Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cahya Wijaksono
"ABSTRAK
Tanaman jambu mede (Anacardium occidentale
Linn. ) digunakan sebagai salah satu komponen dalam
pengobatan tradisional antara lain dalam jamu pegel
linu. Telah dilaporkan bahwa daun jambu mede mempunyai
efek analgetik pada hewan coba. Oleh karena efek
analgetik daun jambu mede belum diteliti pada manusia
maka dilakukan penelitian efek analgetik daun jambu mede
pada sukarelawan sehat.
Tujuan penelitian mi adalah untuk menguji efek
analgetik daun jambu mede pada manusia.
Pada penelitian mi digunakan daun muda yang
diberikan dalam bentuk infus dengan dosis 25 g/50 kg BB.
peroral pada 12 sukarelawan sehat dengan randomized
single blind crossover design, dan sebagai obat
pembanding digunakan parasetamol dosis 600 mg/50 kg ES
peroral.
Dalam penelitian mi digunakan analgesimeter yaitu
alat yang digunakan untuk mengukur waktu reaksi pada
menit ke 0, 15, 30, 60, 90, 120, 180, dan 240 setelah
pemberian obat.
Dari hasil analisis statistik ternyata infus daun
muda jambu mede menunjukan efek analgetik yang berbeda
bermakna dibandingkan kontrol (menit ke 0 ) dengan p < 0,01 mulai menit ke 15 sampai menit ke 180 setelah
pemberian obat.
Hasil percobaan -ini bila dibandingkan parasetamol
ternyata efek analgetik infus daun muda jambu mede lebih
lernah dengan p < 0,01 pada menit ke .30, 90, dan 120,
dengan p < 0,05 pada menit ke 15, 60, dan 180 setelah
pemberian obat."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ega Febrina
"Jambu mede (Anacardium occidentale Linn.) digunakan
dalam pengobatan tradisicnal di Indonesia karena
khasiatnya yang beraneka ragam. Salah satu khasiat jambu
mede adalah sebagai analgesik. Beberapa jamu pegal linu
yang beredar di pasaran juga menggunakan daun Jambu mede
sebagai salah satu kompónennya.
Pada percQbaan terdahulu (23) pemeriksaan efek
analgesik infus daun j ambu mededilakukan pada mencit
dengan metode hot-plate. Data ilmiah yang menuniang
khasiat analgesik daun j ambu mede masih dirasakan kurang.
Karena itu peneliti ingin melakukan pemeriksaan pada
tikus putih. Dalam penelitian dilakukan pula pemisahan
antara daun yang muda dan daun yang tua untuk mengetahui
daun -mana yang iebih kuat memberikan efek analgesik,
sebab pada penelitian yang terdahuludigunakan campuran
keduanya
Tujuan penelitian mi adalah untuk mengetahui apakah
daun jambu mede mempunyai efek analgesik. Selain itu Juga
untuk mengetahui daun mana yang lebih kuat sebagai
analgesik.
Metode yang digunakan adalah metode rat tail-flick
menurut D'Amour dan Smith dengan alat analgesimeter.
Sebagai zat pembanding digunakan Dipiron dengan dosis 300 mg per kg B. Pemberian obat dilakukan peroral dan
efek analgesik ditentukan berdasarkan perpanjangan waktu
reaksi tikus terhadap rangsang nyeri sampai menit ke-300
setelah petnberian obat.
Hasil pengukuran dan analisis statistik menunjukkan
baha efek analgesik infus daun muda lebih kuat daripada
iflfL(S daur) tua.
Pada infus daun muda, efek analgesik terlihat pada
pernberian dosis 600 mg per 200 gr BB terutama pada menit
ke-60 5 905 dan 120. Pecnberian infus daun muda dengan
dosis 1200 mg per 200 g BB rnemperlihatkan efek analgesik
sampai menit ke-300 Sedangkan pemberian infus daun muda
dengan dosis 300 mg per 200 g BB, tidak mernperlihatkan
efek analgesik yang berarti dari menit ke-30 sampai men-it
ke-300 setelah pemberian.
Bila dibandingkan dengan obat analgesik Dipiron5
ternyata efek analgesik infus daun j ambu rnede lebih
lemah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"Anacardium Occidentale L atau yang lebih dikenal masyarakat Indonesia dengan nama daerah jambu mede, jambu mente, merupakan salah satu tumbuhan multiguna, karena selain dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, bagian biji dapat dimakan sebagai makanan kecil, bagian buah sebagai buah segar atau sari buah dan bagian daun muda untuk lalap ( sayur mentah ).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek analgetik hasil fraksinasi sari metanol daun jambu mede yang diberikan secara oral pada hewan coba mencit putih yang diberi asam asetat sebagai pembangkit rangsang nyeri.
Penelitian dilakukan menurut metode writhing test atau test peritoneal, menggunakan pembanding asam asetil salisilat ( asetosal ). Bahan uji diberikan secara oral dalam bentuk suspensi dalam larutan CMC 0,5 %, diberikan tiga puluh menit sebelum pemberian asam asetat. Pengamatan jumlah geliat dilakukan 10 menit setelah penyuntikan asam asetat, selang waktu 5 menit selama 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari etil asetat dosis 47 mg/20 g berat badan dan sari butanol dosis 26 mg/20 g berat badan mempunyai efek analgetik yang secara statistik tidak berbeda bermakna dengan efek yang ditimbulkan oleh asam asetil salisilat dosis 1,30 mg/20 g berat badan. Sari air dan residu tidak menunjukkan efek analgetik. Ketiga macam dosis sari etil asetat yaitu 31, 47 dan 71 mg/20 g berat badan memberikan efek analgetik tetapi peningkatan dosis ini tidak diikuti dengan peningkatan efek."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Supradnyani
"Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) selain banyak dikonsunisi oieh masyarakat juga digunakan untuk mengobati diare dan luka pada kulit. Daun dan kulit buah tanaman ini diduga mempunyai daya anti bakteri, tetapi belum diteliti khasiatnya secara mikrobiologik
Telah dilakukan penelitian daya anti bakteri dari daun dan kulit buah tanaman jambu mete secara mikrobioiogikdengan menggunakan kuman Staphylococcus aures,S'arc-ina1utea, -:--Eschenichiacall dan, Pseudomonasaeruginoaa-.Daya anti bakteni ekstrak daun dan ekstrak kuiit-bu.andLt.antukan,dengan metoda dilusi agar iiah metoda difcii agar.
Kadar hambat min-imai ekstrak daun terhacap kumari Staphylococcus aureus, Sarcina.lutea,:Eschenichiacoli dan;Pseudomonas ae ruginosa berturut-turut adaiah 6,25 mg/ml, 12,50 mg/ml, 50 mg/ml, dan 12,50 mg/mi. Kadar ftarnbat minimal ekstrak kulit buah terhadap kurnan Staphylococcus aureus:,- .Sarcina lutea, Eschenihia coil dan Pseudomonas aenuginosa berturut-turut adaiah 3,125 mg/ml, 6,25 mg/ml, 12,50 mg/rnldan 5,25 mg/mi.
Diameter zona hambatan ekstrak daun Øada kadar 200 mg/ml terhadap kuman Staphylococcus aureus, Sarcina lutea, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa berturut-turut adalah 22,39 mm, 16,68 mm 10,14 mm dan 12,08 Thm.Diameter zona hambatan ekstrak i
Disimpulkan bahwa ekstrak daun dan ekstrak kulit buah tanaman jambu mete mempunyai daya anti bakteri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Sitaresmi
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S32012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Ketty Suhaeti
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S32049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Natalia
"Obat bahan alam telah digunakan dalam upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif kesehatan manusia. Secara empiris, daun sisik naga digunakan oleh masyarakat sebagai penghilang rasa sakit atau analgesik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek analgesik ekstrak etanol daun sisik naga dalam menghambat respon geliat mencit yang disebabkan oleh stimulasi kimia. Pada penelitian ini, 25 ekor mencit jantan dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok pertama diberi CMC 0,5% sebagai kontrol negatif, kelompok kedua diberi asetosal 13 mg/20 g bb sebagai kontrol positif, kelompok ketiga sampai kelompok kelima diberi ekstrak etanol daun sisik naga dengan variasi dosis, yakni 17,125; 34,25; dan 68,5 mg/20 g bb secara oral. Satu jam setelah perlakuan, kelompok-kelompok tersebut disuntikkan asam asetat glasial 0,6% secara intraperitoneal dan dihitung jumlah geliat yang timbul pada menit ke-10 sampai menit ke-60 dengan interval 5 menit. Hasil uji menunjukkan bahwa ketiga dosis ekstrak daun sisik naga memiliki efek analgesik yang signifikan (α<0,05) ditinjau dari penurunan jumlah geliat mencit dengan persentase inhibisi geliat yang diberikan oleh dosis I, dosis II, dan dosis III berturut-turut adalah 94,27%; 86,36%; dan 84,68%.

Natural medicines have been used in promotive, preventive, and rehabilitative of human health. Empirically, sisik naga leaves used as analgesic. This study aimed to observe the analgesic effect of ethanol extract of sisik naga leaves in inhibiting writhing respon in mice caused by chemical stimulation. In this study, 25 mice were used and divided into five groups. First group received CMC 0,5% as negative control group, second group received acetosal 13 mg/20 g bw as positive control group, third group until fifth group received ethanol extract of sisik naga leaves with doses 17,125; 34,25; and 68,5 mg/20 g bw per oral. One hour afterward, the groups induced by intraperitoneal injection of glacial acetic acid 0,6% and the writhing that occured at 10 minute until 60 minute counted with interval 5 minute. The result showed that ethanol extract of sisik naga leaves have analgesic effect significantly (α<0,05) reviewed from reduction of writhing number in mice with the writhing inhibition for dose I, II, and III are 94,27%; 86,36%; and 84,68% respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43077
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>