Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2005
S32811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deril Clinton
"Pada masa ini penelitian mengenai busa poliuretan dipusatkan pada usaha peningkatan karakteristik kekakuan busa dengan pemilihan bahan baku dan proses yang bersifat
terbarukan. Bio-coating kitosan adalah polisakarida linear yang merupakan produk turunan dari chitin, yaitu zat penyusun rangka terluar dari hewan antropoda seperti
udang, kepiting, dan serangga. Hubung silang antara busa poliuretan dengan kitosan dibuktikan dari hasil pengamatan SEM dimana terbentuknya lapisan pada permukan dan pori pori busa. Kemudian pengujian FTIR yang menunjukkan fenomena curing terjadi pada bilangan gelombang 1374 cm-1, yaitu ikatan hubung sialng antara kitosan-STPP pada busa poliuretan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pada variasi waktu curing 75 menit dan suhu 135 C merupakan kondisi yang optimum untuk proses curing. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kekuatan tarik sebesar 4.2 serta nilai resiliansi sebesar 2.5, juga disertai dengan menurunya nilai elongasi sebesar 24 dan nilai kekedapan udara sebesar 26. Nilai stabilitas termalnya juga meningkat dimana dibuktikan dengan meningkatknya persen berat sampel tersisa yaitu 13 dengan suhu degradasi yang lebih rendah yaitu 360 C.

At this time research on polyurethane foam is centered on efforts to improve the characteristics of foam stiffness by selecting raw materials and renewable processes.
Chitosan bio-coating is a linear polysaccharide which is a derivative product of chitin, the outermost constituent of anthropoid animals such as shrimp, crabs, and insects. The cross linking between polyurethane foam and chitosan is proven from SEM observations where the formation of layers on the surface and pores of the foam pores. Then the FTIR test which shows the curing phenomenon occurs at wave number 1374 cm-1, namely the bonding relationship between chitosan-STPP on polyurethane foam. From the results of this study concluded that the variation of 75 minutes curing time and 135 C temperature is the optimum condition for the curing process. This is evidenced by an increase in tensile strength of 4.2 and a resilience value of 2.5, also accompanied by a decline in the elongation value of 24 and an airtight value of 26. The thermal stability value also increases which is evidenced by the increase in the remaining percent weight of the sample by 13 with a lower degradation temperature of 360.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Febriet Eksadhi Putra
"Telah dilakukan penelitian pengaruh bahan pengisi terhadap pelepasan furosemida dalam sediaan tablet. Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan bahan pengikat larutan karboksimetil kitosan 5% dan bahan pengisi yang berbeda yaitu laktosa (formula A), avicel 101 (formula B), amilum jagung (formula C) dan dikalsium fosfat (formula D). Pelepasan furosemida dari masing-masing tablet dievaluasi menggunakan alat disolusi tipe 2 dengan medium dapar fosfat pH 5,8. Sampel dianalisis menggunakan spektrofotometer pada גּ 274 nm. Hasil penelitian menunjukkan pelepasan furosemida terbesar yaitu 97,91% dihasilkan oleh formula A, kemudian diikuti oleh formula C 97,56%, formula B 78,56% dan formula D 35,82%.

It is been done experiment toward the influence of filler toward the releasing of furosemida from the tablet dosage form. The tablet is made by using the wet granulation method with carboxymethyl chitosan solution as the binding agent and different filler lactose (formula A), avicel 101 (formula B), corn starch (formula C) and dicalsium fosfat (formula D). The releasing of furosemida from tablet is evaluated by using the disolution apparatus type 2 with buffer fosfat pH 5,8 as medium. The sample is analyzed by using the spektrofotometer on the גּ 274 nm. The results showed the releasing of furosemida of formula A (97,91%), formula C (97,17%), formula B (78,56%) and formula D (35,82%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sebayang, Perdamean
"Telah dilakukan pembuatan keramik porselin dengan menggunakan bahan baku lokal dengan komposisi: 35% feldspar, 35% kaolin dan 30% silika (berat) serta ditambahkan 0 - 40% Al203 (dari berat total). Proses pembentukan dilakukan dengan menggiling bahan baku menggunakan ball mill hingga lolos ayakan 200 mesh, dicetak tekan sebesar 200 kg/cm2 dan selanjutnya disinter pada suhu: 1300, 1350, 1400, 1450, dan 1500°C. Identifikasi fasa yang terbentuk diamati dengan menggunakan XRD. Sifat fisis dan mekanik yang diamati antara lain: porositas, densitas, koefisien ekspansi termal, kekuatan dielektrik, resistivitas, kekuatan patah dan kekerasan.
Hasil identifikasi fasa dari keramik dengan menggunakan XRD menunjukan bahwa suhu sintering 1300°C terdiri dari mullite sebagai fasa dominan, quartz dan corundum sebagai fasa minor. Pada suhu 1400°C, fasa dominan adalah mullite dan fasa minor adalah corundum. Sedangkan keramik yang disinter pada suhu 1500°C hanya terbentuk fasa mullite.
Hasil pengukuran menunjukan bahwa porositas keramik lebih kecil dari 0,65%, densitas dengan interval 2,34 -- 2,56 g/cm3, dan koefisien ekspansi termal (4,13 - 5,92) x 10 -8 °C -1. Kekuatan patah, kekerasan dan kekuatan dielektrik dari keramik berkisar antara: 76,7 -- 96,7 MPa, 399 - 873 kg/mm2 (Hv) dan 6,64 - 8,95 kV/mm. Resistivitas yang diperoleh pada suhu pengukuran 250 °C dan suhu sintering 1400°C adalah sebagai berikut: 1,85 x 10 8 Ώ-cm pada 0% Al203; 9,98 x 10 8 Ώ-cm pada 10% Al203; 12,3 x 10 8 Ώ-cm pada 20% Al203; 6,64 x 10 8 Ώ-cm pada 30% Al203; dan 4,95 x 10 8 Ώ-cm pada 40% Al203. Ternyata pengaruh penambahan Al203 dan suhu sintering cenderung menghasilkan resistivitas semakin rendah.

Porcelain ceramic with the composition of 35 wt.% feldspar, 35 wt.% kaolin and 30 wt.% quartz and also 0 -- 40 wt.% AI203 as additive have been produced by using local raw materials. The raw materials were ball milled, screened trough 200 mesh, pressed for about 200 kg/cm2 and then sintered at temperature of 1300, 1350, 1400, 1450, and 1500°C. The phase identification was analyzed by using of XRD.
The physical and mechanical properties such as porosity, density, coefficient of thermal expansion, dielectric strength, resistivity, bending strength and hardness were measured.
The XRD result indicates that the ceramic, which is sintered at temperature 1300°C, consists of mullite as dominant phase, quartz and corundum as minor phase. The 1400°C sintered ceramic consist of mullite as dominant phase and corundum as minor phase. The ceramic, which is sintered at temperature 1500oC, consists of the mullite phase.
The experimental results show that the porosity of the ceramics is less than 0.65%, the density is in the range of 2.34 - 2.56 glcm3 and the coefficient of thermal expansion is (4.13 - 5.92) x 10 -6 °C-1. The bending strength, hardness and dielectric strength of the ceramic are in the range of 76.7 --96.7 MPa, 399 - 873 kgflmm2 (Hv) and 6.64 - 8.95 kVlmm respectively. The resistivity for measuring temperature at 250°C and sintering temperature at 1400°C are: 1.85 x 10 8 Ώ-cm, 9.98 x 10 8 Ώ-cm, 12.3 x 10 8 Ώ-cm, 6.64 x 10 8 Ώ-cm, and 4.95 x 10 8 Ώ-cm for 0%, 10%, 20%, 30%, and 40% of Al203 addition respectively. In conclusion, the addition of Al203 and sintering temperature tend to decrease resistivity value of the ceramic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yosephine Merry Devina
"Deposit ampas tebu di Indonesia yang mencapai 8,5 juta ton per tahun menjadikan biomassa ini potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif. Perbaikan sifat ampas tebu sebagai bahan bakar padat dilakukan dengan torefaksi, yaitu proses pretreatment termokimia terhadap biomassa yang dilakukan pada suhu 200?300oC, tekanan atmosfer, dan lingkungan yang inert. Ampas tebu ditorefaksi sampai suhu 275oC dengan variasi laju pemanasan sebesar 3, 6, dan 10oC/menit dan variasi waktu penahanan suhu selama 0 dan 15 menit. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik ampas tebu adalah kandungan lignoselulosa, distribusi ukuran partikel, sifat hidrofobik, dan kekerasan pellet. Kenaikan laju pemanasan dan waktu penahanan suhu mengurangi kandungan hemiselulosa ampas tebu sampai di bawah 6% dan menaikkan kandungan ligninnya sampai di atas 83%. Seiring peningkatan kandungan lignin, kekerasan pellet ampas tebu juga meningkat, yaitu sampai 29,22 pada skala durometer Shore D. Seiring penurunan kandungan hemiselulosa, ampas tebu bersifat lebih mudah dihancurkan dan hidrofobik. Distribusi partikel yang berukuran lebih kecil dari 105 μm pada ampas tebu yang ditorefaksi adalah sebanyak 67%, sedangkan pada ampas tebu yang tidak ditorefaksi hanya 0,62%. Penyerapan air oleh ampas tebu yang ditorefaksi hanya sebanyak 1,3%, sedangkan pada ampas tebu yang tidak ditorefaksi sampai 8,02%. Hasil ini menunjukkan bahwa torefaksi dapat memperbaiki karakteristik fisik ampas tebu.

Sugarcane bagasse waste in Indonesia reaching 8.5 million tons per year is potential to be developed as an alternative energy source. Torrefaction, which is used to improve the properties of sugarcane bagasse as a solid fuel, is a thermochemical pretreatment of biomass carried out at a temperature of 200?300oC, atmospheric pressure, and inert environment. Sugarcane bagasse is torrefied at 275oC with the heating rate variation of 3, 6, and 10oC/minute and hold time variation of 0 and 15 minutes. Characterizations conducted to determine the physical characteristics of sugarcane bagasse are lignocellulosic content, particle size distribution, hydrophobicity, and pellet hardness. The increasing heating rate and hold time will reduce the hemicellulose content of sugarcane baggase to lower than wt-6% and increase the lignin content to higher than wt-83%. As the lignin content increases, the sugarcane bagasse pellet will have better hardness, i.e. 29.22 on a durometer Shore D scale. As the hemicellulose content increases, sugarcane bagasse will have better particle size distribution and stronger hydrophobic tendency. The particle size distribution of torrefied sugarcane bagasse which is smaller than 105 μm is wt-67% while only wt-0.62% in untorrefied sugarcane bagasse. The water absorbtion of torrefied sugarcane bagasse is wt-1.3% while wt-8.02% in untorrefied sugarcane bagasse. The results indicate that torrefaction is able to improve sugarcane bagasse
physical characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Anyelir Nursan
"Produk headliner mobil dapat diperoleh dari pengembangan pengolahan busa poliuretan dan limbah kulit udang yang mengandung kitosan. Busa poliuretan yang dilapisi kitosan dengan metode pencelupan memiliki tujuan untuk memodifikasi sifat elastis menjadi kaku. Pengujian tarik menunjukkan peningkatan kekakuan, sedangkan Thermogravimetric Analysis (TGA) menunjukkan peningkatan suhu degradasi menjadi 295°C untuk tahap pertama, 309°C untuk tahap kedua, dan 372°C untuk tahap ketiga. Proses curing dapat meningkatkan jumlah hubung silang fisika berupa ikatan hidrogen, kemudian peningkatan waktu curing dapat meningkatkan jumlah hubung silang kimia berupa ikatan kovalen sehingga menyebabkan struktur menjadi homogen dan halus yang ditunjukkan oleh Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM). Namun, suhu curing yang terlalu tinggi atau waktu curing yang terlalu lama menyebabkan ikatan hidrogen bahkan ikatan pada rantai utama terputus sehingga sifat mekanik dan termalnya menurun.
Pembentukkan hubung silang fisika dibuktikan dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) yaitu peningkatan intensitas ikatan O-H, N-H, dan C=O berikatan hidrogen, sedangkan peningkatan intensitas ikatan C-N dan C-O-C mengindikasikan hubung silang kimia. Busa poliuretan yang dilapisi kitosan dengan proses curing pada 100°C selama 120 menit memiliki kekuatan tarik maksimum 5,56 kgf/cm2, elongasi 7%, dan densitas 28,9 kg/m3 yang mendekati spesifikasi sifat mekanik dan fisika produk headliner pada umumnya.

Car headliner can be obtained from the development of processing polyurethane foam and shrimp skin waste containing chitosan. Polyurethane foam coated by chitosan using immersion method has purpose of modifying elastic become stiff. Tensile testing showed the increasing of mechanical properties, while Thermogravimetric Analysis (TGA) showed the increasing of degradation temperature to 295°C for the first stage, 309°C for the second stage, and 372°C for the third stage. Curing process can add the number of physical crosslinking in form of hydrogen bonds, then the increasing of curing time can add the number of chemical crosslinking in form of covalent bonds, causing the structure become homogeneous and smooth as indicated by Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM). However, if curing temperature is too high or curing time is too long, it will cause hydrogen bonds even main chain to be severed so that its mechanical and thermal properties decrease.
The formation of physical crosslinking is evidenced by the Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), which is increasing the intensity of O-H, N-H, and hydrogen-bonded C=O bonds, while increasing the intensity of C-N and C-O-C bonds indicates chemical crosslinking. Polyurethane foam coated by chitosan and then cured at 100°C for 120 minutes has an ultimate tensile strength of 5.56 kgf/cm2, elongation of 7%, and density of 28.9 kg/m3 which is close to the specification of mechanical and physical properties of headliner in general.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Agung Setiaji
"Busa poliuretan mempunyai berbagai fungsi dalam dunia manufaktur, dan salah satu fungsinya ialah sebagai headliner pada mobil. Pembuatan headliner mobil membutuhkan properti busa yang rigid dan masih memiliki sedikit elongasi. Sedangkan pembuatan busa rigid membutuhkan zat aditif yang banyak dan relative mahal. Pada saat ini, dilakukan sebuah penelitian berupa pembuatan busa flexible yang dicampurkan dengan 4 gr kitosan dan 0,2 gr kalsium karbonat (CaCO3) dalam 100 ml larutan 5% asam asetat (CH3COOH dengan teknik dip coating dan menggunakan vacuum oven. Sampel yang digunakan adalah busa berdensitas 16 kg/m3 dan diberikan perlakuan dengan variable suhu dan waktu curing.
Bedasarkan hasil yang diperoleh, perlakuan sampel dengan suhu 100oC selama 120 menit adalah hasil yang terbaik. Sampel tersebut memiliki nilai ketahanan tarik maksimal dan elongasi yang tergolong baik serta kitosan dan CaCO3 yang membungkus dengan rata semua pori pada permukaan busa serta memiliki hasil penilaian komposisi kimia dan temperatur dekomposisi yang dapat dikatakan paling baik daripada sampel lainnya. Sehingga dapat disimpulkan perlakuan tersebut dapat dilakukan penelitian atau produksi lanjutan.

Polyurethane foam has a major function in the world of manufacturing, and one of its functions as a headliner in cars. Making car headliners requires rigid foam properties and still has a little elongation. While making rigid foam requires a lot of additives and is relatively expensive. At this time, research was carried out consisting of making flexible foam mixed with 4 gr chitosan and 0.2 gr Calcium Carbonate (CaCO3) in 100 ml of 5% acetic acid (CH3COOH) solution with dip coating technique and using a vacuum oven. The sample used is foam density 16 kg/m3 and given with variable temperature and curing time.
Based on the results obtained, sample samples with a temperature of 100oC for 120 minutes are the best results. This sample has ultimate tensile strength (UTS) and elongation which are classified as good with chitosan and CaCO3 which wrap with all sizes on the foam surface and also the results of the chemical composition and decomposition temperature which is arguably the best of the other samples. It was agreed that discussions could be carried out for further research or production.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>