Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Punike Pirantya
"ABSTRAK
Ekstasi (3,4-methylenedioxymethamphetamine atau MDMA) adalah drugs
yang unik dan merupakan perpaduan antara halusinogen dan stimulants. Selain
mengandung MDMA, ekstasi umumnya mengandung banyak impurities. Drug
profiling tablet ekstasi bertujuan untuk menentukan karakteristik fisik dan impurity
profiling tablet ekstasi, sehingga dapat ditentukan prekursor, rute sintesis, hubungan
antar tablet, kesamaan kondisi sintesis dan lokasi pembuatannya. Karakteristik
fisik meliputi bobot, diameter, ketebalan, tampak dari segala sisi serta
outside colour. Impurity profiling terdiri atas screening test menggunakan
marquis dan simon test, jenis impurities ditentukan dengan GC/MS dan untuk
penentuan konsentrasinya digunakan HPLC. Berdasarkan drug profiling, tablettablet
ekstasi dicetak dengan logo timbul, alphanumeric dengan variasi warna
dan memiliki range diameter 6,8-8,9 mm, ketebalan 3,9-5,5 mm dan bobot 236-
398 mg. Prekursor dari MDMA adalah piperonal dan MDP2P dengan rute sintesis
melalui aminasi reduksi dan Leuckart reaction. Ada tiga kelompok drugs yang
memiliki hubungan. Tiga tablet ekstasi dengan logo popeye ternyata berasal dari
batch yang berbeda. Kemudian, ditemukan juga ekstasi dengan logo yang berbeda
berasal dari sindikat yang sama, namun batch berbeda. Hal ini terlihat dari
jenis impurities-nya sama, tetapi konsentrasi berbeda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Martini
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2003
T39591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Mulyadi
"Metamfetamin digunakan secara ilegal sebagai stimulan karena efek sampingnya dapat meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan suasana hati menjadi jauh lebih gembira serta euforia. Produksi, peredaran serta penggunaan metamfetamin dilarang di Indonesia sesuai dengan undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pelarut yang terbaik untuk ekstraksi metamfetamin, dengan cara membandingkan heksana dalam kondisi netral dan basa pH 10, etil asetat dan pelarut terstandar (Toxitube® Varian).
Penelitian dilakukan pada 5 sampel tablet metamfetamin sitaan. Kadar metamfetamin dianalisis menggunakan kromatografi gas dengan kolom RTX-5MS, (panjang 30 meter, diameter 0,25 mm), fase gerak gas helium dengan laju alir 1,0 mL/menit dideteksi dengan detektor massa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etil asetat memiliki area yang lebih besar jika dibandingkan dengan heksana pada kondisi basa pH 10, pelarut terstandar (Toxitube® Varian) dan heksana pada kondisi netral. Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan pelarut ekstraksi dengan hasil optimum untuk analisis tablet metamfetamin secara berturut-turut yaitu etil asetat, heksana pada kondisi pH 10, pelarut terstandar (Toxitube® Varian) dan heksana pada kondisi netral.

Methamphetamine is used illegally as a stimulant because the side effects can increase confidence and improve mood became much more excited and euphoric. Production, distribution and use of methamphetamine is banned in Indonesia in accordance with law No. 35 of 2009 on narcotics. The purpose of this study is to obtain the best solvents for the extraction of methamphetamine by comparing the hexane in neutral and alkaline conditions pH 10, ethyl acetate and solvent standardized (Toxitube ® Varian).
The study was conducted on five samples of methamphetamine tablets seized. Methamphetamine levels were analyzed using gas chromatography with RTX-5MS column, (length 30 meters, diameter 0.25 mm), mobile phase helium gas with a flow rate of 1 mL / min and was detected with a mass detector.
The results showed that the ethyl acetate has a larger area when compared with the hexane at alkaline condition pH 10, the solvent standardized (Toxitube ® Varian) and hexane at neutral condition. Based on data from this study concluded that the solvent extraction with optimum results for the analysis of methamphetamine tablets respectively is ethyl acetate, hexane at alkaline condition pH 10, the solvent standardized (Toxitube ® Varian) and hexane at neutral condition.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Julio
"3,4-Metilendioksimetamfetamin MDMA atau di Indonesia dikenal dengan ekstasi merupakan recreational drugs golongan stimulant dan halusinasi dari golongan amfetamin yang masih banyak disalahgunakan hingga saat ini. Untuk membuktikan seseorang menyalahgunakan MDMA maka diperlukan uji MDMA dalam tubuh. Selama ini kadar MDMA di dalam tubuh biasanya ditentukan di dalam darah dan urin. Dried Blood Spot sebagai metode yang lebih sederhana dan tidak invasif bila dibandingkan dengan pengambilan darah langsung dari vena yang lebih invasif atau dari urin yang masih diragukan kebenaran pengambilan sampel dikarenakan masalah privasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis MDMA dalam sampel DBS mulai dari kondisi kromatografi gas spektrometri massa yang optimum, metode preparasi sampel DBS yang optimum, hingga validasi metode analisis. Kondisi kromatografi optimum adalah kolom kapiler HP-5 MS dengan panjang 30 m, diameter dalam 0,25 mm; fase gerak gas Helium 99,999 ; laju alir 1,2 mL/menit; deteksi MS pada nilai m/z 58,00 dan 135,00 dan efedrin HCl sebagai baku dalam. Preparasi sampel menggunakan metode mikroekstraksi cair-cair dengan pelarut methanol lalu reesidunya dikeringkan dan direkonstitusi dengan etil asetat sebanyak 40 ? L. hasil validasi terhadap metode analisis MDMA yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 25,0-500,0 ng/mL dengan r> 0,9999.

3,4 Metilendioxymethamphetamine or in Indonesia known as ecstasy is one of recreational drugs that causing stimulant and hallucinogen of the amphetamine group which is still widely abused. To prove a person abusing MDMA then MDMA test is required in the body. MDMA concentration in the body are usually determined in the blood and urine. Dried Blood Spot as a simple and non invasive method compared to blood taking directly from the vene that usually is invasive and urine that can be still doubtful because privacy issue. This study aims to develop analytical methods for MDMA in DBS sample from the conditions of gas chromatography mass spectrometry optimum, optimum DBS preparation methods, to the validation of analytical methods. The optimum chromatography conditions were HP MS 5 capilarry columns with a length of 30 m 0.25 mm inner diameter mobile phase Helium gas 99.999 flow rate 1.2 mL min detection of MS at m z values of 58.00 and 91.00 and ephedrine HCl as an internal standard. Sample preparation using liquid liquid microextraction with methanol solvent and the residue is dried and reconstituted with about 40 L of ethil acetate. The results of the validation of analytical methods for MDMA that satisfies the validation by the EMEA Guideline 2011. Bioanalytical Methods obtained linear in the concentration range from 25.0 to 500.0 ng mL with r 0.9999."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Utami Wilyani
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S32181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kartika Hidayat
"ABSTRAK
Loratadine atau Etil-4-(8-kloro-5,6-dihidro- 11 H-benzo-(5,6)-siklohepta- (1 ,2-b)-piridin -11 -ylidine) piperidin- I karboksilat adalah suatu senyawa yang dapat menginhibisi reaksi histamin dengan reseptor histamin-H,, sehingga dapat mengurangi efek histamin pada pembuluh darah dan macam-macam otot polos. Dengan demikian, Loratadine dapat digunakan sebagai obat simtomatik berbagai penyakit alergi. Penentuan kadar Loratadine dalam plasma darah manusia merupakan salah satu metode untuk mengetahui keefektifan penggunaan obat tersebut. Oleh karena itu penting untuk mencari suatu metode analisis yang cocok pada penentuan kadar Loratadine dalam plasma darah. Salah satu metode analisis yang dapat dilakukan adalah dengan kromatografi gas-spektroskopi massa. Dalam penelitian mi, analisis kuantitatif Loratadine dari plasma darah dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap awal dilakukan ekstraksi dengan menggunakan 1,5% isobutil alkohol dalam toluena. Terhadap ekstraktan mi dilakukan pengekstrakan kembali dengan menggunakan heksana yang telah dijenuhkan dengan asetonitril. Kadar Loratadine diukur dengan alat kromatografi gas-spektroskopi massa. Metode yang dikembangkan kemudian diaplikasikan untuk mengukur kadar Loratadine dalam plasma darah sukarelawan (in-vivo). Dari penelitian diperoleh hasil sebagai benikut: internal standar yang baik dipakai adalah Diazepam. Batas pengukuran analisis kuantitatif Loratadine dengan kromatografi spektroskopi massa adalah 5 ng/ml plasma. Kadar maksimum Loratadine dalam plasma sukarelawan adalah sebesar 78,9328 ng/ml plasma dan kadar minimumnya adalah 7,7067 ng/mL plasma, yang masing-masing didapat pada saat 3 jam dan 0,25 jam setelah sukarelawan dibenikan obat Loratadine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Aprilina
"Metamfetamin merupakan jenis obat terlarang yang sering disalahgunakan oleh masyarakat. Dalam proses penanganan penyalahgunaan obat-obatan terlarang diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif serta valid. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi kondisi analisis dan validasi untuk analisis metamfetamin dalam rambut. Sistem kromatografi terdiri dari kolom DB-5-MS (30 m x 0,25 mm, 0,25 μm) dengan fase gerak berupa gas helium. Sebagai baku dalam digunakan efedrin hidroklorida. Program suhu yang terpilih yaitu pada zona 1 diawali dari suhu 50oC ditahan selama 1 menit kemudian dinaikkan suhunya menjadi 150oC ditahan selama 5 menit dengan kenaikan suhu 20oC/menit, kemudian dinaikkan suhunya menjadi 250oC dan ditahan selama 2 menit dengan kenaikan suhu 30oC/menit, suhu injektor 250oC. dan laju alir 1,2 mL/menit. Pada validasi dalam rambut, diperoleh nilai LLOQ 0,5 μg/mL. Metode ini juga memenuhi kriteria akurasi dan presisi intra hari dan antar hari selama 5 hari dengan nilai %diff yang tidak melampaui +15%.

Methamphetamine is a type of drug that is often abused by people. In the process of handling the abuse of illicit drugs, a sensitive, selective and valid method is required.In this study, optimization of analytical conditions and validation for the analysis of methamphetamine in hair was conducted. Chromatography was performed on a DB-5MS column (30 m x 0,25 mm, 0,25 μm) with helium as mobile phase. Ephedrine hydrochloride was used as internal standard. Temperature programme selected for zone 1 begins from 50oC and held for 1 min then raised to 150oC temperature was held for 5 min with 20oC/minute temperature rise, then raised the temperature to 250oC and held for 2 minute with a temperature rise 30oC/minute; the injector temperature was 250oC, and a flow rate of 1.2 mL / minute. In hair validation the lower limit of quantification was 0.5 μg/mL. The method also fulfill the criteria for accuracy and precision intra and inter day for 5 days by %diff values that does not exceed + 15%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avisha Nurfitriana Daniati
"Amfetamin atau di Indonesia banyak dikenal sebagai zat yang menjadi bahan campuran shabu ini masuk ke dalam kelas substansi sintetis yang bekerja pada susunan saraf pusat SSP . Amfetamin memiliki efek psikologikal yang luas sehingga biasa digunakan sebagai pengobatan terapi. Oleh karena efek menyenangkan dan menyebabkan tidak mengantuk, sehingga amfetamin sering disalahgunakan. Pembuktian penyalahgunaan ini memerlukan analisis amfetamin dalam matriks biologis. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis amfetamin dalam dried blood spot DBS menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa KG-SM yang optimum dan tervalidasi. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa dengan Kolom Kapiler DB-5 MS 30 m x 0,25 mm; 0,25 mm ; fase gerak gas Helium; laju alir 0,8 mL/menit; deteksi massa pada nilai 44,00 dan 91,00 untuk amfetamin serta 58,00 dan 77,00 untuk efedrin HCl sebagai baku dalam. Preparasi sampel yang optimum adalah dengan menotolkan 20 mL darah utuh yang telah ditambahkan analit 100 ng/mL pada kertas DBS dan dikeringkan selama 3 jam. Sampel diekstraksi menggunakan metanol 500 mL dan disonikasi selama 20 menit, bagian larutan metanol dipindahkan ke dalam vial yang ditambahkan 10 mL 0,25 HCl dalam metanol dan diuapkan dibawah aliran gas nitrogen. Residu direkonstitusi dengan etil asetat sebanyak 50 mL. Hasil validasi terhadap metode analisis amfetamin yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi berdasarkan EMEA Bioanalytical Method Validation Guidelinetahun 2011. Metode yang diperoleh linear pada rentang konsentrasi 4,00 ndash; 60,00 ng/mL dengan r > 0,999.

Amphetamine or in Indonesia known as a compound of shabu is a synthetic substance that work on the central nervous system CNS . Amphetamines have extensive physchological effects so commonly used as therapeutic treatments. Because the effects of amphetamine are euphoria and alertness, so amphetamines are often misused. This proof of abuse requires the analysis of amphetamine in biological matrix. Thus, this study aim to obtain the method of amphetamine analysis in dried blood spots using an optimum and validated gas chromatography mass spectrometry GC MS . Separation was performed by Gas Chromatography Mass Spectrometry with DB 5 MS Capillary Column 30 m x 0.25 mm 0.25 m Helium as a gas phase 0.8 mL min flow rate mass detection at values of m z 44.00 and 91.00 for amphetamines and m z 58.00 and 77.00 for ephedrine HCl as an internal standard. Optimized sample preparation was performed by 20 mL of blood were pipetted onto the center of DBS cards, then dried for 3 hours. the extraction was performed by adding 500 mL of methanol and then the sample was sonicated for 20 minutes, the methanolic solution was transferred into the vial containing 10 mL of 0,25 HCl in methanol and evaporated under a gentle stream of nitrogen, then the residue was reconstituted with 50 mL of ethyl acetate solution. The validation result of amphetamine analysis method fulfilled the validation requirement based on EMEA Bioanalytical Method Validation Guideline of 2011. The obtained method of linear in the concentration range 4.00 ndash 60.00 ng mL with r 0.999. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>