between 0.35-8.24% determined by spectrophotometry using Folin Ciocalteu reagent at 642 nm, counted as gallic acid equivalent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jeany Pangestuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S32327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Dwi Yuniastuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Yuliana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32393
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Anung Nugraheni
"Biji jinten hitam (Nigella sativa Linn.) termasuk dalam suku Ranunculaceae yang memiliki efek farmakologi, seperti efek analgesik, antiinflamasi, antibakteri, anti tumor, serta anti diabetes. Untuk memelihara keseragaman mutu, keamanan, dan khasiat ekstrak biji jinten hitam yang berasal dari Madura, Tawangmangu, Dieng, dan Mesir, maka perlu dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik, sehingga didapatkan nilai parameter yang konstan. Ekstrak dibuat secara maserasi menggunakan etanol 70%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman, berbau spesifik, dan berasa pahit. Rendemen ekstrak berkisar antara 15,44%-17,40%; kadar senyawa larut dalam air 7,34%-11,59%; dan kadar senyawa larut dalam etanol 11,27%-12,92%. Susut pengeringan berkisar antara 22,98%-35,20%; kadar air 21,87%-34,66%; kadar abu total 1,48%-2,38%; kadar abu tidak larut asam 0,53%-0,86%; kadar sisa pelarut kurang dari 0,1%. Ekstrak mengandung alkaloid, terpen (sterol), gula, saponin, flavonoid, dan tanin.
Pola kromatogram dihasilkan dengan fase gerak n-butanol-asam asetat glasial-air (40:10:50) pada lempeng kromatografi lapis tipis. Setelah disemprot dengan asam sulfat 5% dalam metanol, terlihat sembilan bercak pada ekstrak Madura dan Tawangmangu, serta sepuluh bercak pada ekstrak Dieng dan Mesir dengan fluoresensi jingga hingga kuning kehijauan pada sinar UV 254 nm dan 366 nm. Pengamatan dengan densitometer pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm dihasilkan pola spektrum serapan yang hampir sama dengan intensitas yang berbeda. Intensitas ekstrak Madura hampir sama dengan Tawangmangu, dan ekstrak Dieng hampir sama dengan Mesir. Kadar flavonoid total dalam ekstrak berkisar antara 0,36%-0,89%.

The seeds of Nigella sativa Linn. (black cumin) is a member of Ranunculaceae family which have pharmacological effects, such as analgesic, anti-inflammatory, antibacterial, anti tumour, and anti diabetic effect. To get maintain the same quality, safety, and efficacy of black cumin extracts from Madura, Tawangmangu, Dieng, and Egypt, there should be a determination of some specific and non specific parameters, to give constant parameters. The extract was made by maceration method using ethanol 70%.
The result of research showed that the extract is viscous, tanly, specific smelled, and bitter tasted. The value of the rendement is between 15,44%-17,40%; the water soluble extract is 7,97%-12,72%; and the ethanol soluble extract is 11,27%-12,92%. The lost of drying is 22,98%-35,20%; the water content is 21,87%-34,66%; the total ash content is 1,48%-2,38%; the acid insoluble ash is 0,53%-0,86%; the solvent residue is less than 0,1%. The extract contains alkaloid, terpene (sterol), sugar, saponin, flavonoid, and tannin.
The chromatograms profile was developed using mobile phase of n-butanol-acetate glacial acid-water (40:10:50) at thin layer chromatography plate. After sprayed with sulphuric acid 5% in methanol, it showed nine spot at Madura and Tawangmangu extract, and ten spot at Dieng and Egypt with orange to greeny yellow under UV 254 nm and 366 nm. An observation using densitometer at 254 nm and 366 nm showed almost the same absorption spectrum profile in different intensity. The Madura's extract intensity is similar with Tawangmangu's, while the Dieng's extract is similar with the Egypt's. Total flavonoid between 0,36%-0,89%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Acalypha indica Linn (Euphorbiaceae) atau akar kucing dikenal sebagai
obat tradisional untuk mengobati penyakit asam urat. Penelitian ini bertujuan
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia fraksi n-heksana dan etil asetat
dari ekstrak etanol akar tanaman Acalypha indica Linn. Ekstrak n-heksana dan
etil asetat dipisahkan secara kromatografi kolom dengan silika gel 60 sebagai
fase diam dan sebagai fase gerak digunakan campuran pelarut dengan
kepolaran meningkat yaitu n-heksana-etil asetat untuk ekstrak n-heksana,
sedangkan untuk ekstrak etil asetat digunakan n-heksana, etil asetat dan
etil asetat-metanol. Pemurnian dilakukan dengan cara kromatografi kolom dan
rekristalisasi. Dari ekstrak n-heksana, fraksi H-VII diperoleh isolat A dan fraksi
H-X3 diperoleh isolat B. Sedangkan dari ekstrak etil asetat, fraksi E-XII5 diperoleh
isolat C. Identifikasi isolat dilakukan dengan cara pengukuran titik lebur dan
analisis spektroskopi (MS, FTIR, UV-Vis). Isolat A berupa kristal jarum putih,
jarak lebur 143-145 oC, bobot molekul 412 dan mengandung gugus fungsi C-H
alkana, C-O, dan C=O. Isolat B berupa kristal hablur putih, jarak lebur 188-190
oC, bobot molekul 428 dan mengandung gugus fungsi C-H alkana, C-O, dan
C=O. Isolat C berupa serbuk kuning, jarak lebur 84-86 oC, bobot molekul 292 dan
mengandung gugus fungsi cincin aromatis posisi orto, OH terikat, C=O, C-O, C-H
alkana."
Universitas Indonesia, 2006
S32517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>