Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Evi Azizah
"ABSTRAK
Akhir-akhir ini dikenal obat tradisional cina " Pien Tze Huang " , yang berdasarkan data empiris dikatakan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Salah satu khasiatnya adalah untuk pengobatan peradangan dan berbagai penyakit inflamasi. Untuk mendapatkan bukti efektifitasnya, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian peroral suspensi " Pien Tze Huang " dalam CMC 0,5% terhadap udem yang ditimbulkan dengan injeksi 0,2 ml larutan karagenin ( 10 mg/ml dalam NaC1 0,9% ) secara subplantar pada tikus putih. Dalam penelitian ini digunakan tikus putih jantan jenis LMR ( Lembaga Makanan Rakyat ) dengan berat badan antara 160 - 265 gram. Tiga kelompok hewan uji diberi suspensi Pien Tze Huang dalam CIMC 0,5% dengan 3 dosis bèrtingkat 20 2 kO, 80 kali dos±s sehari pada manusia, 3 jam sebelum injeksi karagenin. Satu kelompok diberi obat pembanding Natrium diklofenak dengan dosis 20 kali dosis sehari pada manusia, yang diberikan sesaat sebelum injeksi karagenin. Satu kelompok diberi suspensi CMC 0,5% dan satu kelompok tidak diberi perlakuan apa-apa ( hanya diradangkan saja )."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sannidhya Rakhmadini
"Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu tentang khasiat gambir sebagai analgesik dan efek katekin sebagai anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa khasiat gambir (Uncaria gambier Roxb.) dari PT. ?X? yang diduga mempunyai efek anti inflamasi terhadap udem akibat induksi karagenin pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley. Tikus percobaan dibuat udem dengan karagenin 2% yang diberikan subplantar setengah jam setelah suspensi gambir dalam CMC 1% per oral dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb. Sebagai kontrol digunakan tikus yang diberi natrium diklofenak dengan dosis 27 mg/200 g bb dan CMC 1% secara oral dan diperlakukan sama seperti kelompok uji. Volume udem diukur dengan pletismometer. Pemberian suspensi gambir dengan dosis 216 mg/200 g bb, 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang bermakna pada jam kedua dan ketiga setelah injeksi karagenin. Suspensi gambir dengan dosis 270 mg/200 g bb dan 337,5 mg/200 g bb memperlihatkan efek anti inflamasi yang sebanding dengan obat anti inflamasi non steroid natrium diklofenak dosis 27 mg/200 g bb pada jam kedua setelah injeksi karagenin.

This study was based on the last researchs about efficacy of gambir as an analgesic and the anti-inflammatory effect of catechin. The aim of this study was to evaluate the anti-inflammatory effect of Gambir (Uncaria gambier Roxb.) from ?X? company on the carrageenin-induced inflammatory in male Sprague-Dawley albino rats. Inflammation in rats were induced by 2% carrageenin subplantar, half hour before oral adsministration of gambir suspension at various dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw. As control groups were used rats which were given diclofenac sodium 27 mg/200 g bw and CMC 1% at the same volume and were treated exactly as same as experiment groups. The volume of inflammation were measured with plethysmometer. The results were administration of gambir suspension at dose 216 mg/200 g bw, 270 mg/200 g bw and 337,5 mg/200 g bw had a significant anti-inflammatory effect at 2-3 hours after carrageenin injection. The anti-inflammatory effect of gambir suspension at dose 270 mg/ 200 g bw and 337,5 mg/200 g bw were equal as a non steroid anti-inflammatory drug diclofenac sodium at dose 27 mg/200 g bw two hours after carrageenin injection."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2006
S32546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuni Lestari
"Telah dilakukan penelitian efek antiinflamasi pemberian per oral suspensi ekstrak etanol 70% herba pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) dalam suspensi CMC 5% terhadap udem kaki kanan belakang yang diinduksi dengan menginjeksikan 0,2 ml larutan karagenin 1% dalam NaCl fisiologis secara sub plantar. Metode yang digunakan adalah metode Winter yang telah dimodifikasi. Udem yang timbul diukur volumenya dengan alat plethysmometer pada jam ke 0,1,2,3 dan 4. Pengamatan berdasarkan penghambatan volume udem. Pemberian ekstrak herba pegagan diberikan per oral satu jam sebelum injeksi karagenin.
Pada penelitian ini, tiga kelompok hewan uji diberikan suspensi ekstrak etanol 70% herba pegagan dengan dosis berturut-turut 408,24; 816,48; 1632,96 mg/ kg bb. Satu kelompok diberikan kontrol positif suspensi Natrium diklofenak dengan dosis 40 mg/ kg bb, dan satu kelompok lagi diberi kontrol negatif akuades, satu jam sebelum pemberian karagenin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pegagan dosis 408,24; 816,48; 1632,96 mg/ kg bb, telah memperlihatkan efek penghambatan udem yang ditimbulkan oleh karagenin, namun tidak memberikan efek antiinflamasi yang bermakna secara statistik pada p>0,05 berturut-turut dari jam pertama sampai jam keempat.

Anti-inflammatory activity of 70% etanol extract (Centella asiatica L. (Urb.) was performed by 0,2 ml,1% carrageenan-induced paw oedema test in rats using modification of Winter's method. The paw volumes were measured using the mercury displacement technique with the help of a plethysmograph immediately before and 0, 1, 2, 3, and 4 after carrageenan injection. Observation was done based on inhibition on the paw volume.
Extract of Centella asiatica were administered orally as suspension in 0,5% CMC at a dose level of 408.24; 816.48; 1632.96 mg/ kg bb, an hour before carragenin induced. Diclofenac sodium 40 mg/ kg bw was administered as standard drug for comparison.
The test show that 70% etanol extract (Centella asiatica (L.) Urb.). at a dose level of 408.24; 816.48; 1632.96 mg/ kg bb, protected the rats from carrageenan-induced inflammation moderately, but none of the compounds showed equipotent anti-inflammatory activity with the reference standard diclofenac sodium at the dose tested at p=0,05."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Febrina
"Jambu mede (Anacardium occidentale Linn.) digunakan
dalam pengobatan tradisicnal di Indonesia karena
khasiatnya yang beraneka ragam. Salah satu khasiat jambu
mede adalah sebagai analgesik. Beberapa jamu pegal linu
yang beredar di pasaran juga menggunakan daun Jambu mede
sebagai salah satu kompónennya.
Pada percQbaan terdahulu (23) pemeriksaan efek
analgesik infus daun j ambu mededilakukan pada mencit
dengan metode hot-plate. Data ilmiah yang menuniang
khasiat analgesik daun j ambu mede masih dirasakan kurang.
Karena itu peneliti ingin melakukan pemeriksaan pada
tikus putih. Dalam penelitian dilakukan pula pemisahan
antara daun yang muda dan daun yang tua untuk mengetahui
daun -mana yang iebih kuat memberikan efek analgesik,
sebab pada penelitian yang terdahuludigunakan campuran
keduanya
Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui apakah
daun jambu mede mempunyai efek analgesik. Selain itu Juga
untuk mengetahui daun mana yang lebih kuat sebagai
analgesik.
Metode yang digunakan adalah metode rat tail-flick
menurut D'Amour dan Smith dengan alat analgesimeter.
Sebagai zat pembanding digunakan Dipiron dengan dosis 300 mg per kg B. Pemberian obat dilakukan peroral dan
efek analgesik ditentukan berdasarkan perpanjangan waktu
reaksi tikus terhadap rangsang nyeri sampai menit ke-300
setelah petnberian obat.
Hasil pengukuran dan analisis statistik menunjukkan
baha efek analgesik infus daun muda lebih kuat daripada
iflfL(S daur) tua.
Pada infus daun muda, efek analgesik terlihat pada
pernberian dosis 600 mg per 200 gr BB terutama pada menit
ke-60 5 905 dan 120. Pecnberian infus daun muda dengan
dosis 1200 mg per 200 g BB rnemperlihatkan efek analgesik
sampai menit ke-300 Sedangkan pemberian infus daun muda
dengan dosis 300 mg per 200 g BB, tidak mernperlihatkan
efek analgesik yang berarti dari menit ke-30 sampai men-it
ke-300 setelah pemberian.
Bila dibandingkan dengan obat analgesik Dipiron5
ternyata efek analgesik infus daun j ambu rnede lebih
lemah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rika Revina
"Inflammation is tissue respons of the body to injury and infection, is ssually cure by medicine class AINS that has seriously side effect, such as disturbance digestion. Mangkokan leaf (Nothopanax scutellarium Merr.) in empirical can be used as antyinflammation. The aim of this study was to determine the optimal dose that had greatest inhibition edema effect in plantar of male white rats furrow Sprague–Dawley induced by 2% carrageenan.
This study used Winter method that had modified at 30 male rats which had been divided into five groupes. First groupe had been given with CMC 0.5% as negative control, groupe II, III, and IV had been given with variation dose 0,9; 1,8 dan 3,6 g dried powder/200 g BW, and groupe V had been given diclofenac sodium as positive control, and each of them had been given orally. The measuring volume edema continued every one hour during seven hours.
The result show that infusa of mangkokan leaf at dose 3,6 g dried powder/200 g BW has greatest inhibition percentage, about 38,65% and statitical value (p<0.05) showed significant differences with negative control at third until fourth hour after injection carrageenan.

Inflamasi merupakan suatu respon jaringan pada tubuh terhadap cedera dan infeksi, yang pada umumnya diterapi dengan obat golongan AINS yang memiliki efek samping serius, diantaranya gangguan pencernaan. Daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) secara empiris digunakan sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis optimal yang dapat memberikan efek penghambatan udem terbesar pada telapak kaki tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang diinduksi karagenin 2%.
Pada penelitian ini digunakan metode Winter yang telah dimodifikasi pada 30 ekor tikus putih jantan, yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok pertama diberikan CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kelompok II, III, dan IV diberikan variasi dosis ekstrak, yaitu 0,9; 1,8 dan 3,6 g serbuk kering/200 g BB tikus, serta kelompok V yang diberikan natrium diklofenak sebagai kontrol positif secara per oral. Pengukuran volume udem berturut-turut dilakukan setiap jam, selama 7 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus daun mangkokan memiliki persentase penghambatan tertinggi pada dosis 3,6 g serbuk kering/200 g BB tikus sebesar 38,65% dan berdasarkan uji statistik (p< 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif pada jam ketiga hingga keempat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2011
S33184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ketty Suhaeti
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S32049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Sitaresmi
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S32012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>