Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartiningsih
Universitas Indonesia, 1994
S31894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Permatasari
"ABSTRAK
Metode kultur jaringan tanaman akhir-akhir ini banyak dikembangkan untuk memproduksi metabolit sekunder, khususnya senyawa-senyawa steroid untuk keperluan kontrasepsi oral. Solasodin adalah alkaloida steroid yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obat kontrasepsi oral. Untuk mendapatkan kandungan solasodin yang maksimal banyak dilakukan modifikasi media dengan penambahan zat pengatur tumbuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kultur dan kandungan metabolit sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar solasodin dalam kultur jaringan biji Solanwn capsicoides All, yang ditanam pada media Murashige Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh kinetin dan asain 2,4-dikloro fenoksi asetat. Identifikasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan tiga macam eluen, yaitu : kioroforininetanol 19:1, kloroformetil asetat 9:1, dan heksanetil asetat 8:2, sedangkan penetuan kadar dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan eluen metanol absolut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus dan plantlet Solanuin capsicoides All inengandung alkaloida steroid solasodin. Fenambahan kinetin dan asam 2.4-dikloro fenoksi asetat masing-masing 1 ppm membentuk kalus dan plantlet dengan kadar yang paling tinggi, yaitu 1,23-1,43 % berat kering. Penambahan asam 2,4-dikioro fenoksi asetat 1 ppm membentuk kalus dengan kadar solasodin 1,00-1,16 % berat kering, sedangkan peinberian kinetin 1 ppm terbentuk plantlet dengan kadar 0,62-0,66 % berat kering.
ABSTRACT
At present, plant tissue cultures are more developed to produce secondary metabolites especially steroid substances for oral contraceptives used. Solasodine is steroid alkaloid, it can be used as an ingredient to make oral contraceptive drugs. To get the maximum contain of solasodine, many experiments have done b y medium modification with growth hormone to influence culture development and contain of secondary metabolites. The purpose of this experiment was to identify and to account solasodine quantity in tissue culture of Solanuin capsicoides All seeds, which grown on Murashige-Skoog media, by adding growth hormone kinetin and 2,4-dichloro fenoxy acetic acid. The identification was done by thin layer. chromatography (TLC) used th±ee kinds of eluen chloroform-methanol 19:1, chloroform-ethyl acetat = 9:1, and hexan-ethyl acetat = 8:2, and the quantity of solasodine was determined by high performance liquid chromatography (HPLC) used absolut methanol as eluen. The result have shown that callus and plantlet Solanwn capsicoides All contained of steroid alkaloid solasodine. Added of kinetin and 2,4-dichioro fenoxy acetic acid each 1 ppm formed callus and plantlet with highest quantity, it was 1,23-1,43 % dry weight. By adding 2,4-dichioro fenoksi acetic acid 1 ppm formed callus with solasodine quantity 1,00-1,16 % dr y weight, while 1 ppm kinetin formed plantlet with solasodine quantity 0,62-0,66 % dry weight."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refina Mariana
"ABSTRAK
Solasodin merupakan alkaloida steroid yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan hormonhormon steroid. Senyawa ini dapat ditemukan dalam beberapa spesies Solanum yang tersebar luas di Indonesia. seperti Solanum Capsicoides All. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar solasodin yang terdapat di dalam biji dan daun Solanum capsicoides All dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Solasodin diisolasi dengan k1oroform setelah di lakukan proses hidrolisis dengan menggunakan asam klorida encer, dan kemudian ditetapkan kadarnya dengan cara KCKT dengan metanol absolut sebagai fasa gerak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan solasodin (1) dalam biji = 1,44-1,54% dari berat kering ; dan (2) dalam daun = 0,087-0,097% dari berat kering."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Solasodin adalah suatu senyawa alkaloid steroid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan beberapa hormone steroid yang banyak digunakan untuk kontrasepsi oral. Solanum acculeatissimum adalah salah satu tanaman jenis Solanum, telah diketahui mengandung solasodin, dan banyak tumbuh di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap kadar solasodin dalam kalus Solanum acculeatissimum yang tumbuh pada media Murashige-Skoog dengan penambahan kinetin, 2,4 diklorofenoksi-asamasetat, indolasamasetat dan bensilaminopurin.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar solasodin dalam media dengan penambahan campuran kinetin 1 ppm dengan 2,4 diklorofenoksi asamasetat 0,5 , 1,2 ppm adalah 1,45 % indolasamasetat 1 ppm dengan bensilaminopurin 0 , 1 , 10 ppm adalah 1,41 % dihitung terhadap berat kering. Jumlah ini tidak berbeda bermakna dengan kadar solasodin dalam biji tanaman asal jaringan, antara lain berberin, saponin ginseng, antrakinon, diosgenin (3). Kemungkinan lain, dengan metode kultur jaringan ini akan diperoleh senyawa baru yang sebelumnya tidak terdapat dalam tumbuhan induk atau metabolit sekunder yang diperoleh justru lebih kecil atau tidak ada sama sekali (3). Banyak faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan, antara lain cahaya, zat pengatur tumbuh, media suhu dan sebagainya (2).
Dalam penelitian ini hanya diteliti pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap produksi metabolit sekunder dalam kultur jaringan Solanum accu1eatissimum. Zat pengatur tumbuh baik macam ataupun jumlahnya juga berpengaruh pada kecepatan tumbuh kalus (3)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Setiowati
"Eksplan tunas apikal kecambah terong KB (Solanum khasianum Clarke) dikultur pada medium Murashige dan Skoog (MS) 1962 modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi IAA 0 ; 0,25; 0,5; 0,75; dan 1 ppm serta kinetin 0; 1; 2; 3; dan 4 ppm selama 8 minggu. Tunas-tunas aksilar mulait erbentuk pada hari ke-5 sedangkan planlet pada hari ke-10. Jumlah tunas pada minggu ke-8 paling banyak terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu 10 tunas; sedangkan jumlah planlet paling banyak terdapat pada medium yang diberi kinetin 3 ppm, yaitu 5 planlet. Berat basah dan berat kering tertinggi pada minggu ke-8 terdapat pada medium yang hanya diberi kinetin 4 ppm, yaitu masing-masing 3401,9 mg dan 188,4 mg. Uji nonparametrik Friedman pada minggu ke-8 dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya pengaruh interaksi IAA dan kinetin terhadap jumlah tunas, jumlah planlet, berat basah dan berat kering. Hasil uji perbandingan berganda dengan taraf nyata α = 0,01 menunjukkan adanya perbedaan nyata antara pasangan perlakuan pada data jumlah tunas, berat basah, dan berat kering; sedangkan pada data jumlah planlet tidak terdapat perbedaan nyata antara pasangan perlakuan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tangguh Wijoseno
"ABSTRAK
Menurut data statistik dari BPS, jumlah penduduk indonesia kini telah mencapai 225 juta jiwa, dengan angka pertumbuhan bayi mencapai 1,39% pertahun atau setara dengan 3,5 juta jiwa. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi ini jelas akan menimbulkan suatu dampak sistemik bagi kehidupan bangsa Indonesia. salah satu Potensi masalah yang ditimbulkan dari bertambahnya jumlah penduduk menurunnya ketahanan pangan masyarakat. Dewasa ini telah dikembangkan berbagai sumber pangan alternatif yang kaya akan kandungan essensial yaitu mikroalaga Chlorella. sp. Mikroalga Chlorella vulgaris dikenal sebagai makhluk hidup yang kaya akan karbohidrat, protein, dan lemak dimana zat ? zat ini begitu penting dalam memperkuat ketahanan pangan. Besarnya kadar kandungan essensil tersebut dapat dipengaruhi oleh jenis medium pertumbuhannya sebagai sumber nutrisi. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan data kadar kandungan essensil pada Mikroalga Chlorella vulgaris dengan variasi nutrisi pada medium yang diberikan sehingga memudahkan para peneliti untuk mengidentifikasi jenis nutrisi terbaik untuk mendapatkan kandungan essensil yang optimal. Pada penelitian sebelumnya, sudah dilakukan perbandingan pengaruh medium EDTA dan Urea untuk menguji kadar kandungan essensil pada mikroalga Chlorella vulgaris. Pada penelitian ini akan digunakan medium Beneck dan BG-11 sebagai sumber nutrisi. Penelitian dilakukan dengan cara mengembangbiakkan satu jenis mikroalga Chlorella vulgaris di dua Fotobioreaktor yang berbeda. Fotobioreaktor pertama diisi dengan medium Beneck sebagai kontrol dan fotobioreaktor kedua diisi dengan medium BG-11 dan reaktor ketiga diisi dengan medium . Setelah sampai pada masa pemanenan, dilakukan pengambilan biomassa dan dilakukan uji kandungan dan kadar kandungan essensil lemak, lipid, beta karoten, dan protein. Berdasarkan penelitian ini di dapatkan berhasil di dapatkan data kepadatan sel di tiap ? tiap medium. Dalam medium control yaitu medium beneck kepadatan sel mencapai 0.8 g/L, medium walne 0.7392 g/L, dan medium BG-11 mencapai 1.1030 g/L. ada pun kandungan lipid Chlorella vulgaris dari medium beneck sebesar 37 %, lipid dalam medium walne sebesar 43% dan lipid dalam medium BG-11 sebesar 39%. Dalam penelitian ini uga didapatkan nilai Carbon Ttransfer Rate (CTR) di tiap medium. Keberhasilan penelitian ini akan memudahkan bagi para peneliti lainnya dalam menentukan medium dan nutrisi terbaik bagi mikroalga Chlorella vulgaris untuk mendapatkan kandungan essensil yang penting dalam menunjang kecukupan nutrisi bagi manusia.
.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S840
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Sartika
"Abstrak Solanum khasianum merupakan salah satu tanaman terung-terungan yang mengandung senyawa steroid solasodin dengan kadar yang cukup tinggi. Di Indonesia tanaman ini jarang dibudidayakan padahal senyawa solasodin yang terkandung didalamnya diketahui dapat menjadi bahan dasar untuk mensintesis senyawa steroid lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan obat-obatan steroid. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi solasodin dari buah Solanum khasianum. Glikoalkaloidnya dapat diisolasi dengan asam asetat 4%, kemudian diendapkan dengan NH4OH 25%. Hidrolisis glikoalkaloid dilakukan dengan asam klorida 1 N dalam pelarut metanol. Produk aglikon berupa kristal putih. Identifikasi titik leleh produk aglikon menghasilkan data yang 0 sesuai dengan titik leleh solasodin yaitu pada suhu 200-203 C. Identifikasi produk dengan spektrum massa menghasilkan puncak pada m/z 413 yang sesuai dengan berat molekul solasodin dan puncak-puncak yang dominan pada m/z 138 dan 114. Identifikasi produk dengan FTIR menunjukkan -1 adanya gugus O-H (3386,38 cm ), N-H (bertumpuk dengan pita serapan O- - 3 -1 -1 H), C=C (1658,48 cm1), C-H sp (2938,98 cm ), C-O (1064,51 cm ), -CH2 -1 -1 (1457 cm ) dan -CH3 (1380,78 cm ). Gugus-gugus tersebut sesuai dengan gugus-gugus yang terdapat pada senyawa solasodin Kata kunci : Solanum khasianum, steroid, glikoalkaloid, solasodin xi+56 halaman, table, gambar, lampiran Bibliografi 26 ( 1983-2005 )"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Herawan
"The objective were to know the base medium, growth regulator concentration of Kinetin, and combination of this treatment that had the best response to rooting phase of Sandalwood. This study was expected to play role in contributing great advantages to support the plant material provision in operational scale.
Generally, the protocol of tissue culture of Sandalwood had been acknowledged, however there were still problems on rooting phase. Therefore the study wasfocused on 1/2 MS medium application, 1/2 GD, and 1/2 WPM, also application of Kinetin in different levels of concentration (0; 0,25; 0,50; 0,75; and 1 mg/1) on root development in Sandalwood.
Study result concluded that the base medium of 1/2 MS and application of Plant Growth Regulators IBA 20 mg/1 combined with IAA 1 mg/1, and treatment of 0,75 mg/1 Kinetin concentration had the best response to growth and enlargement of Sandalwood root."
Jakarta: Agrosains, 2006
580 AGR 19 (1-4) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Maretha Putri
"Terjadi penurunan jumlah produksi Terung ungu (Solanum melongena L.) akibat berkurangnya lahan pertanian dan hanya tersisa lahan marginal dengan kondisi tanah yang kurang optimal. Di Indonesia terdapat banyak lahan marginal seperti tanah salin yang kurang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian sehingga perlu dilakukan penanaman tanaman pada lahan marginal dengan memilih varietas tumbuhan budidaya yang toleran terhadap kondisi lingkungan lahan marginal. Tanaman terung diduga dapat menyintesis senyawa prolin ketika dihadapkan dengan cekaman salinitas sebagai bentuk pertahanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons tanaman terung melalui pengamatan parameter kuantitatif, kualitatif, dan kadar senyawa prolin yang dihasilkan saat diberikan perlakuan berupa kadar salinitas (NaCl) pada konsentrasi 0% (kontrol), 0,3%, 0,6%, dan 0,9%. Penanaman terung dilakukan selama 40 hari dengan pemberian perlakuan salinitas (NaCl) setiap 2 hari selama 14 hari terakhir. Metode yang digunakan untuk analisis prolin adalah metode Bates, dkk. (1973). Hasil penelitian menunjukkan pemberian perlakuan salinitas pada konsentrasi yang sudah ditentukan terhadap tanaman terung berpengaruh nyata (Sig. < 0,05) terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat segar tanaman, dan klorofil tanaman. Prolin juga berhasil diproduksi oleh terung yang diberikan perlakuan cekaman dan terjadi peningkatan antar perlakuan kontrol, perlakuan NaCl 0,3% dan 0,9%. Namun, terdapat penurunan produksi kadar prolin pada perlakuan 0,6%. Tidak terdapat hubungan antara kadar prolin dengan parameter kuantitif, namun terdapat hubungan antara kadar prolin dengan parameter kualitatif seiring meningkatnya konsentrasi cekaman NaCl yang diberikan.

Eggplant (Solanum melongena L.) production has declined due to a decrease in available agricultural land and only marginal land remains with suboptimal soil conditions. In Indonesia, there is plenty of marginal land such as saline soil that underutilized for agriculture, so it is necessary to planting plants on marginal land by selecting cultivated plants that are tolerant of marginal land environmental conditions. Eggplant is thought to synthesize proline compounds when faced with salinity as a form of defense. This study aims to determine the quantitative and qualitative parameters also the level of the proline compounds produced by eggplants when treated in salinity (NaCl) at concentrations of 0,3%, 0,6%, and 0,9%. The planting carried out for 40 days with giving salinity treatment every 2 days on the last 14 days. The method used for proline analysis is the Bates, et al. method (1973). Results show the treatment of salinity at a predetermined concentration on eggplant has a significant effect (Sig. < 0.05) on plant height, number of leaves, root length, fresh weight, and chlorophyll content. Proline is also successfully produced by plants and there is an increase in control treatment, NaCl treatment 0,3%, and 0,9%. However, there was a decrease in proline production in the treatment of 0,6%. There was no relation between proline levels and quantitative parameters, but there is a relation between proline levels and qualitative parameters as the NaCl stress concentration increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Yuniarlina
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Usia lanjut berkaitan dengan peningkatan progresif risiko penyakit neurodegenerasi. 7% dari kelompok usia lanjut menunjukkan penurunan fungsi kognitif Dasar patologi penurunan fungsi kognitif antara lain disebabkan oleh berkurangnya sinap, neuron, neurotransmitter dan jejaring saraf. Proses regenerasi berkaitan dengan sinyal-sinyal penting seperti faktor neurotrofik, neurotransmitter dan barman. Proses neurodegenerasi dapat dihindari dengan memberikan rangsangan tertentu diantaranya estrogen sebagai hormon multiefek. Estrogen mempengaruhi jaringan saraf melalui mekanisme genom dan non genom diantaranya dengan menghasilkan BDNF (Brain derived neurotrophic factor). BDNF merupakan salah satu substansi dalam pengaturan neurogenesis. Penelitian ini merupakan studi ekperimental untuk meneliti kadar BDNF dan jumlah sel saraf pada kultur jaringan hipokampus tikus betina muda.Pengukuran kadar BDNF dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm dengan kit BDNF dan Chemikon. Jumlah sel saraf dihitung perlapang pandang besar. Data dianalisis dengan uji t dependent, uji korelasi pm-son, dan sebelumnya diuji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk.
Hasil dan Kesimpulan: Dari penelitian ini diperoleh hasil (1) jumlah sel saraf lebih besar pada kultur jaringan hipokampus tikus betina muda yang diberi estrogen disbanding kontrol (p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>