Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuri Permatasari
"ABSTRAK
Metode kultur jaringan tanaman akhir-akhir ini banyak dikembangkan untuk memproduksi metabolit sekunder, khususnya senyawa-senyawa steroid untuk keperluan kontrasepsi oral. Solasodin adalah alkaloida steroid yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obat kontrasepsi oral. Untuk mendapatkan kandungan solasodin yang maksimal banyak dilakukan modifikasi media dengan penambahan zat pengatur tumbuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kultur dan kandungan metabolit sekunder. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar solasodin dalam kultur jaringan biji Solanwn capsicoides All, yang ditanam pada media Murashige Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh kinetin dan asain 2,4-dikloro fenoksi asetat. Identifikasi dilakukan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan tiga macam eluen, yaitu : kioroforininetanol 19:1, kloroformetil asetat 9:1, dan heksanetil asetat 8:2, sedangkan penetuan kadar dilakukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan eluen metanol absolut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalus dan plantlet Solanuin capsicoides All inengandung alkaloida steroid solasodin. Fenambahan kinetin dan asam 2.4-dikloro fenoksi asetat masing-masing 1 ppm membentuk kalus dan plantlet dengan kadar yang paling tinggi, yaitu 1,23-1,43 % berat kering. Penambahan asam 2,4-dikioro fenoksi asetat 1 ppm membentuk kalus dengan kadar solasodin 1,00-1,16 % berat kering, sedangkan peinberian kinetin 1 ppm terbentuk plantlet dengan kadar 0,62-0,66 % berat kering.
ABSTRACT
At present, plant tissue cultures are more developed to produce secondary metabolites especially steroid substances for oral contraceptives used. Solasodine is steroid alkaloid, it can be used as an ingredient to make oral contraceptive drugs. To get the maximum contain of solasodine, many experiments have done b y medium modification with growth hormone to influence culture development and contain of secondary metabolites. The purpose of this experiment was to identify and to account solasodine quantity in tissue culture of Solanuin capsicoides All seeds, which grown on Murashige-Skoog media, by adding growth hormone kinetin and 2,4-dichloro fenoxy acetic acid. The identification was done by thin layer. chromatography (TLC) used th±ee kinds of eluen chloroform-methanol 19:1, chloroform-ethyl acetat = 9:1, and hexan-ethyl acetat = 8:2, and the quantity of solasodine was determined by high performance liquid chromatography (HPLC) used absolut methanol as eluen. The result have shown that callus and plantlet Solanwn capsicoides All contained of steroid alkaloid solasodine. Added of kinetin and 2,4-dichioro fenoxy acetic acid each 1 ppm formed callus and plantlet with highest quantity, it was 1,23-1,43 % dry weight. By adding 2,4-dichioro fenoksi acetic acid 1 ppm formed callus with solasodine quantity 1,00-1,16 % dr y weight, while 1 ppm kinetin formed plantlet with solasodine quantity 0,62-0,66 % dry weight."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartiningsih
Universitas Indonesia, 1994
S31894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refina Mariana
"ABSTRAK
Solasodin merupakan alkaloida steroid yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan hormonhormon steroid. Senyawa ini dapat ditemukan dalam beberapa spesies Solanum yang tersebar luas di Indonesia. seperti Solanum Capsicoides All. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar solasodin yang terdapat di dalam biji dan daun Solanum capsicoides All dengan cara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Solasodin diisolasi dengan k1oroform setelah di lakukan proses hidrolisis dengan menggunakan asam klorida encer, dan kemudian ditetapkan kadarnya dengan cara KCKT dengan metanol absolut sebagai fasa gerak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan solasodin (1) dalam biji = 1,44-1,54% dari berat kering ; dan (2) dalam daun = 0,087-0,097% dari berat kering."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Solasodin adalah suatu senyawa alkaloid steroid yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk pembuatan beberapa hormone steroid yang banyak digunakan untuk kontrasepsi oral. Solanum acculeatissimum adalah salah satu tanaman jenis Solanum, telah diketahui mengandung solasodin, dan banyak tumbuh di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap kadar solasodin dalam kalus Solanum acculeatissimum yang tumbuh pada media Murashige-Skoog dengan penambahan kinetin, 2,4 diklorofenoksi-asamasetat, indolasamasetat dan bensilaminopurin.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar solasodin dalam media dengan penambahan campuran kinetin 1 ppm dengan 2,4 diklorofenoksi asamasetat 0,5 , 1,2 ppm adalah 1,45 % indolasamasetat 1 ppm dengan bensilaminopurin 0 , 1 , 10 ppm adalah 1,41 % dihitung terhadap berat kering. Jumlah ini tidak berbeda bermakna dengan kadar solasodin dalam biji tanaman asal jaringan, antara lain berberin, saponin ginseng, antrakinon, diosgenin (3). Kemungkinan lain, dengan metode kultur jaringan ini akan diperoleh senyawa baru yang sebelumnya tidak terdapat dalam tumbuhan induk atau metabolit sekunder yang diperoleh justru lebih kecil atau tidak ada sama sekali (3). Banyak faktor yang mempengaruhi produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan, antara lain cahaya, zat pengatur tumbuh, media suhu dan sebagainya (2).
Dalam penelitian ini hanya diteliti pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap produksi metabolit sekunder dalam kultur jaringan Solanum accu1eatissimum. Zat pengatur tumbuh baik macam ataupun jumlahnya juga berpengaruh pada kecepatan tumbuh kalus (3)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Sartika
"Abstrak Solanum khasianum merupakan salah satu tanaman terung-terungan yang mengandung senyawa steroid solasodin dengan kadar yang cukup tinggi. Di Indonesia tanaman ini jarang dibudidayakan padahal senyawa solasodin yang terkandung didalamnya diketahui dapat menjadi bahan dasar untuk mensintesis senyawa steroid lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan obat-obatan steroid. Dalam penelitian ini dilakukan isolasi solasodin dari buah Solanum khasianum. Glikoalkaloidnya dapat diisolasi dengan asam asetat 4%, kemudian diendapkan dengan NH4OH 25%. Hidrolisis glikoalkaloid dilakukan dengan asam klorida 1 N dalam pelarut metanol. Produk aglikon berupa kristal putih. Identifikasi titik leleh produk aglikon menghasilkan data yang 0 sesuai dengan titik leleh solasodin yaitu pada suhu 200-203 C. Identifikasi produk dengan spektrum massa menghasilkan puncak pada m/z 413 yang sesuai dengan berat molekul solasodin dan puncak-puncak yang dominan pada m/z 138 dan 114. Identifikasi produk dengan FTIR menunjukkan -1 adanya gugus O-H (3386,38 cm ), N-H (bertumpuk dengan pita serapan O- - 3 -1 -1 H), C=C (1658,48 cm1), C-H sp (2938,98 cm ), C-O (1064,51 cm ), -CH2 -1 -1 (1457 cm ) dan -CH3 (1380,78 cm ). Gugus-gugus tersebut sesuai dengan gugus-gugus yang terdapat pada senyawa solasodin Kata kunci : Solanum khasianum, steroid, glikoalkaloid, solasodin xi+56 halaman, table, gambar, lampiran Bibliografi 26 ( 1983-2005 )"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S29944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: ITB Press, 1991
574.072 MET
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ismawati
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Proteasom adalah partikel subseluler yang berperan dalam degradasi protein intrasel. Dari kepustakaan diketahui bahwa konsentrasi proteasom serum pada penderita kanker meningkat dibandingkan individu normal. Belum diketahui apakah konsentrasi proteasom juga meningkat pada tahap prakanker. Telah dilakukan penelitian induksi karsinogenesis hati pada tikus Wistar dengan menggunakan N,2-Fluorenilasetamida (FAA) 40 lag. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati apakah terjadi perubahan konsentrasi proteasom dalam plasma dan jaringan hati pada tahap prakanker dan bagaimana efek pemberian tomat terhadap konsentrasi proteasom. Pada penelitian ini tikus dibagi menjadi 5 kelompok : kelompok kontrol 1(KKl) yaitu kelompok tikus yang hanya diberi akuabides, kelompok kontrol 2 (KK2) yaitu kelompok tikus yang diberi Pulvis Gum Arab (PGA) + minyak kelapa, kelompok kontrol 3 (KK3) yaitu kelompok tikus yang diberi emulsi tomat, kelompok perlakuan 1 (KP1) yaitu kelompok tikus yang diinduksi FAA dan kelompok perlakuan 2 (KP2) yaitu kelompok tikus yang diberi emulsi tomat dan diinduksi FAA. Pengamatan dilakukan dengan mengambil plasma dan jaringan hati setelah perlakuan selama 4 minggu dan 8 minggu. Dilakukan pengukuran konsentrasi proteasom dan pemeriksaan histopatologis jaringan hati untuk menilai derajat kerusakan hati. Pengukuran konsentrasi proteasom dilakukan dengan ELISA. Analisis hasil dilakukan dengan uji statistik Anava 1 arah, kecuali untuk konsentrasi proteasom plasma 4 minggu digunakan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan batas kemaknaan p <0,05.
Hasil dan kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi proteasom plasma KP1 berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol dan KP2 setelah 8 minggu, sedangkan konsentrasi proteasom jaringan hati KP1 telah berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok kontrol dan KP2 sejak perlakuan 4 minggu. Pengamatan secara histopatologis menunjukkan adanya perubahan pada tahap prakanker pada perlakuan 8 minggu pada KP1 dan tidak pada kelompok yang lain. Dengan demikian hasil pengamatan konsentrasi proteasom pada tikus menunjukkan, bahwa peningkatan konsentrasi proteasom plasma terjadi pada tahap prakanker sementara peningkatan konsentrasi proteasom hati terjadi lebih dahulu daripada plasma dan kelainan histopatologisnya. Dari penelitian ini ternyata tomat memiliki efek protektif terhadap terjadinya karsinogenesis hati.

Proteasome is subcellular particle, which have role in degradation of intracellular protein. It is known that concentration of proteasome in serum cancer patients is higher than normal subject, but whether proteasome concentration increased at precancer is still unknown. This study was conducted to investigate the alteration of proteasome concentration during hepatocarcinogenesis induced by N, 2-Fluorenilacetamide (FAA) and protective effect of tomato. This research use rats that divided randomly into 5 groups: control group I (KKI), which only received bidistilled water, control group 2 (KK2), received Pulvis Gummi Arabic (PGA) + palm oil, control group 3 (KK3), received tomato emulsion, group of treatment I (KPI), which induced by FAA and group of treatment 2 (KP 2), induced by FAA and received tomato emulsion. The rats were sacrificed in the forth and eights week after treatment. Some parts of the liver were taken for histological examination and the rest were homogenized. Concentration of proteasome was determined from liver homogenats and plasma by ELISA method.
This study showed that proteasome concentration in plasma KP 1 is significantly increase compared to all control groups and KP 2 after 8 weeks, while concentration of proteasome in liver KP 1 significantly increase compared to all control groups and KP 2 after 4 weeks. Histological examinations showed signs of precancer only at KP 1 after 8 weeks treatment and not in other groups. This study suggested that proteasome concentration of rats? plasma were increased in precancer; elevation of liver proteasome were detected before alteration of liver cell occurred; and tomato emulsion has protective effect in liver carcinogenesis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Septiani
"Tulisan ini membahas mengenai peran AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946. Pada abad ke- 20 muncul sebuah gerakan pembaruan islam di Indonesia. Gerakan ini melahirkan dua golongan pemikirian islam yang saling berseberangan yaitu islam modern dan tradisionalis. Dampak dari adanya gerakan pembaruan ini memunculkan beberapa tokoh ulama dan organisasi yang menegakkan kebaharuan tersebut. Kondisi seperti inipun juga terjadi di Sukabumi, dua aliran keagamaan tersebut menjadi ajang perpecahan antar ulama tradisionalis dan juga ulama modernis. Meskipun demikian, di Sukabumi sendiri lahir seorang ulama yang bisa dikatakan sebagai ulama tradisionalis-modernis. Ulama ini adalah KH. Ahmad Sanusi. Pemikiran keagamaan yang di anut KH. Ahmad Sanusi juga di tuangkan kepada organisasi dan pondok pesantren yang KH. Ahmad Sanusi dirikan yaitu organisasi Al-Ittihadiyatul Islamiyyah dan Pondok Pesantren Syamsul ‘Ullum. Organisasi dan lembaga pendidikan yang KH. Ahmad Sanusi bentuk ini saling berhubungan terutama dalam menyebarkan pencerahan keagamaan yang ada di Sukabumi. Selain itu, organisasi AII juga berperan dalam peningkatan rasa nasionalisme para santri di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum dengan berbagai macam pendidikan yang diberikan oleh pengajar AII di pondok pesantrean Syamsul ‘Ullum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa organisasi AII dan lembaga pendidikan yang didirikan KH. Ahmad Sanusi yaitu pondok pesantren Syamsul ‘Ullum ini memiliki hubungan yang erat, terkhusus mengenai penyebaran keagamaan islam di Sukabumi. Organisasi AII membantu KH. Ahmad Sanusi dan pondok pesantrennya dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan islam untuk mencerdaskan muslim di Sukabumi. penyebaran pendidikan agama islam ini dilakukan oleh lembaga keguruan yang dibentuk oleh AII yaitu Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) yang juga membantu KH. Ahmad Sanusi mengajar di pondok pesantren Syamsul ‘Ullum. Selain itu, pendidikan yang diberikan oleh AII secara tidak langsung membawa peningkatan kesadaran kebangsaan dan rasa nasionalisme pada diri masyarakat Sukabumi khususnya para santri. Hal ini terlihat pada masa kemerdekaan Indonesia para santri ikut berjuang melawan sekutu dan merebut paksa wilayah Sukabumi dari tangan pemerintah militer Jepang. Berbeda dari kajian -kajian sebelumnya yang membahas peran organisasi AII secara umum, penelitian ini lebih berfokus pada peran organisasi secara AII dalam peningkatan rasa nasionalisme pada diri santri pesantren Syamsul ‘Ullum di Sukabumi tahun 1931-1946.

This paper discusses the role of AII in increasing the sense of nationalism in the students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946. In the 20th century there was a movement of Islamic renewal in Indonesia. This movement gave birth to two opposing groups of Islamic thought, namely modern and traditionalist islam. The impact of this renewal movement gave rise to several clerical figures and organizations that enforce the novelty. Conditions like this also occur in Sukabumi, the two religious sects into a split between traditionalist cleric and modernist cleric. Nevertheless, in Sukabumi was born a cleric who can be said to be a traditionalist-modernist cleric. This cleric is KH. Ahmad Sanusi. Religious thought in KH. Ahmad Sanusi also poured to organizations and boarding schools that KH. Ahmad Sanusi founded the organization Al-Ittihadiyatul Islamiyyah and Pondok Pesantren Syamsul ' Ullum. Organizations and educational institutions that KH. Ahmad Sanusi this form is interconnected, especially in spreading religious enlightenment in Sukabumi. In addition, the AII organization also plays a role in increasing the nationalism of the students at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school with various kinds of education provided by AII teachers at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. The method used in this study using the historical method which consists of four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From the results of the study can be seen that AII organizations and educational institutions established KH. Ahmad Sanusi, Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school, has a close relationship, especially regarding the spread of islam in Sukabumi. The organization AII helped KH. Ahmad Sanusi and his boarding school in spreading da'wah and Islamic education to educate Muslims in Sukabumi. the spread of Islamic religious education was carried out by the teacher training institute formed by All, namely Ittihad Maddaris Islamiyya (IMI) which also helped KH. Ahmad Sanusi teaches at Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school. In addition, the education provided by AII indirectly brought an increase in national awareness and a sense of nationalism to the people of Sukabumi, especially the students. This can be seen during the independence of Indonesia, the students fought against the allies and forcibly seized the Sukabumi region from the hands of the Japanese military government. Different from previous studies that discussed the role of AII organization in general, this study focuses more on the role of AII organization in increasing nationalism in students of Syamsul ‘Ullum Islamic boarding school in Sukabumi in 1931-1946."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>