Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158325 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Fachmi Adi Pratama
"Minuman beralkohol adalah minuman yang diproduksi dengan cara memfermentasikan bahan yang mengandung gula menjadi etanol dan karbondioksida. Telah diketahui, tidak hanya etanol saja yang menjadi bahan utama dalam minuman beralkohol, seringkali ditemukan adanya metanol dalam minuman beralkohol. Untuk menganalisis kandungan etanol dan metanol tersebut digunakan metode kromatografi gas. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar etanol dan metanol pada minuman beralkohol dengan kondisi analisis optimum campuran etanol dan metanol pada tekanan gas pembawa 70 kPa, suhu injektor 100ºC, suhu detektor 100ºC, menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 30ºC dipertahankan selama 10 menit sampai suhu 150ºC dipertahankan 5 menit dan menggunakan butanol sebagai pelarut. Dari 7 sampel yang diperiksa, satu sampel mengandung metanol yaitu pada sampel D dengan kadar (0,1037 ±0,0032)% v/v, lima sampel mengandung etanol dengan kadar berturut-turut sebesar (12.6217 ± 0.1546)% v/v, (3,5825 ± 0,0927)% v/v, (13,1819 ± 0,6154)% v/v, (3,1758 ± 0,0768)% v/v dan (17,6964 ± 0,1157)% v/v.dan dua sampel tidak mengandung etanol dan metanol yaitu pada sampel A dan B.

Alcoholic beverages are drinks that produced by fermented compound that contain sugar become ethanol and carbondioxyde. As know, etanol not only the main component in alcoholic beverages, mostly found methanol in alcoholic beverages too. To analyze the ethanol and methanol contents, the gas chromatography methods is used. This research is purposed to determine the ethanol and methanol contents in alcoholic beverages.with optimum analytical condition of ethanol and methanol, with 70 kPa carrier gas pressure, 100ºC injector temperature, 100ºC detector temperature within temperature programmed with beginning temperature is 30ºC which maintaining for 10 minutes until the temperature 150ºC that maintaining for 5 minutes and using butanol as a solvent. Out of the 7 tested samples, one sample contain methanol in sample D with content is (0,1037 ±0,0032)% v/v, five samples contain ethanol with contents are (12.6217 ± 0.1546)% v/v, (3,5825 ± 0,0927)% v/v, (13,1819 ± 0,6154)% v/v, (3,1758 ± 0,0768)% v/v and (17,6964 ± 0,1157)% v/v respectively, and two samples are not contain ethanol and methanol which are in sample A and B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afni Wulandari
"Minuman beralkohol merupakan minuman kegemaran bagi masyarakat, namun di Bekasi justru minuman beralkohol dilarang peredarannya melalui Perda Kota Bekasi No. 17 Tahun 2009. Tujuan dari Perda ini adalah untuk meminimalisir kekhawatiran terhadap crime related drugs yang dapat ditimbulkan oleh minuman beralkohol. Akan tetapi realitanya adalah permintaan minuman beralkohol di Kota Bekasi hingga saat ini masih ada, sehingga terdapat peredaran minuman beralkohol ilegal guna memenuhi permintaan masyarakat tersebut. Upaya pencegahan situasional yang dilakukan oleh aparat penegak hukum kenyataannya tidak menghentikan peredaran minuman beralkohol ilegal tersebut. Kekhawatiran terhadap crime related drugs tentu tetap membayangi pemerintah Kota Bekasi. Tulisan ini menitikberatkan pada penelitian kepustakaan yang intinya meneliti sinkronisasi hukum, keberdayaan hukum, dan dampak dari hukum dengan cara menganalisisnya. Data sekunder yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif kualitatif. Selanjutnya, permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah mengenai kekhawatiran crime related drugs karena minuman beralkohol oleh pemerintah Kota Bekasi sehingga melarang peredaran minuman beralkohol, akan tetapi justru menimbulkan peredaran minuman beralkohol ilegal kerena permintaan yang masih ada di masyarakat.

Alcoholic beverages are a favorite drink for the community, but in Bekasi, alcoholic beverages are prohibited by Goverment through Bekasi City Regulation no. 17 Year 2009. The purpose of this law is to minimize concerns about crime related drugs that can be caused by alcoholic beverages. However, the reality is the demand for alcoholic beverages in Bekasi City to date still exist, so there is illegal alcoholic circulation to meet the demand of the community. In fact, Situational prevention efforted by law enforcement officials cannot stop the distribution of illegal alcoholic beverages. Concerns about crime related drugs would still overshadow the government of Bekasi. This paper focuses on literature research that essentially examines the synchronization of law, legal empowerment, and the impact of law by analyzing it. The obtained secondary data were analyzed by using qualitative descriptive method. Furthermore, the issues discussed in this paper are concerns of crime related drugs because alcoholic beverages by the government of Bekasi City thus prohibit the circulation of alcoholic beverages,
but it actually causes the circulation of alcoholic beverages illegal because of the demand that still exists in the community.
Keywords: Crime Related Drugs, Alcoholic Beverages, Illegal Alcoholic Beverages, Situational Crime Prevention
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marshanada Ariqa Supriadi
"

Seiring dengan peningkatan konsumsi dan penjualan minuman beralkohol, peredaran minuman beralkohol juga terus mengalami perkembangan, seperti peredaran melalui jalur darat, air, dan udara dengan sarana angkutan yang juga berkembang. Tak hanya peredaran yang resmi dan patuh terhadap ketentuan atau peredaran legal yang berkembang, peredaran ilegal juga makin marak dilakukan oleh pelaku-pelaku yang ingin menghindari ketentuan dari pemerintah, seperti pengenaan cukai atas minuman beralkohol atau minuman mengandung etil alkohol (MMEA). Peredaran ilegal ini di beberapa negara telah melebihi kuantitas peredaran minuman beralkohol yang legal, salah satunya adalah di Indonesia. Salah satu dampak yang berkaitan dengan hal ini adalah penerimaan cukai yang tidak optimal sehingga fungsinya untuk menekan eksternalitas negatif dari MMEA juga tidak akan maksimal. Hal yang perlu dikaji berkaitan dengan hal ini adalah pengawasan cukainya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem pengawasan cukai MMEA di Indonesia dan mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pengawasan hingga masih tingginya peredaran MMEA ilegal dengan menganalisis perbandingan dengan negara lain, Malaysia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data studi literatur dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga tahapan dalam proses pengawasan cukai MMEA di Indonesia, yaitu tahapan intelijen, tahapan penindakan, dan tahapan penyidikan. Lebih lanjut, dalam setiap tahapannya, terdapat hambatan-hambatan yang ditemui, baik dari internal maupun eksternal. Hambatan dari internal dapat berupa keterbatasan sumber daya, ketidaksinkronan peraturan, dan aksi korupsi oleh oknum aparat penegak hukum. Sementara itu, hambatan dari eksternal dapat berupa resistensi dari pelaku dan masyarakat, modus peredaran MMEA ilegal yang terus berkembang, dan kesulitan dalam menangkap pelaku utama. Secara garis besar, terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan oleh DJBC dalam menghadapi hambatan-hambatan yang ditemui tersebut, mulai dari manajemen risiko sumber daya, kerja sama dengan inistitusi lain untuk membangun solusi teknologi sistem monitoring yang lebih baik, dan membentuk organisasi gabungan dengan inistitusi lain untuk mengefisiensikan pelaksanaan pengawasan.


Alongside the increase in consumption and sales of alcoholic beverages, the circulation of alcoholic drinks continues to develop, including distribution via land, water, and air using evolving transportation means. Not only does legal and compliant distribution grow, but illegal circulation is also increasingly carried out by individuals seeking to evade government regulations, such as taxes on alcoholic beverages or beverages containing ethyl alcohol (MMEA). In some countries, illegal circulation has surpassed the quantity of legally circulated alcoholic beverages, Indonesia being one example. One associated impact is suboptimal tax revenue, thereby limiting its function to mitigate negative externalities from MMEA. Supervision of taxation is crucial in this regard. The objective of this research is to analyze the supervision system of MMEA taxation in Indonesia and identify the obstacles faced in the supervision process, particularly in light of the persistently high illegal circulation of MMEA, comparing with Malaysia. This study utilizes a qualitative approach with data collection through literature review and in-depth interviews. Findings indicate that the supervision process of MMEA taxation in Indonesia consists of three stages: intelligence gathering, enforcement, and investigation. Each stage encounters various internal and external obstacles. Internal obstacles include resource limitations, regulatory inconsistencies, and corruption among law enforcement personnel. External obstacles include resistance from perpetrators and communities, evolving modes of illegal MMEA circulation, and difficulties in apprehending key perpetrators. Several solutions are proposed for the Directorate General of Customs and Excise (DJBC) to address these obstacles, such as resource management risk, collaboration with other institutions to develop better technological monitoring solutions, and forming joint organizations with other institutions to streamline supervision implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanifia Izza Millata
"Perda pengendalian minuman beralkohol di Banyumas yang diterbitkan tahun 2014 pada awalnya memunculkan perbedaan pendapat dalam internal PDI Perjuangan di Banyumas.  Perda ini merupakan hasil tuntutan oleh beberapa ormas Islam di Banyumas, seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah.  PDI Perjuangan sebagai partai penguasa di Banyumas sejak reformasi terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu yang setuju dan tidak setuju dengan adanya perumusan Perda tersebut.  Kubu tidak setuju beranggapan bahwa isu minuman beralkohol bukan lah isu yang dibawa oleh PDI Perjuangan.  Hal ini juga akan merugikan konstituen PDI Perjuangan.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan komunikasi, akhirnya terjadi kompromi antara kedua pihak, yaitu tidak dibahasnya ciu Cikakak (minuman beralkohol tradisional khas Banyumas) dalam substansi perda.  Selain itu, PDI Perjuangan menganggap bahwa isu pengendalian minuman beralkohol bukanlah perda syariah.  Dukungan PDI Perjuangan terhadap perda ini merupakan strategi partai untuk mempertahankan konstituen mereka, yaitu dari kelompok masyarakat Islam yang menuntut untuk diterbitkan perda pengendalian minuman beralkohol dan juga dari kelompok perajin minuman beralkohol tradisional di Banyumas.  PDI Perjuangan ingin menampilkan citra yang lebih religius di hadapan masyarakat Islam di Banyumas.  Hal ini sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu strategi politik Peter Schroder.

The regulation on controlling alcoholic beverages in Banyumas, which was published in 2014, initially raised debates in PDI Perjuangan internally in Banyumas. This regulation is the reaction to protests by several Islamic organizations in Banyumas, such as MUI, NU, and Muhammadiyah. PDI Perjuangan as the ruling party in Banyumas which is reformed is divided into two parties, namely those who agree and those who do not agree with the formulation of the regulation. The faction does not agree to assume that the issue of alcoholic beverages is not an issue brought by PDI Perjuangan. This will also harm PDI Perjuangan constituents. The method used in this research is qualitative method. The results showed that after communication, a compromise finally occurred between the two parties, namely not discussing ciu Cikakak (a traditional alcoholic beverage typical of Banyumas) in the substance of the regulation.  In addition, the PDI Perjuangan considers that the issue of alcoholic control resolves sharia regulations. PDI Perjuangans support for this regulation is the partys strategy to defend their constituents, namely from Islamic community groups that demand the prohibition of alcoholic drinks and also from groups of traditional alcoholic drinkers in Banyumas. PDI Perjuangan wants to display a more religious image before the Islamic community in Banyumas. This is in accordance with the theory used in this study, namely Peter Schroders political strategy."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia90, 2018
T52523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria
"Minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh masyarakat dapat memicu karsinogenesis karena membentuk metabolit genotoksik N2-Etiliden-2’-deoksiguanosin yaitu sebuah DNA addition product. Akan tetapi, N2-Etiliden-2’-deoksiguanosin tidak stabil dalam bentuk deoksinukleosidanya, maka itu untuk analisis butuh direduksi dengan NaBH4 menjadi N2- Etil-2’-deoksiguanosin yaitu bentuknya yang lebih stabil. Analisis terhadap kadar N2-Etil- 2’-deoksiguanosin menggunakan metode sampling Dried Blood Spot (DBS) dari 15 subjek kelompok uji yang mengonsumsi minuman beralkohol dan 15 subjek kelompok kontrol negatif. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbedaan antara kadar N2-Etil- 2’deoksiguanosin antara subjek yang mengonsumsi minuman beralkohol dengan subjek yang tidak mengonsumsi minuman beralkohol. Sampel DBS diekstraksi menggunakan seperangkat alat QIAamp DNA Mini Blood Kit dan dianalisis menggunakan instrument Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi – Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Pemisahan menggunakan kolom Acquity UPLC BEH C18 (2,1 mm x 100 mm; 1,7 !m), laju alir 0,1 mL/menit serta fase gerak kombinasi asam asetat 0,1% dan metanol dengan tipe elusi isokratik. Metode bioanalisis ini dengan alopurinol sebagai baku dalam telah memenuhi validasi parsial untuk akurasi dan presisi intra-hari serta kurva kalibrasi dan linearitas. Kurva kalibrasi N2-Etil-2’-deoksiguanosin diperoleh pada rentang 5 – 200 ng/mL dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,990. Hasil analisis pada 15 subjek kelompok uji menunjukkan konsentrasi N2-Etil-2’-deoksiguanosin yang berkisar antara 1,94 s.d 76,60 ng/mL, sementara 15 subjek kelompok negatif berkisar antara -0,08 s.d 1,68 ng/mL. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney, terdapat perbedaan signifikan antara kadar N2-Etil-2’- deoksiguanosin kelompok uji dan kelompok kontrol negatif dengan nilai p kurang dari 0,001. Adapun itu, nilai koefisien korelasi Spearman yaitu 0,866 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang kuat.

Alcoholic drinks that are consumed by the general population cause carcinogenesis due to the formation of its genotoxic metabolite, N2-Ethylidene-2’-deoxyguanosine which is a DNA addition product. However, N2-Ethylidene-2’-deoxyguanosine is not stable in its deoxynucleotide form. For analysis, this metabolite is reduced into its stable form, N2-Ethyl- 2’-deoxyguanosine by NaBH4. Analysis of the concentration of N2-Ethyl-2’- deoxyguanosine utilizes Dried Blood Spot sampling method from 15 test subjects who consumes alcoholic beverages and 15 negative control group. This study aimed to determine the difference of N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine concentration between subjects who consume alcoholic beverages and those who do not. DBS samples are extracted using tools from QIAamp DNA Mini Blood Kit and analyzed by Ultra High-Performance Liquid Chromatography – Tandem Mass Spectrometry (UHPLC-MS/MS). Seperation was performed using the column Acquity UPLC BEH C18 (2,1 mm x 100 mm; 1,7 !m), flow rate of 0,1 mL/min and mobile phase with the combination of 0,1% acetic acid and methanol using isocratic elusion. The calibration curve for N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine ranges from the concentration of 5 – 200 ng/mL with a correlation coefficient of 0,990. The result of the analysis from 15 test subjects resulted in the concentration of N2-Ethyl-2’-deoxyguanosine ranges from 1,94 to 76,60 ng/mL, while 15 control negative subjects range from -0,08 to 1,68 ng/mL. From Mann Whitney statistical analysis, there is a significant difference in N2-Ethyl- 2’-deoxyguanosine concentration of subjects who consume alcoholic beverages and those who do not with a p score of less than 0,001. Furthermore, Spearman correlation coefficient which is 0,866 showed a positive and strong correlation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frichicilia Grace Stahlumb
"Penelitian ini membahas penurunan konsumsi minuman beralkohol di Jepang yang dimulai pada tahun 1990-an dan terus meningkat saat pandemi COVID-19 terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penyebab turunnya konsumsi minuman beralkohol di Jepang dari masa ke masa dan strategi industri alkohol Jepang dalam meningkatkan kembali penjualan minuman beralkohol ditengah tren penurunan jumlah peminum alkohol di Jepang. Konsep value conflict, inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan segmentasi pasar digunakan untuk mengkaji masalah penurunan konsumsi minuman beralkohol di Jepang. Tesis ini menggunakan metode kualitatif bersifat studi literatur sebagai sumber data utama menggunakan artikel berita, buku, jurnal, data dari Kementerian dan website industri alkohol Jepang dengan catatan hasil wawancara dan observasi saat berada di Jepang sebagai sumber data pendukung. Hasil tesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pendapat dan nilai yang dianut masyarakat Jepang terhadap minuman beralkohol dari masa ke masa yang berkontribusi terhadap menurunnya konsumsi minuman beralkohol di Jepang. Menanggapi hal tersebut, industri alkohol Jepang berstrategi dengan melakukan inovasi mengeluarkan berbagai macam varian minuman beralkohol mulai dari yang kadar alkoholnya sangat rendah hingga minuman yang dibuat rasanya menyerupai minuman beralkohol yang asli. Hasil analisis ditemukan bahwa industri alkohol Jepang yang berstrategi untuk tujuan ekonomi harus berhadapan dengan perubahan persepsi masyarakat Jepang tentang makna dari aktivitas terkait minum alkohol, salah satunya yaitu berubahnya makna dari nomikai.

This research discusses the decline in alcohol consumption in Japan that began in the 1990s and continued to rise during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study is to analyse the causes of the decline in alcoholic beverage consumption in Japan over time and the strategies of the Japanese alcohol industry to increase alcoholic beverage sales again amid the downward trend in the number of alcohol drinkers in Japan. The concepts of value conflict, innovation, economic growth, and market segmentation are used to examine the problem of declining alcohol consumption in Japan. This thesis uses a qualitative method of literature study as the main source of data, using news articles, books, journals, data from the Ministry, and websites of the Japanese alcohol industry with notes from interviews and observations while in Japan as supporting data sources. The results of the thesis show that there are different opinions and values held by Japanese society towards alcoholic beverages from time to time that contribute to the decline of alcohol consumption in Japan. In response, the Japanese alcohol industry strategized by innovating to produce a wide variety of alcoholic beverages, ranging from those with very low alcohol content to those that are made to taste like real alcoholic beverages. The results of the analysis found that the Japanese alcohol industry, which strategized for economic purposes, had to deal with changes in Japanese people's perceptions of the meaning of alcohol-related activities, one of example was the changing meaning of nomikai activities. "
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Aisyah Wulandewi
"Remaja yang sehat merupakan remaja yang dapat membedakan mana perilaku yang menyimpang dan mana yang tidak. Namun kenyataannya, pada tahun 2017 di Indonesia terdapat 70% pria dan 58% wanita usia 15-24 tahun mulai minum alkohol pada umur 15-19 tahun. Faktor yang paling berpengaruh pada perilaku remaja mengonsumsi alkohol adalah faktor sosial. Remaja akan berusaha untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya dengan mengikuti perilaku mereka termasuk perilaku yang menyimpang. Melalui penelitian ini diteliti hubungan penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 111. Teknik pengambilan sampel menggunakan snowball sampling. Peneliti menggunakan kuesioner karakteristik, PAS (Perceived Acceptance Scale), dan CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener). Hasil analisis bivariat menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara penerimaan teman sebaya dan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja (p = 0,162; a = 0,1). Dengan diketahuinya hasil penelitian ini, maka penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih berfokus pada aspek lain yang berakitan dengan perilaku konsumsi minuman beralkohol pada remaja.

Healthy adolescents are adolescents who can distinguish between deviant and non-deviant behavior. But in reality, in 2017 in Indonesia there were 70% of men and 58% of women aged 15-24 years starting to drink alcohol at the age of 15-19 years. The most influential factor on the behavior of adolescents consuming alcohol is social factors. Teenagers will try to be recognized and accepted by their peers by following their behavior, including deviant behavior. This study examined the relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents. The number of samples in this study was 111. The sampling technique used snowball sampling. Researchers used a characteristic, PAS (Perceived Acceptance Scale), and CAGE (Cut down, Annoyed, Guilty, Eye-opener) questionnaire. The results of the bivariate analysis showed that there was no significant relationship between peer acceptance and consumption behavior of alcoholic beverages in adolescents (p = 0.162; a = 0.1). By knowing the results of this study, further research can focus more on other aspects related to the behavior of consuming alcoholic beverages in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Fasya Nuzula
"Latar Belakang Alopesia androgenetik pria (AGA), atau pola kebotakan pria, memengaruhi 30-50% pria pada usia 50 tahun dan dipengaruhi oleh faktor genetik dan hormonal. Faktor lingkungan seperti konsumsi alkohol juga dapat berperan dalam perkembangan AGA. Alkohol dikonsumsi secara luas dan menimbulkan risiko kesehatan, dan kemungkinan hubungan antara konsumsi alkohol dan AGA telah dikemukakan, terutama pada pria. Studi ini mengeksplorasi kemungkinan hubungan antara konsumsi alkohol dan AGA pria di Jabodetabek, Indonesia, yang bertujuan untuk memperjelas hubungan ini dan implikasinya terhadap kesehatan masyarakat. Metode Studi potong lintang analitik ini menggunakan data sekunder dari populasi yang tinggal di Jabodetabek, Indonesia. Studi ini menggunakan formulir persetujuan, kuesioner dengan informasi yang diperlukan untuk studi, dan hasil trikoskopi. Hasil Dari 144 responden, sebagian besar berusia paruh baya (25-44 tahun, 66%) dan berasal dari etnis campuran (23,6%). Prevalensi alopesia androgenetik pria di Jabodetabek adalah 15,3%, dan prevalensi konsumsi alkohol adalah 24,3%. Rasio odds (OR=1,567) menunjukkan bahwa konsumen alkohol 1,567 kali lebih mungkin didiagnosis dengan alopesia androgenetik pria. Namun, interval kepercayaan (95%CI=0,581, 4,222) dan Uji Chi-Square (p=0,372) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi alkohol dan alopesia androgenetik. Kesimpulan Meskipun konsumen alkohol 1,567 kali lebih mungkin didiagnosis dengan alopesia androgenetik pria, temuan ini secara statistik tidak signifikan. Oleh karena itu, tidak ada hubungan yang signifikan yang dapat ditarik antara keduanya. Studi selanjutnya dengan analisis konsumsi alkohol yang lebih komprehensif, seperti kuantitas dan durasi, diperlukan untuk mendukung temuan ini.

Introduction Male androgenetic alopecia (AGA), or male pattern baldness, affects 30-50% of men by age 50 and is influenced by genetic and hormonal factors. Environmental factors like alcohol consumption may also play a role in AGA development. Alcohol is widely consumed and poses health risks, and a possible link between alcohol consumption and AGA has been suggested, especially in men. This study explores the possible association between alcohol consumption and male AGA in Jabodetabek, Indonesia, aiming to clarify this relationship and its public health implications. Method This analytical cross-sectional study used secondary data from a population residing in Jabodetabek, Indonesia. This study used informed consent forms, questionnaires with information needed for the study, and trichoscopy results. Results Of 144 respondents, most were middle-aged (25-44 years old, 66%) and of mixed ethnicity (23.6%). Male androgenetic alopecia prevalence in Jabodetabek was 15.3%, and alcohol consumption prevalence was 24.3%. The odds ratio (OR=1.567) indicated that alcohol consumers were 1.567 times more likely to be diagnosed with male androgenetic alopecia. However, the confidence interval (95%CI=0.581, 4.222) and Chi-Square Test (p=0.372) showed no significant association between alcohol consumption and androgenetic alopecia. Conclusion While alcohol consumers were 1.567 times more likely to be diagnosed with male androgenetic alopecia, this finding was statistically insignificant. Therefore, no significant association can be drawn between the two. Future studies with more comprehensive analyses of alcohol consumption, such as quantity and duration, are needed to support these findings."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Bayu Sekaruthami
"Penelitian ini mengkaji makna iklan vodka produksi luar Rusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam lima iklan vodka Rusia dengan menganalisis tanda-tanda yang terdapat pada teks dan visual iklan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Ada dua teori yang digunakan yaitu: teori semantik oleh Peirce (Noth, 1990:44-45) dengan trikotomi keduanya ( Ikon, Indeks, dan simbol ) sebagai unit analisis: dan teori Multimodal oleh Kress & Leeuwen (2006:43) tentang tiga metafungsi (ideasional: gambar naratif dan konseptual, interpersonal: gaze, distance, perspective, dan textual: new-given, ideal-real, center-margin, salience, frame). Hasil penelitian menemukan bahwa teks dan visual dalam iklan menjadi satu kesatuan makna dan iklan vodka produksi luar Rusia menampilkan ciri Rusia.

This research discusses the meanings of advertisements for vodka produced outside Russia. This research aims to find the meanings contained in five Russian vodka advertisements by analyzing the signs contained in the text and visuals of the advertisements. This research was conducted using a qualitative approach with a decriptive method. There are two theories used, namely: semantic theory by Peirce (Noth, 1990: 44-45) with its second trichotomy (Icon, Index, and symbol) as the unit of analysis: and Multimodal theory by Kress & Leeuwen (2006: 43) about three metafunctions (ideational: narrative and conceptual images; interpersonal: gaze, distance, perspective; and textual: new-given, ideal-real, center-margin, salience, frame). The results of the study found that text and visuals in advertisements become a unity of meaning and advertisements for vodka produced outside Russia display Russian characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Ega Nugraha
"Penulisan ini membahas tentang keterkaitan antara kebijakan pajak minuman keras yang diterapkan oleh pemerintahan Indonesia pada tahun 2013 dan kaitannya dengan motif ekonomi dalam penyelundupan. Penyelundupan dari minuman beralkohol mengincar negara-negara yang menetapkan aturan ketat konsumsi, iklan, ekspor, impor, sampai dengan produksi dari minuman beralkohol. Terutama negara-negara yang menetapkan nilai pajak tinggi dan pembatasan ketersediaan minuman beralkohol di masyarakatnya state monopoly. Peningkatan pajak minuman keras di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan nilai pajak dari ketiga golongan minuman beralkohol yaitu golongan. sampai 5, golongan. 5 sampai 20, golongan. lebih dari 20. Peningkatan nilai pajak seluruh golongan ini akan menyebabkan semua jenis minuman beralkohol mengalami peningkatan pembebanan nilai pajak. Pemaparan hubungan antara kebijakan pajak yang menambah motif ekonomi dalam penyelundupan ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam pembentukan kebijakan pajak minuman keras di Indonesia.

The focus of this writing is about the linkages between liquor tax policy applied by the government of Indonesia in 2013 and its relation with economic motives that drive the smuggler. Smuggler usually targeting countries that set strict rules of consumption, advertising, export, import, and production of alcoholic beverages. Especially countries that set high taxes and restrictions on the availability of alcohol beverages in society state monopoly. Increased the liquor tax in Indonesia is intended to three categories of alcohol beverages, class. up to 5, class. 5 to 20, class. over 20. Increasing the whole group of alcohol beverages tax will lead to increased value of all types of alcoholic beverages. The explanation of the relationship between tax policy and economic motive of smuggling is expected to be. consideration in policy formation liquor tax in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>