Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27423 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2005
S32873
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisyah
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S32074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Tanfil T.
"Kurkumin merupakan komponen utama yang terkandung dalam tumbuhan (Curcuma longa). Kurkumin diketahui memiliki beberapa sifat farmakologis. Salah satu khasiat farmakologis kurkumin adalah anti inflamasi yang diketahui dapat digunakan untuk mengobati stomatitis. Tumbuhan lain yang memiliki sifat farmakologis yang sama adalah Aloe vera, Aloe vera diketahui dapat memberikan efek penyembuhan pada stomatitis. Berdasarkan kemampuan dari Kurkumin dan Aloe vera, diharapkan dengan dikombinasikan antara keduanya maka dapat menjadi sebuah pilihan baru untuk terapi stomatitis yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek anti stomatitis kombinasi zat aktif dan hasil formulasi dalam bentuk gel mukoadhesif dari kurkumin dan Aloe vera pada stomatitis yang diinduksi pada tikus. Model penelitian in vivo menggunakan 5 kelompok tikus dengan masing-masing 6 ekor tikus (Sprague Dawley). Semua tikus menerima aplikasi induksi asam asetat 50% pada mukosa rongga mulut. Pemberian secara topikal kombinasi zat aktif maupun hasil formula gel mukoadhesif yang mengandung Kurkumin-β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) menunjukkan waktu penyembuhan yang lebih baik dibandingkan kombinasi lainnya. Hasil histopatologi juga menunjukkan bahwa kombinasi Kurkumin-β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) memberikan efek penyembuhan yang baik. Kombinasi Kurkumin-β- siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) maupun gel mukoadhesif yang mengandung Kurkumin- β-siklodekstrin dan Aloe vera (1:2) menunjukkan hasil yang positif untuk penyembuhan sariawan yang diinduksi oleh asam asetat 50%.

Curcumin is the main component contained in plants (Curcuma longa). Curcumin is known to have several pharmacological properties. One of the pharmacological properties of curcumin is anti-inflammatory which is known to be used to treat stomatitis. Another plant that has the same pharmacological properties is Aloe vera. Aloe vera is known to have a healing effect on stomatitis. Based on the ability of curcumin and aloe vera, it is hoped that the combination of the two can become a new option for better stomatitis therapy. The purpose of this study was to determine the anti-stomatitis effect of the combination of active substances and the results of the formulation in the form of a mucoadhesive gel from curcumin and Aloe vera on induced stomatitis in rats. The in vivo research model used five groups of rats with six rats each (Sprague Dawley). All mice received an induction application of 50% acetic acid to the oral mucosa. Topical administration of a combination of active substances and the results of a mucoadhesive gel formula containing curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2) showed a better healing time than other combinations. Histopathological results also showed that the combination of curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2) gave an excellent healing effect. The combination of curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2), as well as a mucoadhesive gel containing curcumin-β-cyclodextrin and aloe vera (1:2), showed positive results for the healing of stomatitis induced by 50% acetic acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tabir surya merupakan suatu sediaan kosmetik yang mengandung zat atau
bahan yang dapat melindungi kulit sehingga sinar ultraviolet (UV) A dan B
pada matahari tidak dapat memasuki kulit. Tanaman lidah buaya diperkirakan
dapat digunakan sebagai tabir surya karena mengandung antraquinon atau
aloin yang dapat mengabsorpsi sinar UV, menghambat aktifitas tirosinase,
mengurangi pembentukan melanin dan kemungkinan hiperpigmentasi. Telah
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera L) dan uji
stabilitas fisik formula gel lidah buaya sebagai gel tabir surya. Selain itu juga
telah dilakukan uji aplikasi sediaan gel pada sukarelawan untuk membuktikan
khasiat lidah buaya sebagai tabir surya dengan melakukan pengukuran
terhadap indeks melanin. Formulasi sediaan gel tabir surya menggunakan
getah dan lendir lidah buaya sebanyak 50% dan 10% cairan hasil
penyaringan dari daging lidah buaya yang dihaluskan. Sediaan gel tabir surya
dengan konsentrasi 5000 μg/ml memiliki serapan maksimum 1,57844 pada
panjang gelombang 296 nm. Pengujian stabilitas fisik sediaan meliputi
pengamatan warna, bau, pH, dan homogenitas selama penyimpanan 8
minggu. Sediaan stabil selama penyimpanan pada suhu kamar dan suhu
rendah, sedangkan pada suhu tinggi sediaan menunjukkan perubahan warna
pada minggu ke-6 dan ke-8. Pengamatan pH, viskositas, dan konsistensi
menunjukkan adanya penurunan nilai pH, viskositas, dan konsistensi. Hasil
pengukuran indeks melanin setiap 2 minggu selama 8 minggu pemakaian
sediaan gel tabir surya menunjukkan adanya penurunan indeks melanin."
Universitas Indonesia, 2009
S32930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulva Hamid
1996
S32051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ekstrak kacang kedelai diketahui berkhasiat sebagai zat aktif
antiaging. Pada penelitian kali ini, ekstrak kacang kedelai pada konsentrasi
2%, 4%, 6%,dan 8% diformulasikan dalam sediaan krim. Adanya
penambahan ekstrak kacang kedelai dengan konsentrasi yang berbeda-beda
pada krim diperkirakan dapat mempengaruhi kestabilan fisik krim. Uji
kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan pada penyimpanan selama
delapan minggu di suhu kamar, suhu tinggi (40oC±2oC), dan suhu rendah
(4oC±2oC), cycling test, dan uji mekanik. Parameter kestabilan yaitu
organoleptis, pH, diameter globul rata-rata, viskositas, cycling test dan uji
mekanik. Keempat formula menunjukkan kestabilan fisik berdasarkan
pengamatan organoleptis, pemeriksaan pH, diameter globul rata-rata,
konsistensi, viskositas, cycling test, uji mekanik."
Universitas Indonesia, 2009
S32713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Kurkumin telah banyak digunakan dan masih terus diteliti pada pemakaian topikal karena mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Pada dasarnya untuk mendapatkan efek yang optimal dari sediaan topikal, zat berkhasiat yang ada dapat terpenetrasi melalui lapisan kulit teratas. Oleh karena itu, dibuat tiga bentuk sediaan guna membandingkan perbedaan jumlah kurkumin yang terpenetrasi, yaitu krim, salep, dan gel. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Sprague-Dawley. Jumlah kumulatif kurkumin yang terpenetrasi dari sediaan salep, krim, dan gel secara berturut-turut adalah sebanyak 192,22 ± 2,25 μg/cm², 69,18 ± 2,79 μg/cm², dan 32,26 ± 4,63 μg/cm². Persentase jumlah kurkumin yang terpenetrasi dari sediaan salep, krim, dan gel secara berturut-turut adalah 0,53 ± 0,01%, 0,20 ± 0,01%, dan 0,09 ± 0,01%. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik melalui cycling test, uji mekanik dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu di suhu kamar, suhu hangat (40° ± 2°C), dan suhu dingin (4° ± 2°C). Ketiga sediaan menunjukkan kestabilan fisik dengan parameter kestabilan di ketiga suhu yaitu organoleptis, pH, diameter globul rata-rata, dan konsistensi.

Curcumin has been used and still being researched in topical use because it has antioxidant and antiinflammation activities. Basically, to get the optimum effect from topical preparation, drug should be penetrated through top skin layer. Therefore, three kinds of preparation were made to measure the total cumulative penetration of curcumin, i.e. cream, ointment, and gel. Penetration ability through skin was examined by in vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin as membrane diffusion. Total cumulative penetration of curcumin from ointment, cream, and gel preparations measured were 192.22 ± 2.25 μg/cm², 69.18 ± 2.79 μg/cm², and 32.26 ± 4.63 μg/cm², respectively. The percentage of penetrated curcumin from ointment, cream and gel preparations were 0.53 ± 0.01%, 0.20 ± 0.01%, and 0.09 ± 0.01%, respectively. Besides that, it also done stability test including cycling test, mechanical test, and the storage for eight weeks at room temperature, warm temperature (40° ± 2°C), and cold temperature (4° ± 2°C). The three dosage forms showed physical stability w ith stability parameters in the three temperatures were organoleptic observation, pH, globule diameter, and consistency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Gracia Dameirisca
"Latar Belakang: Zoledronat merupakan jenis obat bisfosfonat yang paling kuat dalam menghambat resorpsi tulang. Zoledronat terbukti dapat menghambat pergerakan gigi ortodonti dan memperkuat penjangkaran maksimum, pada studi hewan. Sebagian besar studi masih menggunakan obat zoledronat dalam bentuk injeksi. Sediaan topikal mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang ditimbulkan melalui pemberian obat secara injeksi Gel dan emulsi gel (emulgel) merupakan jenis sediaan obat topikal semi padat. Uji stabilitas suatu produk farmasi perlu dilakukan untuk menilai kemampuan suatu formulasi dalam mempertahankan sifat dan karakteristiknya saat pengemasan selama periode penyimpanan dan penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan stabilitas fisik gel dan emulgel zoledronat yang disimpan pada suhu ruang (28±2°C) dan akselerasi (40°C) selama 8 minggu pengamatan. Metode penelitian: Gel dan emulgel disimpan selama 8 minggu pada suhu 28±2°C dan 40°C. Parameter stabilitas fisik yang dilihat antara lain organoleptis, pH, daya sebar, viskositas dan ukuran globul emulgel. Evaluasi dilakukan pada hari pertama, minggu ke-2,4,6 dan 8. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada seluruh parameter antar sediaan gel dan emulgel pada setiap waktu pengamatan. Pada sediaan emulgel yang disimpan di suhu 28±2°C, tidak terdapat perbedaan bermakna pada parameter viskositas, daya sebar dan ukuran globul selama 8 minggu pengamatan. Pada sediaan gel yang disimpan pada suhu 28±2°C, terdapat perbedaan bermakna pada seluruh parameter selama 8 minggu pengamatan. Kesimpulan: Emulgel zoledronat yang disimpan pada suhu 28±2°C selama 8 minggu stabil menurut semua parameter-parameter fisik yang diuji, kecuali pH. Perubahan pada nilai pH masih dekat dengan kisaran normal pH pada rongga mulut. Selain itu, gel zoledronat yang disimpan pada suhu 28±2°C selama 8 minggu dapat disimpulkan tidak stabil.

Introduction: Zoledronate is the most potent bisphosphonate at inhibiting bone resorption. Zoledronate has been shown to inhibit orthodontic tooth movement and increase maximum anchorage in animal studies. Most studies are still using zoledronate in injectable form. The strategy to overcome problems associated with drug administration by injection is to develop zoledonate that can be administered topically. Gel and emulsion gel (emulgel) are a semi-solid drug preparation. Stability testing of pharmaceutical product must be done to evaluate the capability of a particular formulation to retain its properties and characteristics at the time of packaging throughout its period of storage and use. This study aims to compare the physical stability of zoledronat gel and emulgel stored in room temperature (28±2°C) and accelerated temperature (40°C) for eight weeks. Methods: Gel and emulgel were stored in room temperature (28±2°C) and accelerated temperature (40°C) for eight weeks. The physical stability parameters that were used in this study is organoleptic, pH, spreadability, viscosity and globule size diameter for emulgel preparation. Gel and emulgel were evaluated on the first day, 2nd week, 4th week, 6th week and 8th week. Results: There were statistically significant differences in all stability parameters, except pH, between gel and emulgel prepatations. For emulgel preparations that was stored in room temperature, there was no statistically significant differences in viscosity, spreadability and globule size diameter during eight weeks of observation. For gel preparations that was stored in room temperature, there were significant differences in all stability parameters during eight week of observation. Conclusion: According to the parameters in physical stability test, except pH, zoledronate emulgel stable in room temperature (28±2°C) storage for eight week observation. The changes in pH values was near from normal pH range in oral cavity. Other than that, zoledronate gel was not stable in room temperature (28±2°C) storage for eight week observation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>