Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth
"Hidrogel adalah salah satu jenis polimer yang dapat menyerap dan menyimpan air di dalam tubuhnya dalam jumlah besar. Salah satu parameter kinerja hidrogel adalah swelling ratio. Swelling ratio dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti morfologi hidrogel dan sifat bahan penyusun dari hidrogel. Pada penelitian ini diuji 2 sumber selulosa yaitu nata de coco dan eceng gondok. Selulosa keduanya diisolasi dan dijadikan bubuk. Selulosa dari kedua sumber diturunkan menjadi selulosa karboksimetil. Selulosa karboksimetil dijadikan hidrogel dengan menggunakan agen pengikat silang berupa asam sitrat dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu 10, 15, dan 20 w/w CMC. Setiap hidrogel yang terbentuk akan diuji rasio pembengkakkan pada jam ke-1, 2, 3 dan 24. Hasil uji FTIR menunjukan bahwa baik selulosa, CMC maupun hidrogel sudah tebentuk dengan baik. Hasil uji swelling menunjukkan bahwa pada konsentrasi 10 dan 15 hidrogel yang terbentuk tidak stabil atau memiliki fraksi gel yang rendah, namun rasio pembengkakkan yang tinggi. Sedangkan untuk konsentrasi asam sitrat 20, hidrogel stabil dan hidrogel nata de coco memiliki swelling ratio yang tertinggi mencapai 2291. Untuk hybrid CMC nata de coco dan CMC eceng gondok 50:50 pada konsentrasi 20 terbentuk hidrogel dengan fraksi gel yang tinggi dengan swelling ratio dibawah hidrogel dari CMC yang bukan campuran yaitu sebesar 1171.

Hydrogel is one type of polimers that is able to absorp and retain water in huge amount in its body. A parameter of performance of hydrogel is swelling ratio In this research we use water hyacinth and nata de coco. Cellulose that contains in both material is being isolated until powdered cellulose is being achieved. Both type of cellulose is then being converted into CMC. Carboxymethylcellulose was converted into hydrogel using citric acid as crosslinker in aqueous solution. Concentration of citric acid has been variated into 3 variations, 10, 15, 20 w w CMC. For each hydrogel formed, it has been assesed in term of performance, existence of functional group and morphology. Swelling ratio assessment was conducted per hour, which is swelling ratio at 1st, 2nd, 3rd and twenty 24th hour. The result of FTIR showed that cellulose, CMC and hydrogel was succeeded to be formed. Swelling ratio assessment showed that at concentration of 10 and 15 the hydrogel gives huge swelling ratio but very poor in term gel fraction and stability. At concentration of 20 hydrogel found stable and had selling ratio of 2291 for nata de coco and 1862 for waterhyacinth. Finally for hybrid hydrogel at concentration of 20 citric acid and ratio of mixing between CMC nata de coco and CMC water hyacinth of 50 50, hydrogel formed shows good gel fraction but with decreasing swelling ratio which was 1171. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Bayu Trisnandi
"Bahan tablet baru yang berasal dari selulosa, yang selanjutnya disebut UNICELL, telah dikembangkan dengan memperlakukan serbuk selulosa bakteri dengan larutan natrium hidroksida 2% yang kemudian dihidolisis dengan larutan asam hidroklorida 2,5 N pada suhu didih selama 10 - 15 menit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan sifat serbuk dan sifat tablet dari UNICELL dengan Avicel® PH102. Sebagai model bahan obat digunakan parasetamol. UNICELL memiliki struktur yang mirip Avicel® PH102 yang menunjukkan bentuk polimorf dari selulosa I. UNICELL yang dihasilkan terdiri atas serat-serat teragregasi. Derajat kristalinitas (OK) dari UNICELL yang di ukur menggunakan metode x-ray difraktometer adalah 75,00% hingga 76,82%. Avicel® PH1 02, sebagai perbandingan juga menunjukkan struktur teragregasi dengan OK 60,00%. Dibandingkan Avicel® PH102, UNICELL menunjukkan nilai berat jenis bulk, berat jenis mampat, indeks Carr dan rasio Hausner yang lebih besar. Sifat dari tablet parasetamol yang menggunakan UNICELL dibandingkan dengan tablet parasetamol yang menggunakan Avicel® PH102 mirip pada konsentrasi yang sama kecuali untuk waktu hancur dari tablet. Waktu hancur tablet parasetamol menggunakan UNICELL lebih cepat dibandingkan waktu hancur tablet parasetamol yang menggunakan Avicel® PH102 dengan konsentrasi yang sarna. Nilai kekerasan tablet parasetamol dan laju pelarutan parasetamol dari tablet menggunakan UNICELL cenderung menurun dengan menurunnya konsentrasi UNICELL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UNICELL dapat digunakan sebagai pengganti Avicel® PH102 pada tablet parasetamol cetak langsung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S32362
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sundari Attamimi
"Penelitian telah dilakukan untuk memperoleh strain khamir penghasil mikosin yang dapat membunuh isolat-isolat khamir kontaminan santan dan produk nata de coco. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA-UI, Depok dari Desember 2006 - Mei 2007.
Khamir-khamir yang digunakan adalah 18 strain khamir UICC dan 11 isolat khamir kontaminan santan dan produk nata de coco. Penapisan aktivitas mikosin menggunakan metode gores pada Killer Medium Agar (KMA) dengan pH 4,4 dan mengandung metilen biru. Hasil penapisan menunjukkan bahwa 18 strain khamir positif menghasilkan mikosin terhadap 11 isolat khamir kontaminan santan dan produk nata de coco. Pengujian aktivitas mikosin secara semi kuantitatif menggunakan metode sumur dan jumlah sel khamir penghasil mikosin yang digunakan adalah 1,2x108 sel/ml sedangkan jumlah sel khamir kontaminan adalah 3x107 sel/ml.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebanyak 14 strain khamir positif menghasilkan mikosin terhadap tiga isolat khamir kontaminan dari santan. Dua belas strain memiliki aktivitas mikosin dengan spektrum luas sedangkan dua strain memiliki aktivitas mikosin dengan spektrum sempit. Candida rancensis C. Ramirez & A.E. Gonzales UICC Y-326 dan Rhodotorula sp. F.C. Harrison UICC Y-332 menghasilkan mikosin yang paling banyak membunuh isolat-isolat khamir kontaminan dari santan dibandingkan dengan 12 strain khamir mikosinogenik lainnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S31457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nabila Anindita
"Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan komposit semikonduktor dengan menggunakan matriks akrilik yang ditambahkan dengan dua jenis filler yakni ZnO dan serat nata de coco. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan material komposit semikonduktor yang memiliki kekuatan mekanik, serta ketahanan termal yang baik. Metode yang digunakan adalah polimerisasi in situ dimana filler dan monomer matriks yang berupa resin dicampurkan kemudian ditambahkan katalis sebanyak 1% berat resin untuk mempercepat polimerisasi sehingga didapat komposit dengan filler yang terdistribusi di dalam polimer akrilik setelah didiamkan selama 12 jam. Komposit ini kemudian diukur modulus elastisitas, suhu transisi gelas, serta konduktivitas listriknya. Penambahan filler nata de coco mampu meningkatkan modulus elastisitas dan suhu transisi gelas dari akrilik. Modulus elastisitas serta suhu transisi gelas tertinggi dicapai oleh komposit akrilik/nata de coco dengan persen volume sebesar 30% yakni 2,68 GPa dan 199,47oC.
Secara umum penambahan filler ZnO dan nata de coco meningkatkan konduktivitas dari komposit. Komposit yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai material semikonduktor karena berada pada rentang konduktivitas 10-8-103 S/cm. Komposit dengan sifat semikonduktor yang paling baik adalah komposit akrilik/ZnO dengan persen volume ZnO sebesar 30% dengan konduktivitas sebesar 2,7 x 10-7 S/cm. Komposit dengan kombinasi filler ZnO sebesar 20% dan nata de coco 10% volume memberikan modulus elastisitas serta suhu transisi gelas yang lebih tinggi dari komposit akrilik/ZnO yakni mencapai 1,79 GPa dan 175,73oC. Sementara konduktivitas dari komposit tersebut lebih tinggi dari konduktivitas akrilik/nata de coco yakni mencapai 1,9 x 10-7 S/cm.

Synthesis of semiconductor composite using acrylic matrix filled with ZnO and nata de coco fiber has been conducted in this research. The purpose of this research is to obtain semiconductor composite material that have a good mechanical strength and thermal resistance. In situ polymerization method is used in this research where fillers and matrix monomer are mixed and then 1%wt of catalyst is added into the mixture to make it polymerizes faster. After 12 hours, the composite with acrylic matrix and filler is ready to be characterized. Three parameters are characterized in this research such as elastic modulus, glass transition temperature, and electric conductivity of the composite. The addition of nata de coco filler can increase the elastic modulus and glass transition temperature of the acrylic. The highest elastic modulus and glass transition temperature is obtained from acrylic/nata de coco composite with 30% filler volume percentage that reach 2,68 GPa and 199,47oC.
In general the addition of ZnO and nata de coco filler can increase the conductivity of the composite. The composites that has been made in this research can be classified as semiconductor material because the conductivity is in the range of 10-8-103 S/cm. Composite that has a high semiconductor characteristic is obtained from acrylic/ZnO composite with 30% filler volume percentage that reach 2,7 x 10-7 S/cm. The composite with 20% volume of ZnO filler and 10% volume of nata de coco gives a higher elastic modulus and glass transition temperature than those in acrylic/ZnO composite that reach 1,79 GPa and 175,73oC. In addition, the conductivity of this composite is 1,9 x 10-7 S/cm which is higher than the conductivity of acrylic/nata de coco composite.;
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdani
"Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum yang dapat mengubah glukosa menjadi selulosa. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku air kelapa, limbah cair tahu, limbah industri nanas dan limbah kulit pisang. Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa sedangkan nata de banana adalah nata yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari buah pisang dalam hal ini ekstrak kulit pisang. Nata de coco dibuat dari air kelapa murni dengan penambahan gula pasir sebanyak 8 %, pupuk ZA sebanyak 0.8 % dan penambahan acetobacter xylinum sebagai starter sebanyak 5 % dari total campuran serta kondisi pH campuran harus sekitar 4-5 pada kondisi anaerob. Pengkondisiaan pH dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat glasial. Nata de banana dibuat dengan perbandingan (ekstrak kulit pisang dengan air) 1:1; 1:2; 1:3 dengan persentase penambahan glukosa (gula pasir), pupuk ZA serta acetobacter xylinum sama seperti pembuatan nata de coco. Pisang Yang dipakai pada penelitian ini adalah pisang ambon dengan kondisi kulit yang tidak busuk. Untuk nata de coco diketahui kandungan serat kasar sebesar 1.53 %, kandungan air sebesar 98.47 % dengan ketebalan nata 2.4 cm. Sedangkan untuk nata de banana diketahui kandungan serat kasar sebesar 2.23 %, kandungan air sebesar 97.76 % dengan ketebalan nata 1.1 cm. Warna yang dihasilkan nata de coco lebih cerah dan putih dibandingkan nata de banana yang berwarna kekuningan. Nata de coco memiliki kesamaan rasa dengan nata de banana hanya nata de coco lebih kenyal dibandingkan nata de banana."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bobby Rachmat Arisandy
"Sari buah kelapa atau dikenal sebagai selulosa bakteri merupakan nama lain dari nata de coco. Selulosa bakteri sama seperti selulosa tanaman dengan catatan bahwa selulosa bakteri tidak mengandung bahan lignin, pektin dan hemiselulosa. Mengingat bahwa nata de coco akan digunakan sebagai wadah makanan sekali pakai maka lembaran nata de coco tersebut ditekan panas dengan suhu 120_C menjadi lembaran kering. Lembaran kering menjadi komposit serat nata de coco setelah dilapisi resin Vinil asetat (VL-2 dan EVA L-520) dengan metoda Hand lay up. Selanjutnya sebelum dan sesudah menjadi komposit dilakukan uji sifat mekanis (kuat tarik/ASTM-D638), sifat fisik (uji hidrofilik Contact Angle), morfologi (SEM 500-10000x), dan uji ketahanan air (variasi suhu 30,40,50,60,70,80,90,dan 100_C selama 30 menit).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi serat (uji SEM) dalam satu lembaran kering serat nata de coco tidak merata sehingga memiliki nilai kuat tarik yang berbeda-beda, nilai kuat tarik terbesar adalah sebesar 151.036 Mpa (non resin), 37.141 Mpa (komposit VL-2), dan 24.482 Mpa (komposit EVA L-520). Penambahan resin Vinil asetat dapat meningkatkan sifat hidrofobisitas selama 8 menit dari lembaran kering serat nata de coco dengan nilai sudut kontak terbesar sekitar 62_. Suhu maksimum wadah makanan komposit serat nata de coco yaitu sebaiknya lebih rendah dari suhu 50 _C.
Coconut juice is known as bacterial cellulose is another name of nata de coco. Bacterial cellulose same with cellulose plants with a note that the bacterial cellulose do not contain lignin, pectin and Hemicellulose. Because of nata de coco will be used as disposable food packaging so sheets of nata de coco are hot pressed at a temperature of 120_C into sheets dry. Dried sheets into nata de coco fibrous composite after Vinyl acetate resin coated (VL-2 and EVA L-520) with Hand lay-up method. Next before and after a composite conducted the mechanical testing (Tensile strength/ASTM-D638), the physical properties (hydrophilic test Contact Angle), morphology (SEM 500-10000x), and test the water resistance (temperature variation 30,40,50,60,70,80,90, and 100_C for 30 minutes).
The results showed that the distribution of fiber (test SEM) in a single sheet of dry fiber nata de coco is uneven, so have the tensile strength values are different, the largest tensile strength values amounted to 151,036 Mpa (non-resin), 37,141 Mpa (VL-2 composite ), and 24,482 Mpa (EVA composite L-520). Vinyl acetate resin additions can enhance hidrofobisitas for 8 minutes of the dry sheet nata de coco fiber with the largest value of the contact angle of about 62_. The maximum temperature of the composite food containers nata de coco fiber that is should be lower than the temperature of 50 _C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sealtial Mau
"Penggunaan energi yang effisien menjadi tantangan dunia saat ini untuk terus ditingkatkan. Berbagai metode terus dikembangkan oleh para peneliti dan ilmuan untuk mencapai apa yang diharapkan. Dalam sistem perpipaan, energi dibutuhkan untuk dapat menggerakkan fluida yang akan dialirkan. Ilmu mekanika fluida berperan penting untuk dapat mengkarakteristik  fluida saat mengalir. Secara umum fluida dibagi menjadi dua kelompok yaitu fluida Newtonian dan non-Newtonian.  Fluida dapat dapat mengalir dengan effisien dalam sistem perpipaan ketika hambatan dapat diatasi. Kerugian energi yang dibutuhkan untuk memindahkan fluida disebut kerugian jatuh tekanan. Singkatnya, sumber energi pompa untuk sistem perpipaan sebanding dengan hambatan dan fluida yang dialirkan. Pengurangan hambatan dapat dilakukan melalui kontrol aliran yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kontrol aktif dan kontrol pasif. Kontrol aktif diaplikasikan dengan cara menambahkan zat aditif sedangkan kontrol pasif dengan memberi perlakuan melalui geometri saluran perpipaan. Dalam penelitian ini kontrol aktif dan kontrol pasif diaplikasikan. Aplikasi kontrol aktif dengan menambahkan aditif serat nata de coco ke dalam fluida dasar air dan kontrol pasif dengan menggunakan pipa spiral 3-lobe untuk mengalirkan lumpur. Aplikasi serat nata de coco sebagai aditif untuk dapat mereduksi hambatandrag pada buffer region. Konsentrasi yang digunakan ialah 25 ppm, 50 ppm dan 100 ppm yang dialirkan pada rangkaian uji pipa horizontal dengan pengukuran nilai pressure drop pada jarak 1000 mm. Selain itu, aplikasi pipa spiral 3-lobe untuk mengatasi pengendapan aliran lumpur melalui kecepatan tangensial yang dihasilkan oleh geometri pipa spiral itu sendiri. Fluida kerja lumpur yang digunakan dalam penelitian ini divariasikan dalam beberapa konsentrasi yakni Cw 20%, 30% dan 40%. Fluida kerja yang dialirkan melalui sistem perpipaan disetup secara horizontal serta pengukuran 'pressure drop' melalui dua titik dengan jarak 1550 mm. Untuk pengujian debit pada dua metode ini digunakan untuk menghitung bilangan Reynolds. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa aplikasi serat 'nata de coco' pada pipa dapat meningkatkan pengurangan hambatan 'drag' melalui mereduksi 'drag' yang terjadi pada 'buffer layer'. Selain itu, aplikasi pipa spiral untuk mengalirkan lumpur terbukti menurunkan kecepatan kritis pada aliran jika dibandingkan dengan pipa bulat.

The efficient use of energy is a challenge for the world today to increase continuously. Various methods continue to be developed by researchers and scientists to increase the expected. In the piping system, the energy needed to flow the fluid. Fluid mechanics plays an important role in being able to characterize fluid flow. In general, fluids divided into two groups, namely Newtonian and non-Newtonian fluids. Working fluid will be flow efficiently in the piping system when obstacles can be overcome. Energy losses needed to flow the fluid is called the pressure drop. In brief, the energy source of the pump for the piping system is proportional to the obstacles and the streamed fluid. To reduce the obstacles, flow control is used and divided into two groups namely active control and passive control. Active control is applied by adding additives while passive control by treats or change the geometry of the pipeline channel. In this study, active control and passive control applied. Active control by adding nata de coco fiber additive becomes based fluid and passive control by using a 3-lobe spiral pipe to flow the slurry. The application of nata de coco fiber as an additive can reduce drag resistance in the buffer region. The concentrations used are 25 ppm, 50 ppm, and 100 ppm, which are flowed in the horizontal test pipe circuit by measuring the pressure drop at a distance of 1000 mm. In addition, the 3-lobe spiral pipe application to overcome the particle deposition in mudflow through tangential velocity generated by the geometry of the spiral pipe. The working fluid used in this study varied in several concentrations namely Cw 20%, 30%, and 40%. The working fluid that flowed through the piping system set up horizontally and the measurement of pressure drop through two points with a distance of 1550 mm. The mass flow rate testing on both methods used to calculate Reynolds numbers. From the calculation results, it is known that the application of nata de coco fiber in pipes can increase the drag reduction by reducing the drag that occurs at the buffer region. Also, the application of 3-lobes spiral pipe to flow the slurry has been shown to reduce the critical velocity inflow when compared to circular pipes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
D2697
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Novrizal Wibowo
"Penambahan larutan aditif pada aliran di dalam pipa dapat mengurangi hambatan gesek. Pada penelitian ini fluida yang dicampur dengan Nata de Coco dialirkan dalam pipa bulat D=3mm dan pipa spiral segi lima P/Di=10.8 mm. Perbedaan tekanan yang terjadi pada fluida kerja dapat dilihat dari kedua pressure tap yang dipasang di pipa dengan jarak 900 mm. Perubahan friction factor diprediksi akan berpengaruh terhadap pengurangan hambatan. Serat ini akan berpengaruh terhadap pengurangan hambatan baik di pipa bulat maupun pipa spiral segi lima.
Dalam penelitian ini juga dilihat hubungan antara mekanisme pengurangan hambatan dengan degradasi dari fluida kerja. Berdasarkan data yang didapat dari penelitian ini Nata de Coco dengan konsentrasi 60 ppm yang dialirkan pada pipa spiral segi lima Pi/D=10.8 dapat menghasilkan drag reduction sebesar 26.27%. Nata de Coco juga dapat tahan terhadap degradasi, setelah dialirkan selama 6 jam drag reduction hanya berkurang sebesar 2.86%.

Addition of additive solutions to the flow in the pipe can reduce friction loss. In this study the fluids mixed with Nata de Coco flowed in round pipe D = 3mm and pentagon spiral pipe P / Di = 10.8 mm. The difference in pressure that occurs in the working fluids can be seen from both pressure taps installed in the pipe with a distance of 900 mm. Changes in friction factors are predicted to have an effect on drag reduction. This biopolymer will affect the drag reduction both pentagon spiral pipes and round pipes. This biopolymer will affect drag reduction in both pentagon spiral pipes and round pipes.
In this study also seen the relationship between drag reduction and degradation of fluids. Based on the data obtained from this study, the Nata de Coco with a concentration of 60 ppm flowed in the pentagon spiral pipe Pi/D = 10.8 can produce 26.27% drag reduction. Nata de Coco also resistant to degradation, after being flowed for 6 hours drag reduction only decreased by 2.86%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>