Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Sitania
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S31978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Dirghantara
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S31907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Mulyaharti
"ABSTRAK
Teh adalah minuman yang sangat digemari oleh masyarakat. Teh mempunyai aroma yang wangi dan rasa yang khas. Dikatakan; bahwa penggunaan yang berlebihan, dari teh dapat mengganggu kesehatan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Jurusan Farmakologi FK-UI, menyatakan bahwa ekstrak teh hijau dapat menyebabkan. keiainan kimroskopis hati pada mencit. Untuk melihat lebih jelas efek toksik dari ekstrak. teh hijau. ini maka dilakukan penelitian lanjutan tentang pengaruh ekstrak teh hijau terhadap fungsi hati, degan meggunakan tikus sebagai hewan. percobaan. Pada penelitian ini tikus diberikan ekstrak teh hijau dengan dosis yang berbeda-beda. Kelompok pecobaan. di berikan ekstrak teh hijau setiap hari, dengan dosis 150 mg/ kg berat badan, 750 , mg/kg berat badan dan 3750 mg/kg berat badan, selama 90 hari. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pemberian ekstrak teh hijau dengan dosis rendah dan sedang tidak memengaruhi berat badan sedangkan pada dosis tinggi dapat menyebabkan penurunan berat badan. Demikian pula dengan kenaikan aktivitas SGPT dan SGOT, hanya terjadi pada pemberian ekstrak teh hijau dengan dosis tinggi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aji Sutarmaji
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S31979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Ardiana Kartika Nugraheni
"ABSTRAK
Diabetes mellitus DM adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama dan prevalensinya akhir-akhir ini meningkat secara dramatis. Teh putih merupakan jenis teh yang diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan diabetes mellitus karena penggunaan obat antidiabetes oral sintetik sampai saat ini masih menghadapi banyak kendala terkait dengan efek samping yang ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui LD50 dan tingkat keamanan ekstrak daun teh putih, serta pengaruhnya terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus. Uji toksisitas akut dilakukan pada mencit jantan dan betina galur DDY dengan dosis 1,25; 2,5; 5; dan 10 g/kg bb yang diberikan dalam dosis tunggal. Uji aktivitas antidiabetes dilakukan pada tikus Sprague Dawley jantan diabetes yang diinduksi streptozotocin-nikotinamid, melalui pemberian ekstrak daun teh putih dosis 50, 100 dan 200 mg/kg bb yang diberikan selama 14 hari. Hasil perhitungan diperoleh LD50 pada mencit jantan adalah 4,58 g/kg bb dan 2,73 g/kg bb untuk mencit betina. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun teh putih selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif P.

ABSTRACT
Diabetes mellitus DM is a major public health problem and its incidence has increased dramatically. White tea is a type of tea is expected to be used as an alternative in treatment of diabetes mellitus because of side effect of oral synthetic antidiabetic drugs. This study aims to determine LD50 and the level of safety of white tea leaf extract, and its effect on reducing blood glucose levels in diabetic rats. The acute oral toxicity study performed at dose 1,25 2,5 5 and 10 g kg bw of male and female DDY mice in single dose administration. Antidiabetic activity study of white tea extract was performed on diabetic Sprague Dawley male rats induced streptozotocin nicotinamide, at dose 50, 100 and 200 mg kg BW for 14 days. This studies showed that the oral LD50 of white tea extract is 4.58 g kg bw in male mice and 2.73 g kg bw for female mice. The administration of white tea leaves extracts for 14 days showed decreased blood glucose level significantly compared to negative control group P
"
2017
T49674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khusnurul Chotimah Bahaduri
"Penggunaan jamu asam urat yang merupakan kombinasi dari Morinda citrifolia, Syzygium polyanthum, Curcuma xanthorrhiza, Andrographis paniculata dan Thea sinensis secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama menyebabkan perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat keamanannya. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu asam urat terhadap ginjal tikus selama 90 hari. Jamu diberikan secara oral kepada 40 ekor tikus putih jantan galur Sparque-Dawley yang dibagi secara acak ke dalam empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol normal yang diberi CMC 0,5% dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing diberi jamu dosis 1800 mg/kg bb tikus, 3600 mg/kg bb tikus, 7200 mg/kg bb tikus. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri serta dibedah untuk pemeriksaan diameter glomerulus serta jarak ruang antara glomerulus dan kapsula Bowman. Hasil ANAVA satu arah (α = 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari kadar urea, kreatinin plasma serta pemeriksaan histologis ginjal antara kelompok kontrol normal dan kelompok perlakuan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan jamu asam urat selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwi Kertadjaya
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Kulit merupakan pelindung terhadap dunia luar. Bila luka tidak cepat menutup, ada kemungkinan infeksi. Tujuan utama pengobatan luka adalah penutupan luka dengan cepat dan pembentukan jaringan parut yang fungsional dan estetik. Proses penyembuhan memerlukan sel darah, mediator , matriks ekstrasel, sel parenkim yang terluka dan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu f.inflamasi, f.proliferasi dan f.remodeling.
Pada setiap perlukaan terjadi regenerasi lapisan epidermis (epidermisasi). Epidermisasi dimulai dengan proliferasi sel epitel ke arah lateral (proliferasi horisontal) dan diikuti proliferasi ke arah vertikal guna memperkuat daya lindung kulit dengan terbentuknya lapisan dengan pertautan sel-sel epitel.
Petani di Jawa Barat bagian selatan mengobati luka dengan air teh hijau dan sembuh tanpa obat lain. Teh hijau mengandung katekin (20-22% dari berat daun teh hijau). Kadar epigalokatekin galat (salah satu komponen katekin) mencapai 39% dari seluruh katekin yang ada. Epigalokatekin galat merangsang pembentukan IL-1β dan TNF pada kadar 100 µg/ml dalam 1 jam secara maksimal oleh sel MN darah tepi manusia. IL-1 dan TNF merangsang neutrofil dan makrofag untuk mengeluarkan mediator lain yang berperan pada penyembuhan baik pada f. inflamasi maupun f. proliferasi.
Dalam rangka upaya untuk melihat bagaimana air teh hijau dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka maka telah dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh berbagai kepekatan katekin dalam air teh hijau terhadap ketebalan epidermis di tepi luka dan perbandingan antara lebar epidermis dengan lebar luka pada hari ke-8 setelah perlukaan. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit galur C3H berumur 3-5 bulan, BB 16,4-24,8 g; dibagi dalam 5 kelompok secara acak. Digunakan 3 macam kepekatan katekin dalam seduhan ATH yaitu yang mengandung katekin ±0,2mg/0,5 ml (kepekatan rendah), ± 2 mg/0,5 ml (kepekatan sedang = air minuman teh) dan ± 20 mg /0,5 ml (kepekatan tinggi) serta 1 kelompok yang hanya dilukai saja (K.Kb) dan 1 kelompok yang ditetesi aquadest (K.Kp). Biopsi jaringan granulasi dilakukan pada hari ke-8 setelah perlukaan dan dibuat preparat dengan pewarnaan HE.
Hasil dan kesimpulan : Hasil pemberian berbagai kepekatan katekin dalam ATH pada luka kulit mencit dapat dirangkum sebagai berikut :
(a) Angka rata rata ketebalan epidermis di tepi luka adalah sebagai berikut : K.Kb 30,0; K.Kp : 22,5; K.ATH 0,2 : 29,3; K.ATH 2 : 28,1; K.ATH 20 : 21,0. (Dalam mikrometer, pembesaran 100 x ).
(b) Angka rata rata perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka adalah sebagai berikut : K. Kb : 0,54; K.Kp : 0,78; K.ATH 0,2 : 0,45; K.ATH 2 : 0,43; K.ATH 20 : 0,53.
Kesimpulan :
(1) Analisis data ketebalan epidermis di tepi luka menunjukkan bahwa berbagai kepekatan katekin dalam ATH memberikan pengaruh yang berbeda bermakna pada ketebalan epidermis di tepi luka kulit mencit (Hhit = Ha > Htab yaitu 12,24 > 9,49; batas kemaknaan 5% tabel Kruskal Wallis pada df = 4 yaitu Hub = 9,49 ), yaitu angka rata rata ketebalan epidermis di tepi luka pada kelompok yang diberi katekin kepekatan rendah dan sedang lebih tebal dibanding kelompok yang diberi katekin kepekatan tinggi dan aquadest, tetapi hampir sama dengan yang tidak diberi apa-apa.
(2) Analisis data perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka menunjukkan bahwa berbagai kepekatan katekin dalam ATH tidak memberikan pengaruh yang berbeda bermakna (Hhit = Ha < Htab yaitu 7,49 < 9,49 ), karena angka rata-rata perbandingan lebar epidermis dengan lebar luka pada kelompok yang diberi katekin kepekatan rendah, sedang maupun tinggi lebih kecil daripada yang diberi aquadest dan yang tidak diberi apa apa.

Scope and methods of study : The primary function of the skin is to serve as a protective barrier against the environment. Loss of the integrity of the skin as a result of injury or illness may lead to infection. The goals of treatment of wound are rapid closure of the wound and making a functional esthetical scar. Wound healing is a dynamic, interactive process involving soluble mediators, blood cells, extra cellular matrix, parenchyma cells and beginning with an acute inflammation, then tissue formation and remodeling.
In every wound were epithelisation must cover the wound, epithelisation beginning with proliferation of epithelial cell in horizontal way and than in vertical way to strengthen the epidermal layer.
At the Southern part of West Java, farmers while at the paddy field treated their wound with green tea beverage and were cured without other treatment. Green tea contains mostly polyphenols, especially the catechin group, about 20-22% of the dry weight, with epigalocatehin gallate as the main component (39% ). Catechin is colorless, easily soluble in water, astringent and readily oxidizable. 100µg/ml EGCG stimulated mononuclear cells of human perifer blood to produced IL-1β is and TNF maximally in one hour and IL-1β- TNF stimulated neutrophil and macrophage to produced another mediators that involved in wound healing.
To investigate the effects of green tea beverage on epithelisation of skin wound healing, we gave three concentration of 0,5 cc green tea beverage (GTB 0,2, GTB 2 and GTB 20) in three consecutive days to 25 C3H skin wounded mice (3-5 months, weight 16,4 - 24,8 g ) that are divided at random into five groups. One group ( K.Kb ) was treated as control and the other group ( K,Kp ) was treated with aquadest. We biopsied the granulation tissue of the wound healing at the eighth days and make HE tissue slide. The slide was examined microscopically for the epithelial thickness at the edge of wound and count the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound, These data were statistically analyzed.
Result and conclusion : Effect of several concentration of catechin in green tea beverage on the epithelisation of skin wound healing were:
(a) Mean from the thickness of epithelial tissue at the edge of the wound were (in micrometer) : Free control group: 30,0; Solution control group 22,5; Green tea 0,2 group : 29,3; Green tea 2 group : 28,1; Green tea 20 group : 21,0.
(b) Mean from the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound were : Free control group : 0,54; Solution control group : 0,78; Green tea 0,2 group ; 0,45; Green tea 2 group : 0,43; Green tea 20 group : 0,53.
Conclusion: Several concentrations of catechin in green tea beverage give significant different effect on the thickness of epithelial tissue at the edge of the wound (Hhit = Ha >Htab or 12,24 > 9,49 ), especially with the low and middle concentartion of GTB but not for the ratio between the epithelial width and the whole width of the wound (Hhit = Ha < Htab or 7,49 < 9,49 ).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Widiyaningrum
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S32379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liestia Puspha Anggari
"Obat LS adalah obat golongan inhibitor HMG CoA reduktase (statin) yang dapat digunakan sebagai antihiperlipidemia. Penggunaan obat LS dimungkinkan dalam jangka panjang, maka perlu dilihat keamanan penggunaannya, salah satunya terhadap organ ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian obat LS per oral dengan dosis 0,9 mg/200 g BB, 1,8 mg/200 g BB, 3,6 mg/200 g BB selama 60 hari terhadap fungsi ginjal ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kadar rata-rata urea plasma tikus jantan dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 27.95 ± 1.80, 29.70 ± 3.35, 32.44 ± 4.40, 30.54 ± 4.73 mg/dl. Kadar rata-rata urea plasma tikus betina dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 35.44 ± 4.24, 36.99 ± 4.19, 40.87 ± 3.58, dan 39.08 ± 5.17 mg/dl. Kadar kreatinin plasma tikus jantan dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 0.55 ± 0.12, 0.60 ± 0.15, 0.73 ± 0.14, 0.63 ± 0.16 mg/dl. Kadar kreatinin plasma tikus betina dosis I, dosis II, dosis III dan kelompok kontrol adalah 0.45 ± 0.11 mg/dl, 0.56 ± 0.12, 0.63 ± 0.14 mg/dl dan 0.61 ± 0.14 mg/dl. Hasil uji dengan ANAVA (=0,05), menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok dosis dengan kontrol, sehingga dapat disimpulkan penggunaan obat LS selama 60 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal.
LS drug is one of HMG CoA reductase inhibitor (statin) that can be used as lowering cholesterol drug. As like as others statin, there is possibility of using LS drug for long period, so it is important to examinate it's use safety level. One of organ that has to be evaluate is kidney, This experiment were designed to identify the impact of consuming LS drug on rat's kidney function for 60 days in dosage 0,9 mg/200 g body weight, 1,8 mg/200 g body weight, 3,6 mg/200 g body weight in two parameter, urea and creatinin. The average result of male urea plasma level, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 27.95 ± 1.80, 29.70 ± 3.35, 32.44 ± 4.40, and 30.54 ± 4.73 mg/dl. The average of female urea plasma level, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 35.44 ± 4.24, 36.99 ± 4.19, 40.87 ± 3.58, and 39.08 ± 5.17 mg/dl. The average of male creatinin plasma, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 0.55 ± 0.12, 0.60 ± 0.15, 0.73 ± 0.14, and 0.63 ± 0.16 mg/dl. The average of female creatinin plasma, dosage I, dosage II, dosage III and control group are 0.45 ± 0.11 mg/dl, 0.56 ± 0.12, 0.63 ± 0.14 mg/dl and 0.61 ± 0.14 mg/dl. ANAVA statistical analysis evaluated that there was no significant differences at the level urea and creatinin between normal and doses group. It is concluded that, the usage of LS drug for 60 days, does not have significant effect to rat's kidney function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Hendriani
"Banyak orang berusaha untuk menurunkan maupun menjaga agar
berat badan ideal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian jamu pelangsing "SF" pada tikus putih selama 90 hari terhadap
organ ginjal ditinjau dari kadar urea dan histologis ginjal. Hewan coba yang
digunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague-Dawley berumur 3-4
bulan dengan berat badan 200-300 g. Pada hari ke-91 tikus diambil darahnya
melalui mata dan dibedah untuk diambil ginjalnya. Selanjutnya dilakukan
pengukuran kadar urea plasma dengan metode kolorimetri serta histologis
ginjal. Kadar rata-rata urea plasma kelompok perlakuan berkisar 31-37 mg/dl dan
kelompok kontrol 34-37 mg/dl. Diameter rata-rata glomerulus ginjal kelompok
perlakuan berkisar 0,88-0,96 μm dan kelompok kontrol 0,93 μm. Jarak ruang
rata-rata antara glomerulus dengan kapsula Bowman berkisar 0,09-0,11 μm dan
kelompok kontrol 0,1 μm. Hasil uji Oneway ANOVA pada =0,05 terhadap kadar
urea plasma, diameter glomerulus ginjal dan jarak ruang antara glomerulus
dengan kapsula Bowman tidak menunjukkan perbedaan bermakna baik antar
kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Penggunaan sediaan
jamu pelangsing "SF" selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi organ ginjal
tikus putih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32636
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>