Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83209 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Khaeruni Prihapsari
"
ABSTRAK
Nonil alkohol atau nonanol merupakan suatu zat sintetik golongan alkohol yang dapat digunakan sebagai pengharum. Nonil alkohol memiliki aroma yang menyerupai minyak jemk, maka di dalam perdagangan sering digunakan sebagai pengganti minyak jeruk.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari cara penyiapan sampel dan metode analisis kromatografi gas dengan parameter temperatur kolom dan kecepatan aliran gas pembawa yang optimum serta pemilihan baku dalam. Hasil yang diperoleh diterapkan pada analisis dua sampel sampo bentuk larutan. Kolom yang digunakan adalah kolom baja tahan karat yang berisi fase diam PEG-20M 10% dalam Kromosorb WAW 60/80 mesh dengan panjang kolom 2 m dan digunakan nitrogen sebagai gas pembawa.
Penyiapan sampel dan uji perolehan kembali (96,69% + 0,26%) terhadap nonil alkohol standar dilakukan dengan cara penyarian menggunakan dietil eter. Hasil optimum metode kromatografi gas adalah temperatur kolom awal 130°C yang dipertahankan selama 5 menit kemudian diubah menjadi 140°C selama 5 menit dengan kenaikan 2°C setiap menit, temperatur detektor ionisasi nyala 280°C dan temperatur ruang suntik 250°C. Atenuasi rekorder 5 dan sensitivitas detektor 10^. Kecepatan aliran nitrogen sebagai gas pembawa adalah 40 ml/menit dan sebagai baku dalam digunakan kamfer. Kedua sampel sampo bentuk larutan yang diperiksa dengan metode kromatografi gas mengandung nonil alkohol dengan kadar 0,19%b/v ± 0,005%b/v dan 0,14%b/v ± 0,005%b/v.
"
1997
S32098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratih
Universitas Indonesia, 1997
S32213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S32318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Rochima
Universitas Indonesia, 1997
S32099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Hasan
"Gliserol monostearat dan setil alkohol merupakan dua dari sekian banyak komponen basis krim. Kedua komponen ini mempengaruhi nilai efikasi, konsistensi dan stabilitas krim. Senyawa-senyawa tersebut tidak memiliki gugus kromofor dan berfungsi sebagai basis krim bersama komponen lainnya sehingga metode yang mungkin digunakan adalah kromatografi. Pada penelitian-penelitian sebelumnya , gliserol monostearat dan setil alkohol dapat dianalisis dengan metode kromatografi gas (KG), KCKT atau KLT. Analisis dengan kromatografi gas dari gliserol monostearat dan setil alkohol memerlukan instrumentasi yang berbeda-beda yang meliputi suhu, kolom, gas pembawa, detektor dan injektor. Oleh sebab itu diperlukan suatu metode yang dapat menetapkan kadar senyawa-senyawa tersebut dengan kromatografi gas secara serempak. Kadar gliserol monostearat dan setil alkohol perlu diketahui untuk mengetahui komposisinya dalam formula. Kondisi KG yang digunakan untuk penetapan kadar gliserol monostearat dan setil alkohol adalah suhu terprogram dengan suhu awal kolom 170oC, kenaikan suhu 2oC/menit sampai 220oC suhu dipertahankan selama 5 menit, menggunakan helium sebagai gas pembawa dengan laju alir 1,2 mL/menit. Metode ini linier dengan koefisien korelasi 0,9993 untuk gliserol monotearat dan 0,9994 untuk setil alkohol,dengan rentang 8040-18090 ppm. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) gliserol monostearat adalah 479,519 ppm dan 1598,398 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,10-1,39%. Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) setil alkohol adalah 426,244 ppm dan 1420,795 ppm dan memiliki koefisien variasi (KV) 1,09-1,79%. Penetapan metode ini pada sampel sunblock menunjukkan bahwa sampel mengandung gliserol monostearat dan setil alkohol. Kadar gliserol monostearat pada sampel (3,19 ± 0,02)%, kadar setil alkohol pada sampel (3,71 ± 0,07)%.

Glycerol monostearate and cetyl alcohol are two of the many component of the base cream. Both of these components affect the value of efficacy, consistency and stability of the cream. This compound has no chromophore and used as a cream base with other components therefore the method can be used is chromatography. A previous studies, glycerol monostearat and cetyl alcohol can be analyzed by gas chromatography (GC), HPLC or TLC. Analysis of glycerol monosterate and cetyl alcohol with gas chromatography require different instrumentation, including temperature, column, carrier gas, detector and injector. Therefore we need a method that can determine the level of compounds by gas chromatography simultaneously. Glycerol monostearat and cetyl alcohol concentration need to know to make the cream to resemble the desired cream and the same quality. GC condition for glycerol monostearate and cetyl alcohol determination used temperature programmed with an initial temperature 0f 170oC column, the temperature rise of 2oC/min to 220oC, using helium as the carrier gas flow rate of 1,2 mL/min. this method was linier with correlation coefficient of 0,9993 for glycerol monostearate and 0,9994 for cetyl alcohol, within the concentration range of 8040-18090 ppm. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) glycerol monostearate was 479,519 ppm and 1598,398 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,10-1,39%. The limit of detection (LOD) and limit of quantitation (LOQ) cetyl alcohol was 426,244 ppm and 1420,795 ppm and has a coefficient of variation (CV) from 1,09-1,79%. Application of this method on sample showed that the samples contain glycerol monostearat and cetyl alcohol. Glycerol monostearat concentration in the sample (3.19 ± 0.02)%, cetyl alcohol concentration in the sample (3.71 ± 0.07)%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33188
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bachtiar
"Peranan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol dalam penerimaan negara ternyata cukup penting. Hal ini terlihat dari sejarah kebijakan cukai di Indonesia yang sudah ada semenjak zaman kolonial Belanda. Pada zaman kolonial Belanda Cukai etil alkohol diatur dalam Ordonantie Cukai Alkohol Sulingan Stbl. I895 No. 90 dan 92, Kebijakan ini akhirnya tetap berlaku setelah Indonesia merdeka, sampai akhirnya lahir UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, yang didalamnya juga diatur secara lebih baik tentang cukai etil alkohol tersebut.
Permasalahannya adalah walaupun jumlah penerimaan negara dari cukai etil alkohol ini tidak sebesar kontribusi yang diberikan oleh cukai tembakau, namun peningkatan penerimaannya cukup tinggi, hanya saja diakui bahwa peningkatan penerimaan itu belum bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
Pertanyaan yang muncul adalah sebagaimana sebenarnya proses implementasi kebijakan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol dapat dilakukan dan seberapa besar kontribusinya pada peningkatan penerimaan negara.
Secara teoritis pencapaian target penerimaan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol bisa dilakukan apabila implementasi kebijakan cukai etil alkohol dan minuman yang mengandung etil alkohol tersebut bisa berjalan dengan baik. Namun berdasarkan penelitian ini terbukti bahwa proses implementasi kebijakan tersebut belum bisa berlangsung secara baik. Hal ini terbukti dari beberapa kendala yang ditemui seperti proses komunikasi, sumber daya yang kurang, sikap aparat yang masih belum terlalu positif dan struktur birokrasi yang dipandang belum terlalu mendukung.
Berdasarkan hal tersebut maka beberapa langkah positif dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dan cukai etil alkohol tersebut seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia yang secara langsung berhubungan dengan implementasi kebijakan pada level operasional. Kemudian juga sangat perlu diperhatikan persoalan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas dilapangan. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bentuk birokrasi yang tidak terlalu tersentralisir sehingga dengan demikian tingkat fleksibilitas pelaksanaan tugas akan menjadi tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia merupakan salah satu negara penghasil fatty alkohol terbesar di
dunia. Produksi fatty alkohol di Indonesia mencapai 90.000 ton per tahunnya.
Namun fatty alkohol ini kebanyakan langsung di jual ke pasaran, padahal fatty
alkohol merupakan senyawa intermediet yang jarang sekali digunakan langsung.
Untuk itu perlu diusahakan untuk mengolah fatty alkohol tersebut menjadi senyawa
lain yang lebih bernilai ekonomis.
Salah satu senyawa turunan fatty alkohol adalah fatty alkohol etoksilat
(FAE) yang merupakan senyawa turunan yang paling ekonomis. FAE adalah
senyawa hasil etoksilasi antara etilen oksida dengan fatty alkohol. FAE banyak
digunakan sebagai surfaktan dalam produk-produk pembersih atau perawatan
kecantikan. Pada skripsi ini akan dirancang pabrik FAE dengan kapasitas 30.000 ton
per tahun.
Proses yang digunakan adalah etoksilasi dengan kolom gelembung yang
berjalan secara batch. Proses ini terdiri dari tiga tahap yaitu tahap penanganan
awal, tahap reaksi dan tahap pananganan akhir. Efisiensi karbon dari proses ini
adalah 94 % dengan efisiensi energi sebesar 76 %.
Reaktor yang digunakan dalam proses adalah reaktor kolom gelembung
dengan sparger berbentuk piringan berpori dengan diameter 0,00254 in. yang akan
mengeluarkan gelembung dengan diameter 1,665 in. Reaktor ini memiliki bejana
dengan ketebalan 9/16 in. dan dilengkapi dengan lorispherical head berketebalan 3/4
in. Reaktor akan ditopang oleh skirt berketinggian 10 ft. dengan tebal 1/4 in. dibantu
dengan 24 buah baut berukurab 2 1/2 in. yang akan dipasang dengan bantuan
dudukan luar dan bearing plate setebal 1 1/2 in.
Berdasarkan perhitungan ekonomi, pabrik yang dirancang berkapasitas
30.000 ton/tahun dengan modal investasi sebesar US$ 12.332.038,75 dan biaya
produksi per tahun sebesar 40.287.302,07. Pabrik ini juga memiliki nilai NPV
sebesar US$ 18.878.354,24, tingkat pengembalian sebesar 34,79 % dan waktu
kembali modal sekitar tahun 3,20 tahun."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Yance Dapot Panangian
"Fatty alkohol ethoxylate (FAB) mempakan senyawa etoksilat alkohol yang berasal dari Iemak (fat). FAE termasuk salah satu senyawa surfaktan non-ionile FAB banyak digunakan oleh industri surfaktan di Indonesia terutama pada proses produksi household surfactan. Konsumsi FAE mencapai 63,5% dari total jumlah bahan oleokimia yang digunakan oleh industri household surfactan.
Melihat besarnya peran FAE dalam industri surfaktan, sangatlah disayangkan bahwa pada kenyataannya selama ini hanya ada satu pabrik yang memproduksi FAB di Indonesia. Bahkan, pabrik ini, yang dimiliki oleh GT Petrochem, baru mulai beroperasi tahun 1999. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk membangun sebuah pabrik FAE di Indonesia.
Setelah dilakukan analisis pasar, diketahui bahwa kapasitas yang paling menjanjikan bagi pembangunan pabrik FAE yang baru di Indonesia ialah sebesar 29700 ton/tahun. Lokasi yang dipilih untuk pabrik ini ialah di Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) yang terletak di Cilegon, Propinsi Banten.
Proses yang paling dipilih untuk memproduksi FAE ialah proses batch yang diadaptasi dari proses yang telah dikembangkan oleh Kvaerner, Iisensor dari Swiss.
Besarnya investasi yang diperlukan untuk mendirikan pabrik FAE ini ialah 12 juta dollar (US$415,22/ton). Untuk setiap ton produk FAB yang dihasilkan dibutuhkan biaya manufaktur sebesar US$1356 sementara harga produknya diasumsikan sebesar USS 1600/ton.
Berdasarkan analisis kelayakan, proyek pembangunan pabrik FAE ini dapat dikatakan layak dengan nilai net present value (NPV) sebesar 18 juta dollar, internal rare of return (IRR) 34,79%, dan waktu pengembalian investasi selama 3 tahun. Faktor paling sensitif yang dapat mempengaruhi kelayakan proses ini ialah harga jual produk dan harga bahan baku etilen oksida."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maharani Ismitania
"Skripsi ini membahas kebijakan pelekatan pita cukai pada Minuman Mengandung Etil Alkohol Buatan Dalam Negeri. Penelitian ini meneliti adanya perubahan sistem pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari pembayaran cukai ke pelekatan pita cukai, dalam pelaksanaan kebijakan tersebut menimbulkan kendala bagi pelaku usaha. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan pita cukai mempermudah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam hal mengawasi Minuman Mengandung Etil Alkohol buatan dalam negeri beredar di masyarakat karena adanya instrumen pita cukai. akan tetapi masih banyak yang harus diperbaiki seperti kendala waktu untuk pemesanan pita cukai sampai cara pelekatan pita cukai pada produk Minuman Mengandung Etil Alkohol dan dokumen cukai yang terlalu banyak yang dirasakan oleh pelaku usaha. Dari hasil penelitian tersebut, penulis memberi saran agar pihak Direktorat Jenderal Bea Cukai sebaiknya melakukan evaluasi penyempurnaan dalam hal waktu untuk pemesanan pita cukai dan perbaikan bentuk fisik pita cukai agar mudah dilekatkan.

This thesis discusses the Analysis of Policy Agglutinating Stamp Excise of Esen Drink Ethyl Alcohol in Internal Country. the research is changes System from excise payment to Agglutinate stamp excise by the Directorate Customs and Excise. This Policy raises a contra from the business in its implementation. The study was a descriptive qualitative research. The results of this study indicate that the implementation of stamp excise is easy of control ethyl alcohol beverage circulated inhabitants but there was still much to be improved as time constraints for booking bands until the excise tax stamp means agglutinating to products Ethyl Alcohol Beverage and documents that are too much. From this research, the authors give advice to the Directorate General of Customs should evaluate improvements in terms of time to order the stamp excise and repair the physical shape to be easily attached to the stamp tax."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Eva Nikita
"Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memberikan fasilitas pembebasan cukai etil alkohol untuk pencegahan dan penanggulangan Covid-19 yang dituangkan dalam SE-04/BC/2020. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas dari kebijakan serta hambatan yang terjadi selama penerapan kebijakan pembebasan cukai. Penelitian ini menggunakan paradigma post-Positivisme dengan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan wawancara mendalam terhadap narasumber terkait. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan kebijakan pembebasan cukai etil alkohol terbukti efektif untuk mencegah dan menanggulangi Covid-19 dilihat dari penilaian terhadap penerapan kebijakan yang sudah tepat kebijakan, tepat pelaksanaan, tepat target, dan tepat lingkungan. Hambatan yang muncul dari penerapan kebijakan antara lain kurangnya pemahaman pabrik pengguna terhadap mekanisme pemanfaatan fasilitas, permasalahan pengiriman BKC yang tidak memenuhi ketentuan, serta permasalahan dalam hal pemenuhan atas seluruh dokumen yang menjadi syarat untuk dapat memanfaatkan fasilitas pembebasan cukai.

The government through the Directorate General of Customs and Excise provides ethyl alcohol excise exemption facilities for the prevention and control of Covid-19 as outlined in SE-04/BC/2020. This study aims to analyze the effectiveness of the policy and the obstacles that occur during the implementation of the excise exemption policy. This study uses the paradigm of post-Positivism with data collection techniques through literature study and in-depth interviews with related sources. The results of the study concluded that the implementation of the ethyl alcohol excise exemption policy was proven to be effective in preventing and tackling Covid-19, judging from the assessment of the implementation of policies that had the right policy, right implementation, right target, and right environment. Obstacles that arise from the implementation of the policy include the lack of understanding of the user factory on the mechanism for utilizing the facility, the problem of sending excisable goods that does not meet the provisions, as well as problems in terms of fulfilling all documents that are required to be able to take advantage of the excise exemption facility."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>