Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siwa Markus Harefa
"Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan obat antituberkulosis dengan mencatat data resep antituberkulosis dani seluruh resep bulan Juli sampai Desember 1990 yang terdapat pada 20 apotik di Jakarta yang dipilih secara acak. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa penderita penyakit tuberkulosis anak dan dewasa masih banyak dan tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Dan obat yang paling banyak digunakan untuk pengobatan penyakit ini adalah Isoniazid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S70325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Aisyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Alwardy
"Telah dilakukan survai untuk mengetahui penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Rumah Sakit Pemerintah Di wilayah DKI Jakarta dengan mencatat resep Obat Anti Tuberkulosis dari resep bulan April 1994 hingga Maret 1995 yang terdapat di Apotik Rumah Sakit. Survai di lakukan di Rumah Sakit Pemerintah yang ada di lima wilayah di DKI Jakarta yang dipilih secara acak distratifikasikan sehingga setiap wilayah diwakili oleh satu Rumah Sakit Pemerintah. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis sebanyak 7.09% dari seluruh lembar resep yang ada di Apotik Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah DKI Jakarta yang terdiri 2.47% untuk anak dan 4.62% untuk dewasa. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis terbanya Jakarta Timur 21% dan terkecil Jakarta Barat 0.99%. Dari seluruh lembar resep Obat Anti Tuberkulosis, lembar resep jenis generik rata-rata perbulan sebesar 90.05% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.9047 (%/bulan). Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis telah mengarah ke paduan jangka pendek dengan penggunaan rata-rata perbulan sebesar 84.43% dengan kenaikan proporsi penggunaan sebesar 0.3842 (%/bulan), yang terbanyak paduan Rifampisin-Isoniazid (RH) rata-rata tiap bulan sebesar 24.49% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.4527 (%/bulan)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S70323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S32096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Seno Soebagio Surjaningrat
"ABSTRAK
Apotik di rumah sakit merupakan tempat akhir dari pasien untuk menyelesaikan kunjungannya ke rumah sakit. Sering kali hal ini diabaikan, padahal pasien sudah hampir berada pada puncak kesabarannya, Oleh sebab itu pelayanan di apotik perlu mendapat perhatian khusus terutama dalam mengatur sistem antriannya .
Apotik Rawat Jalan RSUD Gunung Jati melayani pasien selama jam kerja, akan tetapi waktu yang paling sibuk adalah bersamaan dengan mulainya pelayanan poliklinik. Tingginya kedatangan pasien pada jam-jam tertentu, yaitu dari jam 09.30 sampai dengan jam 12.30, dengan rata-rata kedatangan resep 70 lembar per jam menyebabkan antrian panjang. Padahal jumlah petugas yang melayani cukup jumlahnya.
Penelitian ini yang dilakukan pada tanggal 21 sampai dengan 25 April 1997 bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik sistem antrian dan waktu pelayanan di Apotik Rawat Jalan RSUD Gunung Jati dan mencari model yang sesuai untuk diterapkan.
Hasilnya menggambarkan bahwa, resep datang dengan rata-rata 70 per jam mengikuti Distribusi Poisson. Antrian pada umumnya bersifat modified F.I.F.O. Struktur antrian Single Channel Multi Phase. Waktu pelayanan rata-rata 17.5 menit. Secara keseluruhan proses penyelesaian resep memakan waktu sampai 60 menit, dengan distribusi pelayanan yang bervariasi dari hampir uniform sampai ke poisson.
Pada penelitian ini dibahas 3 alternatif untuk mencari model pelayanan yang lebih baik, yaitu (1) menghilangkan kegiatan yang tidak relevan, (2) mengubah susunan pelayanan, (3) mengubah susunan pelayanan dan menghilangkan kegiatan yang tidak relevan. Ketiganya menghasilkan efisiensi yang lebih baik, dengan alternatif 3 yang paling efisien.

ABSTRACT
Analysis of Queuing System for medical Prescription at the outpatients pharmacy of the Gunung Jati Regional General Hospital-CirebonOutpatients Pharmacy of a Regional General Hospital becomes the patient's final destination in finalizing the process of visiting the hospital. It is quite often that its function is disregarded even the fact that the patients are close to the peak of their patience, since the medicine is so important for their recovery. For this reason, the service in a pharmacy must have the serious attention especially when the queing system is being prepared.
Outpatients Pharmacy of the Gunung Jati General Regional Hospital provides services on working hour from 8.00 a.m to 14.00 a.m. However, peak hours happened almost at the same time as the service hour of the polyclinic. High incoming of patients during a certain period between 09:30 up to 12:30 with average number of 70 prescription per hour creates a long queue. Actually there are suffient number of service personnel.
The aim of this study, which was performed between 21 to 25 April 1997, was to obtain a clear picture about the characteristic of queuing system and service time at the outpatients Pharmacy of Gunung Jail Regional General Hospital and then prepared a model which might be applicable to the situation.
The result showed that prescription arrived with average of 70 sheets per hour followed the Poisson distribution. The characteristic of the queue was a generally modified F.I.F.G. The structure of the queue was single channel multiphase with average service time of 17.5 minutes. On the average, the process to complete one prescription take time up to .60 minutes, with service distribution varied from almost uniform to Poisson.
In this study, 3 alternatives were discussed to find out the improved service model, by (1) avoiding irrelevant activities, (2) changing the services arrangement, (3) changing the service arrangement and also avoiding irrelevant activities. Those three alternatives created better efficiency with option number three performed the best.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit tukak peptik tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi
berbeda dan dijumpai lebih banyak pada pria dibandingkan wanita (2:1).
Penyebab utama tukak peptik adalah infeksi oleh Helicobacter pylori dan
pemakaian obat anti inflamatorik non-steroid (OAINS) termasuk aspirin (Asetil
Salicyl Acid/ASA). Berdasarkan data di suatu rumah sakit swasta di Surabaya
dalam kurun waktu satu tahun (Juli 1997-Juli 1998), terdapat sekitar 17,1%
penderita tukak peptik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan jumlah interaksi obat
yang terjadi, serta untuk melihat hubungan antara jumlah obat dalam satu
resep dengan kerasionalan resep. Penelitian dilakukan terhadap resep obat
tukak peptik yang diterima apotik Kimia Farma Depok periode Januari-Mei
2007. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional) yang
bersifat deskriptif analitis dengan metode survei. Interaksi obat pada 311
resep obat tukak peptik, ditemukan pada 71 resep (22,8%) diantaranya.
Resep yang dinyatakan rasional adalah 303 lembar resep (97,4%) dan resep
yang dinyatakan tidak rasional dilihat dari efek samping interaksi obat
sebanyak 8 lembar resep (2,6%). Berdasarkan hasil dari uji Kai Kuadrat,
didapatkan tidak ada hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan
jumlah interaksi obat yang terjadi dan tidak ada hubungan antara jumlah obat
dalam satu resep dengan kerasionalan resep."
Universitas Indonesia, 2007
S32571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizah Rukmawati
"Penelitian ini dilatarbelakangi olch adanya masalah dalam hal waktu tunggu pasien, terutama di Apotik Rawam Jalan ?A? RSPP, berdasarkan survey kepuasan oleh Bagian Total Quality Management yang mendapatkan hasil rendahnya kcpuasan pasien dalam hal waldu tunggu.
Dari analisis situasi di RSPP dan pengolahan data rekapitulasi resep di Apotik Rawat Jalan RSPP ditemukan bahwa sekitar 71% dari coral resep yang dilayani perlunya diselesaikan dalam waktu lebih dari 1 jam, sehingga menimbukan masalah terjadinya penumpukan resep dan waktu tunggu pengambilan obat yang lama di Apolik Rawat Jalan "A" RSPP.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang karakteristik sistem antrian resep dan mencari model yang lebih sesuai untuk melayani resep yang masuk ke Apotik Rawat Jalan "A" RSPP sehingga diharapkan dapat mcningkatkan mutu pelayanan RSPP khususnya pelayanan apotik.
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan analisis kuantitatif. Data yang diolah berasal dari kegiatan pengumpulan data waktu masuk dan keluarnya resep ke dan dari setiap titik pelayanan di Apotik "A" tanggal 27 - 31 Mei 2002.
Hasil penclitian ini adalah pola kedatangan resep mengikuti distribusi Poisson dengan puncak kedatangan umumnya berada antara pukul 7.30 sampai pukul 12.00, disiplin antriannya FIFO, struktur antrian single channel mulli phase. Pola pelayanan resep juga mengikuti distribusi Poisson dengan rata-rata total waktu pemroscsan resep adalah 2 jam 19 menit.
Pada penelitian ini dibahas tiga altematif untuk mencari model sistem antrian resep yang paling sesuai dengan cara mengubah komposisi petugas di tiap titik pelayanan yang waktu pelayanannya belum optimum, membagi pelayanan resep menjadi 2 bagian antara pelayanan resep iterisasi dan pelayanan resep orisinil.
Pembahasan ketiga alternatif ini difokuskan pada resep dengan obat jadi saja. Ketiga alternatif yang telah disimulasikan menghasilkan parameter antrian yang efisien dengan tingkat utilisasi petugas sudah mencapai nilai optimum. Alternatif kedua dipilih karena parameter antriannya paling baik dan tingkat utilisasi petugasnya paling optimum dengan biaya yang lebih efisien.

Background of this research is waiting problem found in Ambulatory Care Pharmacy "A" Pertamina Central Hospital (Pharmacy ?A? RSPP) based on survey by Total Quality Management (T QM) Department in Pertamina Central Hospital (RSPP).
Survey found a low satisfaction of patients on waiting, time. From the situation analisys in RSPP and processing of prescription recapituation data in Pharmacy ?/\?, about 71% of total prescriptions a day is served more than 1 hour. it caused u prescriptions accumulation and long waiting time of patients who want to get their medicine trom l?l1armac§f RSPP
The purpose of this research, to get a description of prescription queing system and look for a suitable queuing model to increase quality of service at Pharmacy "A" RSPP. This is a cross sectional research with quantitive analisys. Data has collected from May 27"` - May 31", 2002.
The resut of this research is a prescription arrival scheme in Poisson distribution with peak arrival time between 07:30 AM to 12:00 PM. Qucing mode is FIFO, queuing structure is single channel multi phase. Prescription serving scheme also in Poisson distribution rule with total average serving time 2 hours and 9 minutes.
This research discusses three altematives to look For the inost suitable prescription quing model by way of changing officer at every service point which serving time is not optimum, dividing prescription service into 2 sections between iteritation prescription service and original prescription service. Those discussion ony focuses on non blend prescription.
Those simulation result of those three altemulives are efficient queuing systems with optimum ofiicer uliization. The second altemativcs is choosen because it has the most efficient cost and queuing system with an optimum officer utilization."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T6513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audra Heningtyas
"Penggunaan antibiotik secara bebas atau tanpa menggunakan resep dan kepatuhan pasien dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan merupakan salah satu penyebab timbulnya resistensi antibiotik. Masalah resistensi antibiotik selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan praktik pembelian antibiotika tanpa resep dan hubungan praktik pembelian antibiotik tanpa resep dengan kepatuhan pengobatan dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan di beberapa apotek Kecamatan Beji Kota Depok pada tahun 2018.
Metode Penelitian ini menggunakan desain studi kuantitatif dan dilakukan secara random terhadap responden yang keluar apotek yang menjual antibiotik tanpa resep yang kemudian dihubungi kembali setelah 7 hari untuk mendapatkan data kepatuhan pengobatan dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan.
Hasil dari penelitian diantara 109 responden 63,3% membeli antibiotik tanpa resep, 37,6 % tidak menghabiskan antibiotiknya, 82% responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah melakukan pembelian antibiotik tanpa resep, terdapat perbedaan rata rata nilai pengetahuan, sikap, persepsi dan akses sarana antara yang membeli antibiotik tanpa resep dengan responden yang membeli dengan resep dengan masing masing nilai p value = 0,016; 0,0005; 0,0005; dan 0.0005. Terdapat 25,5% untuk pengalaman terdahulu dan 47,7% responden yang menjadikan sebagai referensi dan melakukan pembelian antibiotik tanpa resep.
Kesimpulan: Faktor faktor yang berhubungan terhadap pembelian antibiotik tanpa resep adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, akses sarana mendapatkan antibiotik tanpa resep, saran teman dan pengalaman terdahulu, selain itu terdapat hubungan yang bermakna antara pembelian antibiotik tanpa resep dengan perilaku tidak menghabiskan antibiotik.

The use of antibiotics freely or without prescription and patients' obedience in completely consuming the antibiotics bought is one factor causing antibiotic resistance. Problem of antibiotic resistance, besides impacting morbidity and mortality, has also a very negative impact both economically and socially.
Purpose of this study is to determine factors related to the practice of antibiotic purchase without prescription and the relationship of the practice of purchasing antibiotics without prescription with patients' obedience in completely consuming antibiotics bought at some pharmacies in Beji subdistrict, Depok city in 2018.
Method: This research used a quantitative and random design study to respondents who bought antibiotics sold by the pharmacies sold those without prescription and then the patients contacted one more time after 7 days to obtain patients' obedience data in completely consuming the antibiotics bought.
Results: Among 109 respondents, 63.3% were taking antibiotics without prescriptions, 37.6% did not completely consume the antibiotics, 82% of those with low levels of education had antibiotic purchases without a prescription, there was an average difference in the value of knowledge, attitudes, perceptions and access between those who buy antibiotics without a prescription and respondents who buy them with a prescription with each value of p value = 0.016; 0.0005; 0.0005; and 0.0005. There were 25.5% for prior experience and 47.7% of respondents made reference and purchased antibiotics without a prescription.
Conclusions: Factors related to purchasing antibiotics without prescription are education, knowledge, attitude, perception, access to antibiotics without prescription, friend suggestions and prior experience. There is a significant association between the purchase of antibiotics without prescription and the antibiotic-free behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>