Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145926 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurdiana
"Minyak kayu putih merupakan salah satu minyak atsiri Indonesia yang diperoleh dari hasil penyulingan daun tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron L). Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol. Untuk menganalisis adanya kandungan sineol tersebut digunakan metode kromatografi gas. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar sineol dalam sediaan minyak kayu putih dengan kondisi analisis optimum sineol pada tekanan gas pembawa 40 kPa, temperatur tempat penyuntikkan 200ºC, temperatur kolom 30ºC yang dipertahankan selama 5 menit kemudian ditingkatkan hingga 100ºC dengan kenaikkan 1ºC per menit dan temperatur detektor FID 200ºC. Dari 8 sampel yang diperiksa, dapat diketahui bahwa seluruh sediaan minyak kayu putih mengandung sineol masing-masing, sampel A sebesar (27,54 ± 0,401) %b/v, sampel B (56,68 ± 0,029) %b/v, sampel C (44,93 ± 0,272) %b/v, sampel D (18,75 ± 0,099) %b/v, sampel E (0,38 ± 0,004) %b/v, sampel F (5,88 ± 0,037) %b/v, sampel G (7,85 ± 0,054) %b/v dan sampel H sebesar (6,76 ± 0,06) %b/v.

Cajeput oil is one of the essential oils from Indonesia, this is obtained from the product of destilating the leaves from a cajeput tree (Melaleuca leucadendron L). The main component of this oil is cineol. To analyse the above possibility, the gas liquid chromatography method is used. This research is purposed to determine the cineol content in cajeput oil with analysis condition of gas chromatography as follows : pressure of carrier gas is 40 kPa, temperature of injector is 200ºC, temperature of detector is 200ºC and temperature of column is 30ºC which was maintained for 5 minutes and than raised up to 100ºC with temperature increased 1ºC per minute. After analysing 8 samples, the cineol are founded with content are as follows : the sample A has (27,54 ± 0,401) %b/v content, the sample B has (56,68 ± 0,029) %b/v, the sample C has (44,93 ± 0,272) %b/v, the sample D has (18,75 ± 0,099) %b/v, the sample E has (0,38 ± 0,004) %b/v, the sample F has (5,88 ± 0,037) %b/v, the sample G has (7,85 ± 0,054) %b/v and the sample H has (6,76 ± 0,06) %b/v content."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munawarohthus Sholikha
"Penghambatan aktivitas elastase dapat diterapkan sebagai metode untuk melindungi terhadap penuaan kulit. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tanaman Indonesia yang memiliki potensi sebagai inhibitor elastase menggunakan penapisan virtual dengan piranti lunak penambatan molekul AutoDock. Penapisan virtual dari 1406 senyawa dari basis data senyawa tanaman obat di Indonesia terhadap penghambatan elastase diperoleh peringkat tertinggi yakni senyawa leucadenon A-D. Pengujian secara in vitro terhadap penghambatan elastase dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi daun Melaleuca leucadendron L. yang mengandung senyawa leucadenon A-D yang menempati peringkat 5 besar teratas dari hasil penapisan virtual. Daun segar M. leucadendron L. diekstraksi secara maserasi dengan pelarut aseton kemudian difraksinasi dengan kloroform. Fraksi kloroform difraksinasi kembali menggunakan kromatografi cair vakum sehingga didapatkan 6 fraksi (A-F) yang digabungkan berdasarkan profil KLT. Persen inhibisi elastase berturut-turut pada konsentrasi 50; 25; dan 12,5 µg/mL, fraksi A adalah 68,3; 57,0; dan 47,6% dan fraksi B adalah 68,1; 64,0; dan 48,3%. Pada konsentrasi yang sama, nilai persen inhibisi fraksi A dan B lebih besar jika dibandingkan asam oleanolat yaitu 62,4; 55,9; dan 46,5%. Uji kinetika enzim menunjukkan fraksi B daun M. leucadendron L. menginhibisi elastase secara kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa menunjukkan bahwa fraksi A dan B daun M. leucadendron L. mengandung flavonoid dan terpen.

Inhibition of elastase activity can be applied as a method to protect against skin aging. This research was conducted to obtain Indonesian plants that have potential as elastase inhibitors using virtual screening with the molecular docking software AutoDock. Virtual screening of 1406 compounds from a database of medicinal plants in Indonesia on the inhibition of elastase obtained the highest rank is leucadenone A-D. In vitro assay on elastase inhibitory of leaves extract and fractions Melaleuca leucadendron L. containing leucadenone A-D compounds which ranks the top 5 of the virtual screening results. Fresh leaves of M. leucadendron L. extracted by maceration with acetone and then fractionated with chloroform. Chloroform fraction was fractionated using vacuum liquid chromatography and obtained 6 fractions (A-F) were combined based on TLC profiles. Percent inhibition of elastase at concentrations of 50; 25; and 12.5 µg/mL respectively, fraction A was 68.3; 57.0; and 47.6% and fraction B was 68.1; 64.0; and 48.3%. At the same concentration, percent inhibition of fractions A and B greater than oleanolat acid was 62.4; 55.9; and 46.5%. Enzyme kinetics assays showed that B fraction leaves Melaleuca leucadendron L. inhibited competitively. Phytochemical screening showed that A and B fraction leaves of M. leucadendron L. contained flavonoids and terpenes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andari Putrianti
"Kandidiasis mulut adalah infeksi jamur yang paling sering ditemukan. Ini adalah infeksi jamur oportunistik pada rongga mulut yang disebakan oleh pertumbuhan jamur genus Candida, Candida albicans (C. albicans) adalah spesies yang paling banyak ditemukan. Manifestasi klinisnya dapat tergolong ringan dan berat bila menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang inadekuat. Obat antifungal yang ada memiliki peranan penting dalam menanggulangi penyakit ini. Sering terjadi resistensi dan masih tinggi toksisitas obat yang ada, dalam hal ini dibutuhkan agen-agen pengobatan yang baru dengan aktivitas antifungal yang lebih baik dan toksisitas yang rendah. Minyak esensial Melaleuca alternifolia (MA) dan Nigella sativa (NS) merupakan tanaman yang mempunyai efek antifungal yang baik dengan toksisitas dan resistensi yang rendah. Tujuan: Menganalisis potensi minyak esensial MA, NS dan kombinasinya dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Metoda: Minyak esensial MA dan NS didapat dari Eteris Nusantara dan dipaparkan pada C. albicans ATCC 10231 dan isolat klinik dengan metode uji daya hambat dan teknik serial dilution. Hasil: Minyak esensial MA dan kombinasi MA dan NS dapat menghambat 100% pertumbuhan C. albicans, sedangkan minyak esensial NS dapat menghambat rata-rata 11% pertumbuhan C. albicans isolat klinik. Kesimpulan: Minyak esensial NS dan kombinasi MA dan NS berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Kombinasi MA dan NS lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan minyak esensial NS, tetapi kombinasi MA dan NS tidak lebih berpotensi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dibandingkan dengan minyak esensial MA.

Oral candidiasis is the most common fungal infection. It is an opportunistic infection that occurs in the oral cavity that caused by Candida, the most abundant species is Candida albicans (C. albicans). The clinical manifestation of oral candidiasis is considered to be mild but it is become severe when it attack individual with inadequate immune system. Antifungal drugs have an important role in overcoming this disease, but resistance has developed to current antifungal drugs and some of it have a high toxicity, for these reasons it is important to find another drug with a low occurrence of resistance and lower toxicity. Melaleuca alternifolia (MA) and Nigella sativa (NS) essential oils are derived from herbal plant that have a good antifungal activity with a low toxicity and low occurrence of resistance. Aimed: To analyze the potential of MA, NS and the combination of both in inhibiting the growth of C. albicans. Method: Essential oils were from Eteris Nusantara, these oils were tested on C. albicans ATCC 10231 and C. albicans isolated from healthy patient. The method used was inhibition potential with serial dilution technique. Result: Essential oils of MA and the combination of MA and NS can inhibit the growth of C. albicans with a percentage of 100%. While, NS can inhibit the growth of C. albicans isolated from healthy patient with a mean percentage of 11%. Conclusion: Essential oils of NS and the combination of MA and NS have the potential to inhibit the growth of C. albicans. The combination of MA and NS has a better potential to inhibit the growth of C. albicans compared with NS, but the oil combination does not has a better potential compared with MA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Aprilla Wulansari
"Tea tree oil merupakan minyak atsiri dari tanaman Melaleuca alternifolia yang memiliki khasiat sebagai antibakteri. Sifat hidrofobik dari tea tree oil menimbulkan masalah dalam formulasi produk obat maupun kosmetik yang berbasis air. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tea tree oil dalam bentuk nanoemulsi gel dan menguji stabilitas fisik serta aktivitas antibakterinya secara in vitro. Nanoemulsi gel dibuat dengan berbagai konsentrasi tea tree oil yaitu 5%, 7%, dan 9% menggunakan tween 80 sebagai surfaktan dan propilenglikol sebagai kosurfaktan. Sediaan nanoemulsi gel tea tree oil menunjukkan penampilan fisik yang stabil selama penyimpanan 8 minggu pada suhu rendah (4°C ± 2°C) dan suhu ruang (25°C ± 2°C), cycling test, serta uji mekanik. Formula terbaik adalah nanoemulsi gel F1 yang mengandung tea tree oil 5% karena memiliki stabilitas yang baik, ukuran globul yang lebih kecil, dan viskositas yang lebih kental. Hasil uji aktivitas antibakteri secara in vitro menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi gel tea tree oil memiliki aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes dengan terbentuknya zona hambat. Semakin tinggi konsentrasi tea tree oil dalam sediaan (5%, 7%, dan 9%) memberikan rata-rata zona hambat yang semakin besar (28,33 ± 0,88 mm; 30,33 ± 0,33 mm; dan 31,67 ± 0,33 mm).

Tea tree oil is an essential oil of Melaleuca alternifolia which has antibacterial activity. Hydrophobic properties of tea tree oil cause problem in the formulation of drug product as well as water-based cosmetics. This study aims to formulate tea tree oil into nanoemulsion gel dosage form and evaluate its physical stability and antibacterial activity. Nanoemulsion gel was formulated in various concentrations of tea tree oil, which were 5%, 7% and 9% using tween 80 as surfactant and propyleneglycol as cosurfactant. Nanoemulsion gel tea tree oil showed stable physical appearance during 8 weeks of storage at low temperature (4°C ± 2°C) and room temperature (25° ± 2°C), cycling test, as well as mechanical test. The best formula is nanoemulsion gel F1 containing 5% tea tree oil because it has good stability, smaller globule size, and more viscous. Results of antibacterial activity in vitro studies showed that tea tree oil nanoemulsion gel had antibacterial activity against Propionibacterium acnes by the formation of inhibition zone. Higher concentration of tea tree oil in nanoemulsion gel (5%, 7%, and 9%) showed greater mean inhibition zone (28,33 ± 0,88 mm; 30,33 ± 0,33 mm; and 31,67 ± 0,33 mm)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumondang, Maria
"The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan akrilamida ke dalam grup 2A (berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia). Akrilamida ditemukan dalam makanan yang diproses dengan pemanasan pada suhu tinggi (di atas 120oC), dengan kandungan karbohidrat tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis kadar akrilamida dalam sediaan sereal yang beredar di pasaran secara kromatografi cair kinerja tinggi. Metode ini menggunakan kolom C18-RP dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 210 nm, fase gerak dan pelarut 3,5 mM asam fosfat 85% dalam asetonitril-air (5:95), dan laju alir 0,5 ml/menit. Waktu retensi yang dibutuhkan akrilamida 2,8 menit. Sampel diekstraksi menggunakan etanol-diklormetan (1:20), kemudian ditarik kembali dengan air. Rentang kurva kalibrasi 0,2-1,6 μg/ml menunjukkan nilai linieritas 0,99997; dengan batas deteksi 0,013309 μg/ml; batas kuantitasi 0,04463 μg/ml; dan koefisien variasi sebesar 0,4989%. Kadar akrilamida dalam tujuh sediaan produk sereal yang dianalisis yaitu dengan kadar rata-rata 1,3264 ± 0,11; 0,9430 ± 0,11; 1,3747 ± 0,12; 0,7744 ± 0,05; 1,5222 ± 0,15; 1,1056 ± 0,05; dan 0,3797 ± 0,07 μg/g."
Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 1996
S32047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustaman
Universitas Indonesia, 1994
S31975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ika Zuspita Anggrarini
"Asam benzoat dan asam sorbat merupakan zat antimikroba yang digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan asam benzoat dan asam sorbat yang terkandung dalam berbagai merek kecap yang beredar di kota Depok secara kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri. Analisis dilakukan dengan menggunakan fasa gerak n-heksana : etil asetat (4:1) dengan penambahan asam asetat 1% volume; deteksi dengan Camag TLC Scanner III pada panjang gelombang maksimum 230 nm untuk asam benzoat dan 262 nm untuk asam sorbat.
Dengan metode ekstraksi AOAC, rata-rata perolehan kembali untuk asam benzoat dan asam sorbat masing-masing adalah 100,51% dan 85,06%; hasil percobaan dari 10 sampel ternyata ditemukan 6 sampel mengandung asam benzoat dengan kadar 87,48 - 3880,31 mg/kg kecap (dimana 1 sampel diantaranya melebihi kadar yang telah ditetapkan pemerintah); 2 sampel mengandung asam sorbat dengan kadar 15,74 - 20,46 mg/kg kecap dan 2 sampel lainnya tidak mengandung asam benzoat dan atau asam sorbat.

Benzoic acid and sorbic acid are antimicrobial substances that used as the food preservative substances. The purpose of this research was to analyze the level of benzoic acid and sorbic acid in some brands of soy sauce that were sold in Depok using thin layer chromatography (TLC) method. The analysis used n-hexane : etil acetat (4:1) with addition of 1% acetic acid as mobile phase; detection using Camag TLC Scanner at maximum wavelength 230 nm for benzoic acid and 262 nm for sorbic acid.
Using the AOAC extraction method, the average of recovery were 100.51% for benzoic acid and 85.06% for sorbic acid. The result of the test showed, 6 out of 10 sample consist of benzoic acid between 87.48 - 3880.31 mg/kg (which 1 sample consist more than maximum level); 2 sample consist 15.74 - 20.48 mg/kg; while 2 other samples did not contain benzoic acid and sorbic acid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32892
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>